LEVEL 8

8.3K 437 4
                                    

Mood Al berada di ambang batas, seperti ibu-ibu hamil. Antara kesal dan excited sulit dibedakan. Sejak kedatangan Mike yang nimbrung makan siang bersamanya, Al semakin giat menyibukkan diri dengan pekerjaan. Namun masih memelototi teman-temannya sesekali.

Yang dipelototi tentu saja justru nyengir kuda. Karena tingkah Al yang beberapa hari terakhir seperti kehilangan semangat hidup justru berubah jadi seperti boneka habis diisi baterai. Alias dalam kekuatan penuh!

"Ciyee, yang katanya nggak mau dideketin," Rea lewat sambil nyengir.

"Baterainya penuhhhh. Penuh semangat 45!" Mey yang membuntut di belakang Rea ikut senyum-senyum tidak jelas. Al nyaris melempari mereka dengan tempat alat tulis, sayangnya duo racun itu sudah keburu kabur.

Tuh anak berdua sengaja lewat kantorku Cuma demi ngeledek?!

Al semakin misuh-misuh dalam hati karenanya. Tapi ia pun tidak bisa menampik, bahwa kehadiran Mike tadi walau hanya sebentar, mampu mengembalikan semangat hidupnya.

Al sadar, ia kini dalam masalah besar karena hatinya sendiri.

***

"Kenapa lo? Kayak boneka chucky aja. Nyengir lebar banget," Devon menatap curiga pada Mike.

"Paling abis ketemu gebetannya," Layla menyahut dari tempatnya menulis.

"Kamu sibuk nulis apa sih, Sayang?" Rama menatap penasaran pada Layla yang sedari tadi menunduk.

"Nyalin catatan kuliahnya Mike," jawab Layla singkat. Rama segera bangkit dan menampar kepala Mike dengan salah satu buku milik Layla.

"Woy Setan! Elo ngapain nyuruh istri gue nyalin catetan buat elo!" hardik Rama. Mike yang sedari tadi nyengir bahagia langsung memelototi Rama. Tapi sebelum sempat mengatakan apapun, Layla sudah bersuara terlebih dahulu.

"Dengerin donk kalau aku ngomong. Aku yang nyalin catetannya. Buat aku sendiri. Soalnya di catetan Mike ada point-point penting buat ujian depan. Kebetulan materinya susah bagi aku. Makanya aku salin buat belajar," Layla akhirnya mengangkat wajah dari buku dan menatap Rama. Suaminya segera terkekeh malu, tapi tidak kelihatan merasa bersalah terhadap Mike.

"Gimana perkembangan ama Si Al?" tanya Dewa menghentikan aksi Mike yang nyaris membalas kelakuan Rama. Mike mengerutkan kening memandang Dewa.

"Nyebutnya ga usah gitu napa?" sahutnya. Dewa terbahak diikuti Rama, Layla mengulum senyumnya.

"Elo semua minta digampar ya?" Mike memelototi mereka semua. Rama semakin terbahak mendengarnya.

"Tumben belain cewe lo? Biasanya juga slow aja," ucap Rama saat tawanya sudah agak reda.

"Bukan cewenya. Jadian aja nggak," sahut Dewa, yang membuat Rama kembali terbahak. Layla segera menyingkir dari arena pertempuran saat suara bak-buk mulai terdengar karena Mike berusaha menghajar Dewa dan Rama dengan segala macam senjata yang ada.

***

Kabur dari antek-antek Mike (baca: Rea, Mey dan Nitta) ternyata butuh usaha besar. Al men-silent handphonenya. Keluar melalui pintu samping parkiran sepeda motor yang terletak agak jauh dari parkiran mobil, dan segera memanggil ojek online di sana karena ia yakin baik Rea, Mey maupun Nitta tidak akan mengira ia sampai melakukan semua hal merepotkan itu demi menghindari mereka.

Seandainya ketiga orang itu tidak keukeuh berusaha menjadi cupid bagi Al mungkin ia tidak akan perlu melakulan semua ini. Al tahu ia tidak bisa lantas pulang ke apartmennya, objek utama yang dihindari mungkin sudah menunggu di depan gerbang seperti yang akhir-akhir ini dilakukannya. Al heran bagaimana mahasiswa yang merangkap anak band terkenal bisa memiliki waktu luang untuk bahkan repot-repot menungguinya setiap pulang kerja.

Jadi disinilah ia sekarang, sebuah Mall yang terletak tidak jauh dari apartmennya.

Masa iya tiap hari harus ngelayap dulu sepulang kerja? Udah capek. Makin bokek juga. Al meratapi nasibnya saat matanya menangkap obralan novel di salah satu gerai toko buku. Tidak bisa menahan diri, akhirnya ia menghampiri tempat itu.

Kebetulan sedang tidak banyak orang di sana, mungkin karena jam pulang kerja, Al tadi sempat melewati food-court yang terlihat penuh sesak. Hanya ada seorang gadis selain Al di bagian obralan. Beberapa pengunjung lain terlihat di penjuru toko itu, di antara rak-rak buku.

Ketika Al melihat-lihat beberapa novel, matanya tidak sengaja menemukan tumpukan majalah gossip yang dipajang di rak samping obralan. Al mengambil salah satunya, diikuti gadis yang tadi juga melihat-lihat bagian obral. Al diam-diam melirik gadis itu, entah kenapa ia merasa pernah melihatnya. Gadis itu memakai sweater besar bergambar kucing, mengenakan kacamata serta menggendong tas ransel. Sepertinya gadis kuliahan, sedangkan Al tidak yakin ia memiliki teman yang masih kuliah di kota ini.

Gadis yang diperhatikannya mendadak mendongak menatap Al. Al yang malu karena kedapatan memandangi segera mengalihkan perhatiannya pada majalah yang ia pegang.

"Fans nya Mike ya?" gadis berkaca mata itu bertanya.

"Hah?" Al kembali mengangkat pandangannya. Gadis yang tadi bertanya terlihat geli dengan tanggapan Al, lalu menunjuk ke majalah yang sedang di pegang Al. Al mengalihkan perhatiannya pada majalah tersebut dan tanpa sadar mengumpat pelan. Rupanya halaman yang sedang pura-pura ia tekuni berisi biodata Mike Andromeda.

"Em...eh, nggak juga. Biasa aja," Al tersenyum kecil. Gadis berkaca mata itu tampak memperhatikan lekat-lekat wajah Al, ekspresinya seperti mengenali Al. Al semakin curiga bahwa gadis itu mungkin kenalannya. Namun kemudian gadis itu terlihat mengulum senyum, dan kalau tidak salah Al melihat kilatan usil di matanya. Gadis berkaca mata itu meletakkan majalah yang tadi dipegangnya dan berpamitan, "duluan ya." Al mengangguk ragu.

Hingga kemudian gadis berkaca mata itu berhenti dan menoleh pada Al, "Kalau nge-fans nggak papa kok. Kalau suka juga boleh."

Al mengerjap kaget, kemudian gadis berkaca mata tadi melanjutkan ucapannya, "yang penting hati-hati ya." Dan gadis berkaca mata itu benar-benar keluar dari toko buku, tanpa membeli apapun.

Al semakin bingung, namun yakin bahwa mereka saling mengenal entah dimana. Mengusir pikirannya tentang gadis aneh itu, Al masuk semakin dalam ke bagian rak-rak buku. Namun bukannya berhenti di bagian novel seperti yang seharusnya ia rencanakan tadi, AL justru berjalan lurus ke arah bagian majalah yang sepertinya terletak di bagian-bagian berbeda di penjuru toko ini.

Lagi-lagi tangannya meraih sebuah majalah dengan The Players sebagai covernya, kali ini bukan majalah gossip melainkan memang majalah mengenai musik.

Al membalik-balik isinya, menemukan halaman khusus berisi fot-foto The Players. Mulai dari yang lengkap berlima hingga foto individu yang disertai biodata. Al lagi-lagi berhenti di bagian biodata Mike. Ia tersenyum tipis menyadari bahwa informasi di sana hanyalah informasi umum seperti tempat tanggal lahir dan awal mula Mike merintis karir bersama The Players. Termasuk perkembangan kuliah yang rupanya sudah memasuki tahap skripsi. Lagi-lagi Al heran bagaimana Artis sibuk yang merangkap mahasiswa kejar skripsi bisa punya waktu mengejar wanita.

Perhatiannya terusik ketika seorang wanita yang entah kapan muncul tiba-tiba berbicara di sampingnya. "Tampan ya dia? Wajah dan senyumnya seperti malaikat."

Wanita itu juga memegang majalah yang sama dengan Al. Ia menatap halaman yang sama, halaman dengan wajah Mike yang tersenyum manis.

Al menoleh ke sekelilingnya, mengira-ngira apa wanita yang kelihatan cantik dan berkelas itu sedang berbicara dengannya atau orang lain. Namun tidak ada siapa-siapa di sana. Wanita itu akhirnya mengangkat pandangannya dari majalah dan menatap Al. Ia mengenakan gaun sutra berwarna putih yang terlihat simple namun mahal. Make-up nya tidak berlebihan, namun menghaisi wajah dengan sentuhan yang sempurna.

"Maaf?" Al akhirnya bersuara. Gadis tadi akhirnya tersenyum kecil, ekspresinya seperti memahami kebingungan Al.

"Saya akan to the point. Saya tahu bahwa Mike Andromeda sedang berusaha mendekati kamu. Dan hari ini saya sengaja mengikuti kamu untuk mengatakan sesuatu."

*****


Hai, chapter selanjutnya mungkin akan ada bagian yang 18+ ya. Mohon bijak.

Terima kasih ;)

PLAYED (The PLAYERS 2 - REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang