Esok paginya, tibalah hari pertunjukan. Gue, dan temen- temen gue lainnya sudah dalam keadaan prima, dan siap untuk tampil. Tapi sebelumnya, gue masuk ke uks bersama temen- temen lainnya untuk di make up. Secara bergantian kami masuk, dan keluar satu persatu. Cukup memakan waktu banyak waktu untuk ini.
Buat para lelaki, bu wening memberikan alis yang tebel bagi mereka, dan tak lupa juga diberi lipstik merah di bibirnya. Gue sebenernya menolak, gue paling sebel sama namanya lipstik. Tapi karena ini tuntutan, ya mau gak mau harus make. Karena lu tahu saat gua make lipstik dulu pas tk. Gue pernah menjilat- jilat bibir kerena rasanya hampir mirip permen. Namun untungnya pas waktu itu gue gak dibawa ke Rumah sakit terdekat. Karena lucu juga jika seorang anak kecil keracunan lipstik yang di pake di bibirnya.
Plak, plak, plak. "Oke anak- anak ayo berkumpul." Bu wening tampak paling semangat. "Apa kalian sudah siap. ?"
"Siap bu !!!." Menjawab serentak penuh semangat.
Bu Wening mengulurkan tangannya. "Yaudah yok ulurkan tangan kalian kita bakalan melakukan tos." Kami semua bersama- sama mengulurkan tangan. Membentuk tumpuk- tumpukan tangan. Dengan satu hentakan nada kami semua berseru bersama.
"Hoe !!!" Tangan kami melambung ke udara bersama.
Saat bubar kami langsung pergi ke belakang stage. Penampilan pertama ini adalah paduan suara. Untuk hal ini, Gue udah persiapin dari kemarin. Nyekokin diri gue sendiri dengan kencur 1 liter. Semua itu demi membuat orang yang mendengar suara gue terkesan. Karena gue pernah baca di majalah, itu adalah salah satu cara buat bikin suara bagus. Kalo gak salah dulu majalahnya di depan ada gambar kakek- kakek kerokan. Kayaknya itu majalah tempo dulu. Kami semua membenarkan dasi.
Ini kadang juga membutuhkan pemanasan. Gue mengelus- elus leher gue supaya dia jinak dan gak liar. Kalo misal dia terlalu tinggi nadanya maupun sebaliknya. Berada di panggung, membuat kami semua membungkuk sebentar. Memberikan penghormatan kepada tamu yang datang. Serta mungkin dalam benak gue, secara halus kami minta maaf dari awal. Misal kalo nanti penampilan kami gak terlalu baik.
Putri maju kedepan dengan memakai sarung tangan putih layaknya composer- composer terkenal. Badanya dia coba tegakkan berulang kali. Gue tahu kalo sebenarnya dia nerfes. Tampak dari tangannya yang mulai bergetar. Maka berayunlah tangannya secara berirama. Gue memperhatikan betul- betul. Kadang kalo ada satu yang meleset, bisa- bisa pita suara gue bergetar kencang, dan menimbulkan suara fals. Ini adalah lagu pertama, lagu kebangsaan Indoenesia Raya. Gue harap disini gak ada yang membuat kesalahan. Karena mungkin kalo ada, bisa- bisa mempermalukan negara.
:"Indonesia Raya merdeka- merdeka." Bait pertama kami tak ada yang melakukan kesalahan. Ini cukup membuat gue dan temen- temen merasa lega.
Hingga lanjut ke bait ke 2 dan ketiga yang semuanya juga mulus tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Gue bisa melihat ekspresi tamu daerah senyum- senyum ngelihat penampilan kami. Ini tak ada masalah hingga selanjutnya pentas diadakan. Ya, pentas drama berjudul, cinta kerbau, kami di backstage diterpa gugup yang amat sangat menyiksa.
"bu ini gini ya." tanya kosa.
"aduh itu dipake di pantat kosa bukan di muka." wajah kambing dan ekornya ketukar.
"Bu cara pakenya ini gimana ?." Nur sedang memakai make up putih.
"aduh jangan banyak- banyak."
Kalo ini sebuah kericuan gue rasa sudah masuk kategori siaga merah.
Bruakk... Seroang guru perempuan menerobos kerumunan yang tengah bingung persiapan.
"bu masih lama kah ?."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONJONG [COMPLETE]
Humor#476 humor #345 humor #342 humor Kadang Hidup itu tak bisa dikira, dan ini cerita ketika aku masih TK dan SD. Sebuah masa ketika kita semua menjadi diri kita sendiri, tanpa kekangan, tanpa dalih embel- embel dan bahkan pengetahuan belum masuk ke dir...