Alliya tahu keluar apartmen jam 10 malam untuk mencari makan itu nyaris mustahil. Tapi menurut Satpam apartmen ada sebuah restoran yang buka 24 jam di tikungan jalan.
Yang benar bukan restoran, melainkan sebuah kedai kopi yang hanya menjual kopi dan mie instan. Akhirnya Al harus berpuas diri dengan membeli mie instan dan kopi untuk dimasak sendiri di rumah. Dan menyadari betapa tololnya ia karena tidak menyetok mie instan.
Demamnya sudah turun, tapi hampir satu jam di luar demi mencari dan membeli makanan, kini Al bisa merasakan suhu tubuhnya kembali naik. Dengan terbatuk-batuk dan sesekali bersin ia berjalan pelan ke apartmennya.
Ia membuka pintu apartmen dan membeku saat menyadari ruangan yang tadi ia tinggalkan dalam keadaan hanya dengan lampu kecil, kini terang benderang. Al mundur perlahan, bersiap untuk kabur karena mendengar langkah kaki dari arah kamarnya.
"Siapa?" tenggorokannya yang sakit harus memaksakan diri untuk bersuara. Dan Al langsung menyesal karena seharusnya ia segera kabur saja dan memanggil satpam daripada bersikap sok berani seperti ini.
Ketika sosok seseorang keluar dari kamarnya, Al mengerjapkan mata mengira bahwa demam yang ia derita membuatnya berhalusinasi. "Mike?"
Pria itu segera merengsek maju dan merengkuh tubuhnya dalam satu dekapan hangat."Ya, Tuhan. Al! Kamu dari mana malam-malam gini? Pakai piama sama jaket doang lagi?" suara Mike terdengar marah bercampur takut, dan Al tidak tahu sebabnya.
"Cari makan," jawab Al dengan linglung.
Mike sedikit memundurkan tubuhnya untuk memperhatikan Al, lalu meletakkan tangan di pipi Al.
"Kamu demam?" tanya Mike.Al meringis saat menyadari dugaannya tadi benar.
"Kamu cari makan apa jam segini? Aku hampir mati berdiri pas datang nggak ada yang buka pintu apartmenmu. Kamu nggak ada. Handphone kamu nggak bisa dihubungi. Aku nyaris telepon polisi tau nggak?" oceh Mike sambil menarik tangan Al, lalu mendudukkannya di dapur.
Kesadaran Al perlahan kembali. "Kamu gimana bisa masuk kesini? Trus ada perlu apa datang kesini?"
"Aku hafal password kamu. Pak satpam juga langsung ngijinin aku masuk soalnya udah pernah kamu kenalin waktu itu. Tadi Mbak Nitta telepon dan bilang kalau kamu kemarin flu, hari ini nggak masuk kerja, nggak bisa dihubungi pula." Mike terus mengoceh, kemudian mengeluarkan bungkusan yang dibawa Al dan terkekeh pelan.
"Untung aku mampir dulu tadi," ujarnya.Al masih tertegun dengan penjelasan Mike. Sepertinya karena demam otaknya jadi bekerja lebih lambat.
"Kamu hafal password aku?" tanya Al sesaat kemudian, lalu melihat Mike mengambil bungkusan yang tidak diperhatikannya ada di meja dapur sejak tadi.Mike kemudian mengeluarkan bungkusan sup ayam dan nasi yang dibungkus sterofoam. Serta ada beberapa lauk seperti ayam goreng, perkedel dan kentang goreng ukuran jumbo.
"Kentang gorengnya buat aku," ucap Mike lalu mengambil piring dan menata semua makanan itu di hadapan Al.
"Jangan banyak tanya. Makan!" perintahnya ketika melihat Al akan buka mulut untuk membantah.
Karena kepalanya mulai berdenyut serta perut yang lapar, Al akhirnya menurut. Mike memandangi Al yang makan dengan lemah, sementara ia sendiri memakan kentang goreng yang ia bawa.
"Kamu punya obat flu?" tanya Mike, yang dijawab Al dengan anggukan. "Dimana nyimpennya?" tanyanya lagi.
"Ada di kamar, di meja sebelah tempat tidur."
Mike bergegas ke kamar dan ketika kembali dilihatnya Al sudah selesai makan. "Habisin, Al."
Al menggeleng, "mulutku nggak enak."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)
RomanceTHE PLAYERS series #2 (Sudah diterbitkan secara Self Publish, dan hadir di google Play Store) (Walaupun seri, kalian bisa membaca hanya salah satunya. Karena beda cerita, beda tokoh utama. Hanya antar tokoh berkaitan) WARNING! 21++ Be a smart and wi...