Ini Cuma permainan. Dan gue nggak pernah kalah.
Yep, itu sebabnya gue di sini hari ini. Gue nggak pernah kalah!
Mike berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa tindakannya ini semata-mata karena ia memang tidak pernah kalah dan selalu harus menang. Jadi ia tidak bisa melepaskan Al begitu saja. Tapi, untuk apa meyakinkan diri kalau memang benar begitu? Kecuali kalau itu hanya alasaan yang dibuat-buat.
Ia segera mengusir pikiran itu jauh-jauh. Lebih baik fokus pada buruannya daripada fokus pada alasan di baliknya. Ada alarm yang seperti berbunyi di benaknya setiap ia memikirkan alasan dibalik tingkahnya yang tidak tahan terlalu lama tidak melihat Al.
Sudah hampir seminggu sejak terakhir ia bertemu Al. Sejak secara tegas gadis itu memintanya mundur. Satu minggu yang terasa seperti setahun. Mike nyaris gila, apalagi Nitta dan kawan-kawan benar-benar menepati janji dengan tidak memberikan bocoran apapun. Satu-satunya pertanyaan yang dijawab adalah: Gimana kabar Al?
Dan jawabannya: baik. Al baik-baik aja kok.
Itu nggak cukup, Pemirsah! Akhirnya demi menyelamatkan diri dari kegilaannya, Mike memutuskan kembali berusaha. Yah, itulah alasan yang paling jujur untuk tindakannya hari ini.
Kini Mike sedang berada di mobilnya yang terparkir di seberang kantor Al. Menatap ke arah pintu gerbang, berharap akan melihat Al dan teman-temannya keluar untuk makan siang. Ia menatap jam tangannya, baru pukul 12.05. kemungkinan makan siang mereka jam 12.00 jika sesuai kantor umumnya. Mike memutuskan bertanya pada Rea.
MikeAndromeda: Lagi dimana? Udah makan siang?
ReaAprillia: Ini mau ke kantin. Tumben nanya?
MikeAndromeda: Makan siangnya ama siapa aja?
ReaAprillia: Yey, modus!
MikeAndromeda: Kan aku nanya soal Mbak Rea, bukan tanya soal Al. Jadi nggak ada salahnya donk?
ReaAprillia: Canggih lo ngelesnya. Iya deh, iya. Ini mau makan di kantin ama Mey, Nitta & Al.
MikeAndromeda: Oh, udah pesen makanan? Boleh numpang makan nggak kalo di kantin sana?
ReaAprillia: boleh aja. Tapi mau makan apa? Gue ama anak-anak aja bingung mau makan apa. Aslinya pengen bakso yang di gang sebelah kiri kantor. Tapi luar mendung gelap. Males kalo ntar baliknya ujan.
MikeAndromeda: Ok sip. Delivery bakso segera datang!
Mike mendengar nada chat handphone nya, pertanda Rea membalas pesannya. Namun ia abaikan dan bergegas mencari bakso yang dimaksud. Ternyata cukup mudah menemukannya.
***
Al menatap menu dengan pandangan lesu. Sudah beberapa hari ini ia tidak napsu makan. Biasanya ia ikut saja temannya pesan apa. Tapi hari ini temannya tampak saling menunggu, seakan sulit memutuskan ingin makan apa. Sebenarnya memang tadi mereka membicarakan ingin makan bakso.
Tapi setelah turun ke lantai bawah barulah mereka sadar bahwa di luar sedang mendung gelap. Dan karena malas naik lagi untuk mengambil payung atau memilih resiko nanti kehujanan, akhirnya mereka sepakat makan di kantin saja.
"Oke, aku pesen mie aja deh," ucap Al. Ia sedang tidak sungguh-sungguh napsu makan. Jadi memilih mie adalah pilihan aman.
"Eh, jangan. Mie nya ... tinggal dikit pilihannya!" ujar Rea tiba-tiba. Nitta dan Mey mengkerut memandang Rea, namun tidak mengatakan apa-apa. Al menatap bingung pada Rea. Dan ketika menatap Mey dan Nitta, mereka justru mengalihkan pandangan. Ada yang aneh deh.
"Delivery tiba!" sesosok pria dengan topi bisbol berwarna hitam meletakkan bungkusan kresek putih besar di hadapan mereka.
Al membelalak menatap pria itu. Walaupun wajahnya ditutupi topi bisbol, tapi Al tetap bisa mengenalinya dengan mudah dimanapun. Al segera memelototi teman-temannya. Mey dan Nitta angkat tangan, "Gue nggak ikutan." Ujar Nitta.
"Gue juga." Ucap Mey. Padahal mereka jelas-jelas tidak terkejut dengan munculnya Mike.
"Mbak Rea," Al menggeram rendah.
"Tadi dia Cuma nanya gue udah makan siang atau belum kok. Ya gue jawab aja kalau ini mau makan siang di kantin. Trus dia tanya lagi, pesen apa? Bisa ikutan nggak? Ya gue jawab, belom tau. Soalnya kan emang aslinya tadi mau makan bakso sebelah. Gitu," ujar Rea dengan wajah bersalah, tanpa berani membalas tatapan Alliya.
"Eh, gue pinjem mangkuk dulu ya. Lima kan? Minumnya apa? Teh? Jeruk? Pake es? Anget?" tawar Rea. Teman-temannya yang lain bergumam "teh anget", Mike menjawab "gue ikut aja."
"Oke. Teh anget semua ya. Sip." Dan Rea buru-buru kabur meninggalkan Mey dan Nitta yang saling pandang karena merasa bersalah.
Mereka berdua memang tidak memberi tahu Mike apapun soal Alliya. Namun fakta bahwa Rea tadi buru-buru mengirim chat pada mereka berdua yang isinya mengabarkan kedatangan Mike membuat mereka jadi ikut merasa bersalah.
"Aku udah berusaha nyerah lho," ucap Mike, jelas ditujukan pada Al.
Nitta buru-buru mendekat ke arah Mey yang mengeluarkan headset dari saku celana, lalu mereka menggunakannya bersama-sama dari handphone Mey. Al memutar bola matanya melihat tingkah mereka.
"Buktinya udah seminggu ini aku nggak gangguin kamu. Tapi gak kuat," Mike menghela napas lesu. Al masih bungkam, berupaya mengabaikan Mike.
Rea akhirnya kembali sambil membawa baki berisi teh hangat dan tumpukan mangkuk.
"Eh, sempit deh di sini kayaknya. Itu kosong tuh," Rea mengedikkan dagunya ke arah meja kosong yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka saat ini. Mey dan Nitta segera mengangguk dengan semangat. Lalu mengangkat dua bungkus bakso, dan membawa sisanya ke meja kosong.
Rea sendiri meletakkan dua buah mangkuk beserta sendok, garpu dan teh hangat di hadapan Mike dan Al, menghindari pelototan Al. Lalu buru-buru kabur mengikuti Mey dan Nitta.
Al bergegas bangkit untuk mengikuti mereka, namun terhenti ketika mendengar ucapan Mike.
"Nggak usah kabur. Kamu bukan pengecut kan?" pria itu mulai menuang bakso ke mangkuk, lalu menyodorkan sambal dan saus yang diplastik terpisah.
Setelah satu bungkus tertuang, Mike mendorong mangkuk ke arah Al. Lalu menuang bakso satunya. "Ayo makan. Aku laper. Abis ini harus buru-buru balik ke studio latihan."
Al segera melahap baksonya sambil memelototi Mike. Sementara Mike menghadapi pelototan itu sambil tersenyum manis.
Tanpa terasa makanan mereka pun habis. Mike mengecek handphone nya lalu bangkit dari tempat duduk.
"Aku udah dicari anak-anak. Duluan ya." Ucapnya. Al hanya cemberut menatap punggung Mike. Sampai kemudian cowok itu berbalik menghadapnya.
"Besok aku dateng lagi. Atau mungkin nanti. Bye!" lalu kembali berbalik dan sungguh-sungguh pergi.
Ketiga teman yang tidak setia kawan akhirnya kembali mendatangi Al.
"Elo nggak kenapa-kenapa kan Al?" tanya Mey perlahan.
"Menurut kalian?" jawab Al dengan sengit. Ketiga temannya nyengir lebar.
"Akhirnya, napsu makan Alliya balik dengan kekuatan penuh. Kayak orang kelaparan!" Nitta menyeringai lebar. Rea dan Mey manggut-manggut setuju sambil tepuk tangan.
Barulah Al tersadar dan menatap mangkuknya. Semangkuk bakso yang beberapa hari ini bahkan tidak berhasil menggoda selera, ludes tak tersisa.
Mukanya memerah memahami arti kedatangan Mike barusan bagi mood makannya.
Sialan!
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)
RomanceTHE PLAYERS series #2 (Sudah diterbitkan secara Self Publish, dan hadir di google Play Store) (Walaupun seri, kalian bisa membaca hanya salah satunya. Karena beda cerita, beda tokoh utama. Hanya antar tokoh berkaitan) WARNING! 21++ Be a smart and wi...