٦- Berteman?

2.1K 85 0
                                    

Aku ingin menjadi seorang hafidzah, begitupun yang aku harapkan untuk jodohku kelak. Sejatinya disaat engkau sibuk memperbaiki diri, maka jodohmu pun sedang sibuk memperbaiki dirinya, jodoh adalah cerminan diri.

~

Yuk kita bersiap-siap menuju masjid, sebentar lagi waktunya sholat maghrib," ucap Ustadz mengalihkan perhatian kami kepada beliau.


Para ikhwan segera bangkit mengikuti Ustadz yang sudah berjalan mendahului kami. Setelahnya para akhwat pun menyusul untuk segera menuju masjid, termasuk Aku dan Nayla.

Langkah kaki kami bersamaan memasuki masjid yang belum begitu ramai. Aku dan Nayla mengambil shaf paling depan beserta teman-temanku yang lain.

Aku segera membuka mushaf yang sejak tadi sore belum kubuka. Ayat demi ayat kembali kulatunkan agar segera menempel dalam ingatanku. Tanpa terasa alaram otomatis di dalam masjid berbunyi menandakan waktu maghrib telah tiba. Zahro menutup kembali mushaf Al-quran miliknya ketika mendengar suara adzan yang begitu merdu.

Serentak mereka menjawab suara adzan yang menggema dengan merdu. Kemerduan yang membuatku merinding tatkala meresapinya.

"Laailaahaillallaah,"

Aku mengangkat tangan memanjatkan do'a setelah adzan. Doa yang berisi hajjat-hajjat yang selama ini aku impikan. Termasuk hajjat ku mengunjungi kota seribu wali, Tariim, Yaman. Tak ingin aku melewatkan waktu ma'bul ini dengan sia-sia. Tariim, kota yang aku impikan dan Darul Zahro ma'had impian banyak orang yang ingin menimba ilmu agama dan rohaninya.


Dari Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Do’a antara adzan dan qomat tidak ditolak, maka berdo’alah kamu."
(HR. Ahmad)

"Zah," panggil Nayla selepas Zahro menyelasaikan doanya.

"Kenapa Nay?" tanyaku datar.

"Itu loh tadi yang adzan merdu banget," punjinya gemas. Aku mengangguk mengiyakan perkataannya. Ia bertanya lagi, "Ente tau gak siapa yang adzan?"

Aku sedikit bingung dengan pertanyaannya, "Ane mana tau Nay, lagian untuk apa dipermasalahkan," jawabku singkat.

"Ente Zah suara temen sendiri gak kenal, itu suara Ali, Zah. Ckck," Nayla menggelengkan kepalanya berkali-kali.

"Maasyaa Allah, gak nyangka dia punya suara merdu gak ketulungan," batin Zahro kagum.

"Zah kok diem aja?" tegur Nayla menyadarkan Zahro.

"Astagfirullah," ucapku segera menepis perasaan kagum yang mulai menjalar.

"Gak papa Nay, ane lanjut baca Quran dulu ya,"

"sip Zah,"

Iqomah berkumamdang yang menandakan waktu sholat akan segera dimulai. Zahro menutup Al-Qurannya dan segera berdiri untuk melaksanakan sholat fardhu maghrib.

***

S

elepas sholat Zahro dan Nayla pamit pulang kepada teman-temannya, "Sar kita pamit pulang duluan ya, udah kelar maghribnya ntar dicariin lagi," ucap Nayla menghampiri Sarah.

Santri TahfidzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang