LEVEL 3

12.3K 612 16
                                    

Mike menyapukan pandangan ke seluruh kafe, sebisa mungkin membuat kontak mata agar terlihat ramah, namun juga membatasi agar tidak terlalu berlebihan.

Sampai pandangannya jatuh pada sepasang mata bulat yang memandang langsung tepat ke arahnya. Mata itu segera mengalihkan pandangan dan berbalik ke posisi duduknya yang memang membelakangi panggung. Rambut gadis itu hitam dan panjang. Dengan model rambut serta mata besar, gadis itu sungguh terlihat seperti boneka porselen yang cantik.

Namun bukan itu yang menarik perhatian Mike, tatapan mata itu menyiratkan seakan gadis itu mengenali Mike, dan bukan sebagai Mike Andromeda anggota The Players. Melainkan lebih personal, seakan mereka pernah punya sejarah pribadi. Dan bukan sejarah yang bagus.

Mike berusaha menggali ingatan, namun tidak menemukan wajah itu sama sekali dalam memorinya. Gadis itu bukan salah satu dari wanita-wanita yang pernah dipacarinya. Atau ia salah satu teman One Night Stand nya?

Karena akhir-akhir ini tidak memiliki pacar tetap, Mike memang biasa memiliki 'teman kencan', yang artinya hanya berakhir di tempat tidur tanpa perlu status. Selalu seperti itu jika ia sedang tidak memiliki kekasih. Jadi ia berusaha mengingat teman-teman kencannya yang dulu. Tapi ia cukup yakin wajah gadis boneka itu tidak ada dalam ingatannya. Wajah semenarik itu tidak mungkin mudah ia lupakan.

Ketukan drum memulai intro lagunya. Mike berkonsentrasi pada musiknya, namun tanpa sadar ia sesekali melirik pada si gadis boneka yang masih duduk membelakanginya. Tidak seperti penonton yang lain, gadis itu tidak memutar kursinya menghadap ke arah panggung agar dapat menonton The Players. Bahkan tidak repot-repot menoleh ke arahnya. Setelah lagu pertama, terdapat jeda yang diisi dengan Rama yang menyapa penonton. Lalu dilanjutkan lagu ke dua. Kemudian lagu ketiga.

Dan Mike berani bersumpah, walaupun ia bingung dan malu mengakui kenapa ia bahkan repot-repot memperhatikan, bahwa si gadis boneka masih tidak melihat ke arah panggung. Tidak sekalipun.

***

Punggung Al kaku karena ketegangan dan juga karena bersikeras menahan diri agar tidak menoleh ke panggung.

Ia tahu sikapnya ini konyol. Pria itu tidak mungkin mengenalinya. Tidak ada satupun yang mengenalinya. Mengingat ini baru pertama kalinya ia datang ke Jakarta. Namun Al tahu siapa dia. Tapi Al sudah berjanji pada bundanya bahwa ia akan baik-baik saja. Ini adalah saatnya ia membuktikan pada keluarga dan dirinya sendiri bahwa ia tidak takut.

Selama dia nggak tahu siapa aku, semuanya akan baik-baik saja. Dan Al bersikeras mempertahankan keadaan itu.

Tanpa disadarinya The Players telah selesai menyanyikan lagu yang ketiga. Dan sepanjang waktu entah kenapa Al merasa ada yang memandangi tempat duduknya. Sebagian prasangka mengatakan bahwa dia lah yang sedang memandangi Al. Tapi sebagian lainnya yang cukup waras menampik kemungkinan itu. Untuk apa artis setenar itu mau repot-repot menatapnya lama-lama?

Bukan berarti ia merasa dirinya tidak cantik. Al tahu daya tariknya. Ia tahu kulit putih bersih dan wajahnya cukup unik, sehingga memberi kecantikan yang bahkan tidak perlu terlalu repot dipoles. Namun ia juga melihat ada banyak wanita cantik di kafe ini. Apalagi mayoritas pengunjungnya hari ini memang wanita, dan mereka semua berdandan maksimal.

Berbeda dengan Al yang masih mengenakan setelan kerjanya yang berwarna biru tua serta high heels Charles and Keith berwarna hitam. Al bahkan setengah yakin ia kelihatan seperti mbak-mbak sales girl yang biasa keluar menawarkan asuransi. Cukup cantik dan rapi, tapi tidak sampai menarik perhatian.

Terdengar suara sang vokalis kembali menyapa penonton. Ia mulai menjelaskan games dan tata cara bermainnya. Intinya sama seperti yang tadi telah dijelaskan Rea. Al setengah bertaruh dalam hati bahwa kenalan Rea, si manajer kafe bahkan mungkin telah memastikan bahwa Rea, Mey dan Al akan terpilih untuk ikut bermain.

PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang