NARUTO, SASUKE, SAKURA : BERTEMU KAKASHI

23 14 0
                                    


Dicerita ini, gue mau cerita tempat les gue bahasa inggris. Tempat les ini berada lumayan dekat dengan rumah gue, kadang gue kesana dengan memakai sepeda. Guru tempat les ini sudah kenal akrab dengan gue, Putri dan juga Dee. Semenjak kami kelas 3 kami sudah belajar di sini. Namanya adalah mas Eping, begitu kami semua memanggilnya.

Dia adalah salah satu mahasiswa universitas swasta di daerah gue. Universitasnyapun juga dekat dengan rumah gue. Mas eping adalah guru, dan kakak yang baik menurut gue. Banyak kenangan- kenangan yang gue ukir di tempat les ini bersama temen- temen gue. Dulu di tempat les ini yang paling sering masuk, dan aktiv cuman Gue, Dee dan juga Putri. Beberapa yang lainnya juga masuk namun kadang juga ada yang gak bayar les. Mereka hari pertama masuk setelah itu hari kedua dan seterusnya hilang entah kemana. Gue kadang mereasa jengkel, pada orang- orang sperti itu.

Ada pada suatu hari, kelas begitu ramai biasanya yang ngisi paling cuman 4 kalo gak 5 orang. Sekarang sampai 10 orang. Pada saat itu sungguh kelas yang paling nggak enak sendiri menurut gue. Anak- anak baru itu ramai dan memakai kata- kata kotor yang bahkan tidak bagus diucakpan oleh anak SD seperti kami. Mas eping mendengarnya tapi dia tetap sabar dan memberikan teguran selayaknya guru les- lesan pada umumnya. Tapi yah untunglah anak- anak itu sudah keluar. Tersisa cuman gue, Putri, Dee dan juga Retno. Tapi tak berselang lam sekitar 2 bulan Retno keluar. Jadi cuman kami bertiga aja gue, Dee, Putri. Duduk kami juga kadang dari depan ke belakang. atau gak gitu dalam satu meja diisi kami bertiga. Gue anggak cerita gue ini mirip kayak, Naruto, Sasuke, Sakura dan Kakashi. Yah, lu udah tau sendiri siapa narutonya siapa sasukenya, sakuranya serta kakashinya.

Mas eping kami menyapanya, adalah guru les bahasa inggris kami. Hari les pas jam terakhir selalu diiisi dengan skor- skoran, itu sebutan kami untuk lomba cerdas cermat dadakan.

"bahas inggrisnya bunga." Teriak mas Eping sambil membawa buku.

"Rose." Jawab putri.

"Sepatu ?."

Dee menjawab. "Shoes."

" Oke." Mas eping menuliskan nilai kami.

"Sementara yang memimpin putri, oke lanjut lagi, bahas inggrisnya gurita apa ?." Tanya mas eping.

semuanya diam, dan gue dengan pedenya nyelonong njawab. "Octopus !."

Dia langusng memberikan tepukan, dan teman- teman gue ngelihat ke gue dengan heran. Mas eping gak pernah mengajari bahasa inggris yang mereka tidak tahu, dan hebatnya gue tahu.

"Lu kok bisa tahu sih wa ?." Tanya Putri penasaran.

"Iya lu kok bisa tahu." Retno juga antusias bertanya ke gue.

"Yah, gue kan belajar lewat buku."

Benar, gue emang belajar lewat buku, gue suka ngelihat buku yang ada gambarnya, dan rasanya jika buku itu bergambar, dan menarik, gue lebih gampang ngehafalnya. Mas eping lalu melanjutkan soal lagi.

"Rambutan, nanas, duren apa bahasa inggrisnya ?."

Gue yang tahu juga langsung angkat tangan, padahal anak- anak belum pernah diberi materi tentang buah oleh mas eping. "Rambutan = Hairfruit, Nanas = pineaple, terus duren, jackfruit !."

Mas eping membuka tutup sepidolnya. "Yak bener."

Dia kemudian menuliskan nilai gue di papan. Perlahan, gue mulai banyak menjawab soal- soal yang susah dan anak- anak lainnay gue lampaui nilainya. Sesosok iwa, dikatakan adalah jagonya skor- skoran kalo di tempat les mas eping, dan itu memang nyata. Beberapa kali gue ikut skor- skoran, nilai guelah yang paling tinggi.

BTW, kadang gue sama temen- temen gue selalu pulang malam, bisa jam 8 atau jam sembilan. karena memang les kami berempat adalah les malam, setelah habis maghrib tepatnya. Oleh karena itu, kadang kami selalu berempat pulang bersama. Gue, putri, sama Dee bersama Retno dan ibunya. Ibunya Retno pake motor, jadi dia berada di belakang dan memberikan cahaya lebih ke kami. karena kau tahu ?, sepeda kami punya lampu juga, tapi tak bisa memecah kegelapan yang begitu pekat ketika malam.

Setelah beranjak dari kelas 3 ke kelas 4, tinggal gue, Dee dan Putri yang les di mas eping. Retno gak ada kabar, dan kayaknya dia udah berhenti les soalnya jadwalnya sibuk, begitu tutur mas eping. Begitulah, dan karena tinggal sisa kami bertiga, kami selalu menjaga perteman kami, kau tahu kenapa ?, karena, siapa yang tak takut pulang dari mas eping ketika jam 9 malam sendiran. Baik- baiklah kami bertiga, dan gak boleh sampai ada salah satu dari kami bertiga musuhan.

Rumah mas eping itu ada di pelosok, tepatnya kiri kanannya kami bisa melihat pohon bambu dan banyak sekali tumbuhan- tumbuhan liar. Selain itu, untuk jalan pulang tak ada penerangan sedikitpun, gue gak tahu apa warga disana gak mau iuran atau apa buat bikin lampu satu atau dua buah, yang jelas jalan menuju rumah mas eping begitu menyeramkan.

Namun di suatu ketika....


LONJONG [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang