06.15
Zahro telah selesai menyetorkan hapalannya kepada Ustadzah. Ia bersiap-siap untuk berangkat di hari pertama sekolah memakai cadar.Hari Senin, gadis yang memakai seragam putih abu-abu dengan khimar segitiga berwarna putih yang menutupi lekuk tubuhnya dengan sempurna sedang mengeluarkan motornya dari tempat parkir asramanya.
Meskipun ini hari pertama ia mengenakan cadar, tak terlalu masalah baginya. Ia tak mencemaskan bagaimana pendapat teman-teman sekolahnya nanti. Yang ia pikirkan sekarang hanyalah ijin dari Kepala Madrasah agar memperbolehkan ia mengenakan cadar.
Angin pagi yang berhembus membuat Zahro menggigil kedinginan. Motornya melaju di jalan raya yang sangat lenggang. Sebentar lagi Ia akan sampai di Madrasah tempatnya menimba ilmu.
Beruntung Zahro datang di pagi buta sehingga ia tak perlu melihat tatapan aneh yang akan sedikit mengganggunya di hari pertama Ia mengenakan cadar. Setelah menaruh motornya di parkiran Ia dikejutkan dengan seseorang yang menatapnya ambigu. Serem, batin Zahro. Zahro hanya bergidik dan meninggalkan parkiran dengan langkah cepat.
"Alhamdulillah," ucap Zahro lega ketika Ia sudah masuk kelas. Kosong, hanya ada Zahro seorang diri di kelas tercintanya.
Zahro duduk di bangku belajarnya, Ia mengeluarkan handphone dari dalam tas berniat menghubungi Ustadz wali kelasnya ketika SD dulu.
"Assalamu'alaikum Ustadz, Zahro sudah sampai di sekolah. Ustadz kira-kira jam berapa kesini?" tanya Zahro sopan.
"Wa'alaikumussalam warohmatullah, ini Ustadz lagi di perjalananan. Insyaa Allah setengah jam lagi Ustadz sampai disana." jelas Ustadz Firman di sebrang telepon.
"Alhamdulillah, Zahro tunggu ya Ustadz di pos satpam, Hati-hati Ustadz di jalan,"
"La, jangan menunggu Ustadz di pos satpam, tunggu saja Ustadz di kelas. Antum kelas apa?"
*La=tidak*"Maasyaa Allah Ustadz, tidak perlu repot seperti itu-" ucapanku terpotong
"Tidak apa, lagipula ini hari pertama antum bercadar. Bagaimana tanggapan orang-orang nanti melihat antum berdiam diri di post satpam tanpa melakukan apapun? Antum juga kan belajar di Madrasah ntar kalo telat masuk kelas karena nungguin Ustadz kan repot jadinya," jelas Ustadz membuatku berpikir matang.
"Hehe, Ustadz pengertian banget Syukron Ya Ustadz. Kelas ana X Bahasa Ustadz," jelasku sambil tersnyum lebar.
"Oh yasudah, antum ingat ya gak usah dengerin apa kata temen. Fokus saja melakukan suatu ibadah karena Allah lillahita'ala. Tidak usah mendengarkan semua perkataan mereka, cukup dengarkan mana yang mengajak antum ke jalan surga Allah," Perkataan Ustadz begitu menyentuh lubuk hati Zahro. Ia segera menghapus air mata yang sempat jatuh dari tempatnya.
"Ustadz Jazakallahu khoiron katsiron, semoga keberkahan dan ridho Allah selalu meliputi antum," doa Zahro tulus.
"Aamiiin Ya robbal 'alamiin. Yasudah ana tutup teleponnya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam,"
***
"Guten morgen," sapa guru yang mengajar bahasa jerman di depan kelas. Beliau biasa dipanggil Frau Hasna.
*Guten Morgen = selamat pagi."Morgen, (pagi)" jawab kami serempak.
Frau langsung mengabsen muridnya satu persatu. "Zahro Asshofiyah?"
Aku mengangkat tanganku yang sedikit bergemetar, mengingat tadi pagi banyak teman yang menyakan mengapa aku bercadar, tak sedikit juga dari mereka yang menatapku dengan berbagai tatapan. Satu saja perkataan yang menguatkanku saat ini, yaitu perkataan Guru yang mengajarkanku untuk menghadapi UN ketika SMP. Kalo SMA nanti mau pakai, gak papa Zah jangan merasa berbeda dari yang lain. Sejauh ini aku masih merasa percaya diri, "Hadiroh, (hadir)" kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Tahfidz
EspiritualAl-Quran. Menghapalkan Al Quran merupakan kedudukan mulia di sisi Allah. Gadis bernama Zahro dengan usianya yang sudah mencapai 15 tahun memulai sebuah jalan yang baru. Zahro memulainya, dengan waktu mudanya yang sudah semakin menipis. Ia berharap a...