Semua orang kalang kabut, Jimin dan nenek Park pun keluar rumah setelah mendengar sirine ambulans berbunyi nyaring di depan rumah mereka. Jimin mematung melihat sahabatnya bersimbah darah dan dilarikan ke rumah sakit, dia ingin ikut tapi nenek Park mencegahnyaRumah keluarga Kim dibiarkan begitu saja, Nyonya Kim naik ambulans bersama Taehyung sedangkan Tuan Kim membawa mobilnya sendiri. Pintu rumah mewah itu terbuka lebar, nenek Park menyuruh Jimin untuk mengunci rumah itu dan mereka akan menyusul ke rumah sakit setelah itu
Derit roda brankar yang bergesekan dengan lantai putih terdengar menggema disebuah rumah sakit. Beberapa perawat mendorong brankar itu menuju UGD. Seprei putihnya berhiasi dengan warna merah
Ya, merah. Darah Taehyung masih mengalir dari pergelangan tangannya, wajahnya sangat pucat seperti darah tidak mengalir disana, bibirnya biru. Seorang perawat laki-laki sibuk memompa oksigen pada Taehyung dan tiga lainnya mendorong brankar dengan hati-hari dan kencang
Tuan dan Nyonya Kim berlari mengikuti dari belakang. Penampilan mereka sangat kacau, terlebih Tuan Kim. Darah Taehyung mengotori bajunya, tangan hingga wajahnya pun sama. Nyonya Kim masih memakai sandal rumahnya, ia tidak sempat melepasnya dan memakai sepatu.
Brankar yang membawa Taehyung sudah masuk kedalam UGD, Tuan dan Nyonya Kim hanya bisa berdiri di depan pintunya
"Taehyungie akan baik-baik saja...kau harus yakin" ucap Tuan Kim seraya memeluk istrinya
Selama ini Taehyung tidak pernah senekat itu. Tidak ada yang tau apa yang anak itu sembunyikan. Dokter Jung, selaku pskiater pribadinya pun mengatakan jika Taehyung sangat susah untuk membagi bebannya. Anak itu sangat-sangat tertutup, ditambah dengan kematian sahabatnya Taehyung semakin menutup diri dan mengunci hatinya dari semua orang
Wajah ceria, senyuman kotaknya itu hanya sebuah topeng. Kata 'aku baik-baik saja' , 'aku sudah sembuh' nyatanya hanya sebuah kepalsuan. Taehyung belum sembuh sama sekali, mentalnya masih tertutupi memori kelam masa lalu
Berbagai cara telah dilakukan kedua orang tuanya dan para dokter, namun Taehyung hanya menganggapnya angin lalu. Ia bersikap seolah semua usaha orang-orang itu berhasil membuatnya sedikit melupakan pahitnya kehilangan seorang sahabat yang sangat berharga baginya tapi nyatanya ia masih terpuruk jauh dan tidak berniat sembuh
"Eomma...." Jimin berlari menghampiri Tuan dan Nyonya Kim. Nenek Kim berjalan perlahan dibelakang dengan Ryuji disampingnya
"Jimin..." panggil Tuan Kim. Ia melepaskan pelukan pada istrinya dan tersenyum sendu saat melihat Jimin menghampirinya
"Apa yang terjadi, Taetae kenapa Appa?" tanya Jimin tak sabaran
"Ibu... kenapa kau kemari, aku dengar ibu tidak enak badan..." Nyonya Kim menghampiri nenek Park dan menuntunnya duduk di kursi depan UGD
"Aku khawatir dengan Taehyung, kenapa harus dilarikan ke rumah sakit" ucap Nenek Park
"Taehyung menyayat pergelangan tangannya"
"APA!"
"Jimin, kecilkan suaramu ini rumah sakit" ucap Ryuji
"Tidaak..appa kau bohong kan...tt..taehyung tidak mungkin melakukan itu" Jimin menggeleng kuat
"Tidak Jimin. kau lihatkan baju appa, ini darah Taehyung" jelas Tuan Kim
"Tapi kenapa..." ujar Jimin lirih
Tidak ada jawaban, Jimin pun tidak butuh jawaban. Ia hanya ingin melihat segera sahabatnya itu dan memukul kepalanya. Mereka sudah berjanji tidak akan membuat khawatir satu sama lain. Tapi ternyata Taehyung mengingkari janjinya
KAMU SEDANG MEMBACA
I Call You Best Friend
Fanfiction||COMPLETED|| Aku akan menjaga kalian.. Janji? Janji.