LEVEL 15 (Repost)

5.7K 73 17
                                    

"Oke, biar gue ringkes ceritanya. Satu, mamahnya Mike adalah bunda tirinya Alliya, karena mamanya Mike nikah sama papahnya Alliya. Dua, artinya Mike sama Alliya saudara tiri, walaupun secara nggak langsung. Tiga, you had sex with your step sister? Several times?!" Devon mengerjap takjub menatap jari-jarinya sendiri.

Teman-temannya yang lain juga tampak takjub mendengar cerita Mike.

"Ehh ... pernah buang di dalem nggak? Pernah nggak pakai pengaman?" Raja mengangkat tangan seperti murid yang bertanya di sekolah. Mike menatapnya seakan Raja sudah gila. "Okay, pertanyaan yang salah. Yap," ujar Raja sambil menurunkan tangannya.

"Bener, kan ... harusnya waktu itu si Alliya sama gue aja. Seenggaknya jelas dia bukan anggota keluarga gue," gumam Raja, yang kali ini mukanya langsung dibekap dengan bantal sofa oleh Mike.

"Lalu, apa keputusan lo selanjutnya?" tanya Rama.

Mike menghentikan siksaannya pada Raja dan kembali duduk sambil melipat kaki di atas sofa, lalu menjawab pertanyaan Rama dengan tersenyum dingin, "sudah waktunya permainan yang baru dimulai."

Temannya yang lain mengerutkan kening mendengar jawaban Mike.
"Aku cuma mau ingetin, hati-hati Mike. Jangan sampai kamu menyesal," ucap Lafy.

Mike bermaksud membalas ucapan Lafy karena dikiranya gadis itu membela Alliya, namun ketika Mike menatap Lafy ia sadar gadis itu hanya mengkhawatirkannya dengan tulus. Jadi Mike mengangguk menjawab ucapan Lafy.

Permainan kali ini bukanlah permainan yang biasa Mike mainkan. Dan semua temannya hanya berharap Mike ataupun Alliya tidak akan hancur karena permainan ini.

***

Alliya tertatih mengangkat kopernya. Ia tidak ingat kapan berbelanja hingga barang-barangnya sudah bertambah begitu banyak sejak pertama kali ia datang ke kota ini. Kemungkinan besar sejak ia berusaha menghibur dirinya sendiri dengan shopping setiap pulang kerja, kebiasaan baru yang Al lakukan sejak lebih dari seminggu ini.

Setelah lelah didesak oleh bunda dan Caca, Al akhirnya menyerah dan mulai memindahkan barang sedikit demi sedikit ke rumah baru. Rumah itu memiliki halaman yang cukup luas. Terdiri dari dua lantai dengan empat kamar. Terlalu berlebihan kalau hanya untuk Al dan Caca tinggal berdua. Tapi orangtua Al mengantisipasi kalau mereka sedang menginap atau ada tamu.

Kamar Al di atas, sedangkan kamar bunda dan Caca di lantai bawah. Setelah mengkosongkan apartmen, Al pun mengangkut barang-barangnya yang kali ini hanya tersisa dua koper serta beberapa kardus.

Tetap saja mengangkut barang-barang itu secara bolak-balik dari lantai bawah ke atas pasti lumayan berat. Bundanya sedang memasak di dapur, dan Al tidak ingin merepotkan bunda.

"Belum selesai, Al?" bundanya muncul masih mengenakan apron merah dan menggenggam pengaduk sayur.

"Bahkan belum ada yang dibawa ke atas, Bun. Al cuma angkut dari taksi ke sini. Tukang taksi nya resek nggak mau bantuin," ucap Al yang menatap kesal pada tumpukan barangnya di bawah tangga.

"Ck,ck,ck. Kamu sejak kapan punya barang sebanyak ini di Jakarta? Seingat bunda dulu kamu Cuma bawa sedikit deh," renung bunda yang membuat Al meringis bersalah.

Pintu terbuka, dan Al mengira akan melihat Caca pulang dari jalan-jalannya sehingga ia bisa minta tolong. Tapi ide itu segera menguap begitu melihat siapa yang muncul.

"Mike, untung kamu sudah pulang. Bantuin kakak kamu angkat barangnya ke kamar ya," ujar bunda Alliya.

"Oke," jawab Mike singkat dan mendekat. Ia segera mengangkat dua kardus.

"Tenang, tukang angkutnya sudah datang. Bunda lanjut masak ya," ucap bunda sambil berlalu kembali ke dapur.

Al menatap Mike, tidak percaya dan tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Mike di sini.

PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang