LEVEL 9

12.8K 518 9
                                    

WARNING!

Part ini mengandung content sexual alias 21+
So, be a smart and wise reader. If it's not your cup of tea, don't even take a sip of it.

*********************

Mike memandang kosong ke luar jendela mobil, sepenuhnya mengabaikan anggota The Players yang lain. Setelah beberapa kali Dewa maupun Devon menanyakan ada apa dengannya yang menjadi pendiam sejak tadi sore, mereka akhirnya menyerah karena jawaban yang tidak jelas. Syukurlah acara wawancara dan off-air tadi cukup lancar. Kalau tidak mereka pasti akan memaksa Mike buka mulut dengan sikapnya yang aneh itu.

Sore tadi Mike menyempatkan diri menunggu Al di depan apartmennya. Namun setelah lebih dari 30 menit ia menunggu dan menelepon semua teman Al, akhirnya Mike menyerah. Dan kini moodnya benar-benar buruk.

Sebagian karena kesal pada Al yang masih saja mengabaikannya, padahal Mike sudah berkali-kali mengambil resiko datang terlambat seperti tadi yang ia akhirnya dimarahi oleh Bang Andy karena terlambat datang ke wawancara di sebuah studio Televisi.

Sebagian lagi khawatir, karena tidak satupun teman Al yang tahu kemana Al sejak pulang kerja tadi. Mereka tidak bisa menemukannya untuk mengajak pulang bersama seperti biasa. Selain itu handphone Al aktif, namun tidak ada satupun panggilan baik dari Mike maupun teman-temannya yang dijawab.

Mike melirik handphonenya untuk yang kesekian kali. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri ia pun memutuskan kembali menghubungi Al. Kalaupun Al kembali tidak menjawabnya, Mike akan memutuskan cara lain untuk menarik perhatiannya.

Mike tidak bisa menyerah. Tidak sebelum ia bahkan menggunakan semua jurus rayuannya. Namun terhadap Al, Mike tidak tahu bagaimana menariknya. Al tidak tertarik sedikitpun baik itu kepada wajah, uang maupun popularitas Mike.

Karena itu ia terkejut ketika panggilannya dijawab pada dering kedua.

"Al?"

"Ya Mike?"

Butuh beberapa saat Mike sadar bahwa sejak tadi ia menahan napas, dan ketika mendengar Al menjawab ia akhirnya menghembuskan napas lega. Setidaknya Al terdengar baik-baik saja.

...

Mike merasa benar-benar konyol. Ia berusaha menghubungi Al berkali-kali, dan giliran dijawab mereka justru sama-sama terdiam.

"Kamu lagi dimana?"

"Di jalan, mau sampai apartmen. Kenapa telepon aku tadi?"

Mike terdiam sejenak mempertimbangkan jawabannya. Akhirnya memutuskan untuk jujur, "Khawatir. Kamu darimana? Rea dan yang lain sama sekali nggak tahu kamu kemana."

"Jalan-jalan ke mall."

"Sendiri? Sampai jam segini?"

"Iya."

"Sudah sampai apartmen sekarang?"

"iya, ini baru sampai depan."

"Tunggu di sana sebentar bisa? Kebetulan mobil team ku lagi deket posisinya, nanti kuminta mereka nurunin aku disana." Mike bisa menduga bahwa Al akan menolaknya. Dan ia berusaha menyabarkan dirinya sendiri agar tidak berteriak frustasi.

"Oke."

...

"Oke?" Mike memastikan pendengarannya

"Iya."

"Oke. Kututup ya."

Klik.

"Belok ke apartmen Al bisa? Turunin gue di sana aja," seru Mike pada sopir, Pak Fadli yang untungnya sudah tahu incaran baru Mike karena sering diminta menurunkan Mike disana.

PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang