LEVEL 2

16.2K 594 15
                                    

Perusahaan tempat Al bekerja adalah sebuah penerbit yang namanya sudah cukup besar. Al sendiri dapat dengan mudah diterima sebagai Senior Editor adalah selain karena rekomendasi dari teman ayahnya, juga karena ia adalah lulusan sebuah perguruaan tinggi di Australia. Dan prestige pengalaman di luar negeri rupanya sangat membantu untuk mendapatkan posisi yang bagus, namun tidak untuk mendapatkan lingkungan yang ramah.

Sejak awal ia masuk, Al sudah menyadari ada tatapan tidak suka dari Editor lain yang tingkatnya lebih senior dibanding dirinya. Entah karena Al masuk dengan rekomendasi teman ayahnya atau karena ia langsung menempati jabatan Editor tanpa lebih dahulu melewati tahap asisten yang biasa dialami oleh karyawan lain. Namun terlepas dari beberapa mbak-mbak nyinyir yang selalu mencibir diam-diam setiap kali sosoknya lewat, untungnya masih ada beberapa karyawan lain yang cukup berbaik hati menerima kehadirannya.

Salah satunya adalah Nita, yang merupakan copy editor. Siang ini mereka sedang makan siang bersama ketika Nita tiba-tiba kembali ke tempat duduk mereka dengan wajah yang sedikit resah, berbeda jauh ketika ia pergi membeli teh botol tadi.

"Kenapa kamu, Nit?" Al memang belum terbiasa mengucapkan gue-elo selayaknya orang Jakarta pada umumnya, jadi ia tetap menggunakan sapaan biasa daripada memaksa menggunakan bahasa gaul dan justru terdengar aneh karena logatnya.

Nita bergerak-gerak speerti tidak nyaman di tempatnya. "Tadi gue denger mbak Rea ngobrol ama Mbak Mey, Al." Ujar Nita setengah berbisik.

"Terus?" Al mulai merasakan firasat tidak enak, setengah yakin bahwa ia lah objek perbincangan itu. Sejauh yang ia ingat Rea dan Mey tidak termasuk mbak-mbak nyinyir yang sirik padanya, namun Al tetap harus berhati-hati.

"Mereka ntar malem mau jalan," ujar Nita lagi. Al mengangkat sebelah alisnya, isyarat menyuruh Nita melanjutkan penjelasannya.

"Dan mereka mau ngajak elo," sambung Nita kemudian.

"Hah? Kok tiba-tiba gitu?" tanya Al. Nita menghembuskan napas sejenak.

"Gue juga ga ngerti. Inti percakapan mereka sih kayaknya mereka punya misi atau acara khusus, entahlah. Dan mereka butuh bantuan elo untuk itu. Tapi gue nggak ngerti misi apaan. Mereka kurang jelas ngomongnya," jelas Nita kemudian.

Al terdiam sejenak memikirkan informasi itu. Ia memang tidak tahu urusan apa, namun kalau kedua senior editor itu sampai membutuhkan bantuannya, Al akan dengan senang hati meladeninya. Bukannya apa, ia ingin menggunakan rasa 'tidak enak' karena balas budi yang nanti akan menjadi buntut atas bantuannya. Dan Al berniat menggunakan senjata itu sebaik-baiknya agar ia tidak terus menerus disikapi seperti penyusup di sini. Mungkin kalau mendapat back-up dari dua senior itu, posisi Al di mata karyawan lainnya juga akan membaik.

Kecuali kalau bantuan yang diminta ternyata menyangkut sesuatu yang ilegal, Al tidak akan segan menghubungi pihak berwajib untuk itu. Atau kalau ternyata 'bantuan' yang dimaksud justru akan berbalik mempermalukan dirinya, Al juga tidak akan segan menggunakan segala cara untuk membalik keadaan dengan mempermalukan kedua senior editornya itu.

"Gimana, Al?" tanya Nita membuyarkan pemikiran Al.

"Nggak masalah. Aku ikutin mau mereka. Lihat aja nanti," jawab Al dengan santai.

Apapun rencana kedua seniornya itu, Al akan bersiap. Kalaupun berakhir buruk, yang penting bukan Al yang berakhir dengan buruk. Dan mereka perlu belajar siapa anak baru yang ini.

***

Cafe RomanC memang salah satu Cafe yang paling terkenal karena dalam waktu singkat berhasil mengembangkan bisnisnya dan membuka cabang di banyak tempat, termasuk di kota lain. Dan pemiliknya sepertinya tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk promosi ataupun kebutuhan Cafe.

PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang