HADIAH BUAT BU NIAR 2

35 17 0
                                    

Sudah satu semester gue, dan temen- temen gue di ajar sama bu Niar. Kami semua sepertinya sudah akrab dengan beliau. Tak ada rasa takut, tak ada rasa tertekan, kami semua malah merasa enjoy. Kurang sebulan lagi ulang tahun Bu Niar. Sebagai ucapan terimakasih gue, dan temen- temen mau ngasih dia kado yang istimewa. Walaupun sebenarnya, kami semua kekurangan dana, Uang jajan kami sehari- haripun masih belum cukup bila dikumpulkan, dan dibelikan kado. Rencana kamipun terancam gagal. Hingga pas saat pulang sekolah, gue dan Dee melihat seorang laki- laki berjualan. Dia dikerubuni oleh banyak sekali anak- anak seusia gue dan dibawah gue. Gue dan Dee penasaran sebenarnya apa yang dia jual, kemudian kami berdua mendekatinya. Ternyata laki- laki tersebut menjual gamabaran tokoh- tokoh animasi yang belum diwarnai, dan dihargai sebesar 500 perak. Memang murah, dan bersahabat dengan kantong- kantong kami, Karena gue tertarik, gue sempet membeli 2 buah, Dee juga demikian. Gue membeli naruto dan DragonBall, sedangkan Dee, membeli sasuke dan juga power ranger. Dari situlah gue mendapat ide buat bikin gambaran, mungkin ini bisa berhasil, dan rencana buat ngasih kado Bu Niar, dapat terwujud. Dee setuju dengan ide gue, sepertinya temen- temen lainya juga bakalan setuju.

Keesokan harinya, gue ngomong ke temen- temen gue. Mereka semua pada setuju dengan usulan gue. Tapi, sayangnya gue kekurangan tenaga kerja buat ngejalanin proyek ini. Tak banyak dari temen- temen gue yang suka ngegambar. Cuman gue, dan beberapa orang temen gue yang suka menggambar. Diantaranya Gue, Dee, Bidin dan Tio, sedangkan temen- temen gue yang lainnya cuman mensupport kami berempat dari belakang dengan membantu kami menjajakan dagangan. Sebenarnya, kami berempat juga gak jago- jago amat buat ngegambar tokoh- tokoh animasi yang ada di TV, dan gambaran kami juga masih kalah sama pria yang menjual gambaran di luar sekolah gue. Oleh sebab itu, gue punya siasat jitu. Yaitu dengan mendahului pria tersebut menjajakan gambarannya, serta menyebarkan isu- isu miring mengenai pria tersebut ke Bu Niar.

"Bu.. Ada orang jualan mainan di dalam lingkungan sekolah !" Kata gue

"Hah bener itu wa ?!" Bu Niar bangun dari kursinya. "Iya bu beneran itu ada di sana" Kata gue sambil menunjuk keluar pintu. Bu Niar bergegas ke luar

Sebelumnya emang gue udah menyusun itu semua, tentang laki- laki itu supaya masuk ke halaman sekolah. Gue ngebohongin pria tersebut. Gue bilang kalau dia boleh masuk halaman sekolah, karena disana juga masih ada penjual pentol yang ada di dalam sana. Tapi itu emang diperbolehkan, sebab penjual pentol tersebut sudah diberi ijin oleh sekolah. Dan, dia juga udah lama jualan disana. Setelah mendengar aduan dari gue dan melihat dengan mata kepalanya langsung, dia mengadukan ke guru olah raga gue untuk ditindak lanjuti. Ternyata, gue masih kecil udah tumbuh bibit- bibit kelicikan.

"Lho pak ada apa ini ?" Kata penjual gambaran kebingungan

"Bapak dilarang berjualan disini" Kata Guru olahraga gue.

"Lho pak itu kok penjual pentol boleh mangkal disini" Penjual gambaran itu membela diri. "Itu karena dia sudah mendapat ijin sekolah dan kalo makanan kami masih memperbolehkan" Jawab guru olahraga gue. "Lagian kami tidak menerima penjual mainan berada di lingkungan sekolah" Kata guru olahraga gue lagi.

"Tapi ini kan bukan mainan pak tapi gambaran" Lelaki itu masih ngotot

"ya memang tapi itu kan juga bukan makanan" Jawab Guru Olahraga gue lagi

Dengan Berat hati, akhirnya penjual itu pergi meninggalkan sekolah gue. Sebenarnya gue juga rada- rada bersalah sih mengenai itu. Tapi, tak apalah demi Bu Niar juga, Toh sebenarnya gue juga kasian sama anak- anak yang beli, soalnya itu gambaran terlalu mahal. Kadang ada yang 500 perak kadang juga ada yang 750 perak. Padahal sih, itu gambaran cuman fotokopian dari gambar aslinya yang tanpa warna. Gue, dan Temen- temen gue juga bisa buat itu. Dan, selain itu gue juga menjualnya murah, satu gambaran harganya cuman 250 perak. Sayangnya skill menggambar gue, dan temen- temen gue gak terlalu mumpuni dibandingkan penjual gambaran itu. Tapi emang sesuai dengan harganya yang 250 perak, dan dibikin sama anak- anak ingusan macem gue, dan temen- temen gue.

Setelah perginya penjual gambaran tersebut, banyak anak- anak sekolah gue dan sekolah sebelah kecewa berat. Padahal mereka masih demam gambaran tokoh animasi di TV. Oleh sebab itu, gue dan temen- temen gue muncul dengan hasil karya kami. Dan, Bisnis inipun mulai berjalan, setiap hari selalu ada saja yang datang ke kelas gue buat beli gambaran, sampai- sampai kadang kami semua kehabisan stok, dan harus pergi ke fotokopian seberang buat menggandakan gambaran itu. Untuk masalah penjualan, dan pemasaran gue menyerahkan semuanya ke cewek- cewek kelas gue. Sedangkan gue, Bidin, Tio dan Dee fokus buat ngegambar. Dan, Banyak akhirnya temen- temen cowok gue yang lainya ikutan membantu kami berempat, karena melihat kesuksesan serta menggiurkannya bisnis ini. Sehari gue dan temen- temen rata- rata bisa mendapat penghasilan 30 ribuan. Lumayan fantastis, dengan modal yang gak terlalu banyak, mendapat keuntungan yang sebegitu besar. Hingga akhirnya kami semua berhasil meencapai target kami. Lalu setelahnya kami semua membelikan kado buat Bu Niar. Gue gak tau kadonya apa, soalnya pas beli kado waktu itu gue gak ikut dikarenakan ada urusan. Tapi gue rasa kado tersebut amat bagus, melihat penghasilan kami berjualan gambaran yang melimpah. Meski sudah dibelikan kado, ternyata uang tersebut masih tersisa cukup banyak. Karena itu gue dan temen- temen gue berunding mengenai uang tersebut.

"Gimana kalo kita beliin baksonya pak Bibit" Usul Kosa

"Bisa aja tapi ini kalo makanan kan bakalan habis, yang awet aja" kata Tio

"Oh iya gimana kalo kita beliin bola sepak aja biar bisa maen sepak Bola" Usul Dee

"Setuju" Tio dan Putra bersemangat. "Betul tuh, lagian kita kan gak punya bola sendiri, masa setiap maen sepak bola minjam Bola Melulu" Kata gue

Akhirnya kami semua sepakat dengan membelikan sisa uang hasil penjualan gambaran tersebut dengan satu buah Bola. Lalu sisanya, kami kasih ke cewek, gue gak tau apa yang bakalan cewek- cewek itu lakukan dengan uang tersebut. Tapi setelah itu, denger- denger mereka ngebuat semacam arisan kecil- kecilan. Sementara Bu Niar tersenyum gembira pada saat mendapat kado dari kami, beliau mengucapkan terima kasih atas kado yang kami berikan. Padahal gue, dan temen- temen gue, gak menyangka kalau kami semua bakalan suka sama Bu Niar. Tapi nyatanya tidak, semua yang dilakukan beliau akhirnya menyusup ke kepribadian kami dan memperbaiki kami semua menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

LONJONG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang