“Aaarrrrggggh.!!!.” Teriakan kaget bercampur jijik membahana ke seluruh kamar suite itu. Nindi mendapati dirinya terbangun di sebuah kamar suite yang sangat mewah hanya dengan menggunakan pakaian dalam saja, dan seorang pria duduk memandangi nya dari depan tempat tidur.
“Nggak perlu berteriak, nggak akan ada yang dengar.” Ujar pria itu lalu maju dua langkah. Nindi segera menyambar bedcover di samping nya untuk menyelimuti tubuhnya. Ia berharap ini hanyalah mimpi buruk dan ia ingin segera terbangun dari mimpi buruk nya ini, namun rasa dingin yang keluar dari Air Conditioner yang sepertinya disetel dengan suhu maksimal terasa begitu nyata menyapu seluruh tubuhnya membuat nya sadar bahwa ini adalah kenyataan. Kenyataan yang buruk.
“Kenapa kamu disini? Maksud ku, kenapa aku disini? Apa yang terjadi pada ku semalam?. Kamu pasti ngapa-ngapain aku kan. Kamu pasti udah macem-macem sama aku, yak kan mas. JAWAB AKU MAS HAFIZ.” Suara Nindi melengking tajam. Tapi pria didepannya itu hanya berdiri tenang dengan senyum penuh kemenangan. Dan ia berpakaian lengkap. Ooh sungguh double sialan untuk Nindi.
Hafiz Rafanudin Pratama. Anak tunggal dari Alexi Pratama, pemilik kerajaan bisnis Property dan Telekomunikasi terbesar di Asia, pewaris dari puluhan gedung-gedung pencakar langit di Indonesia dan beberapa negara Asia bahkan Eropa. Milyuner tampan itu juga merupakan calon pemilik yayasan Bunga Bangsa, yang banyak bergerak di bidang -berkedok- sosial namun sebenarnya mencari keuntungan pribadi yang sangat besar. Salah satu buktinya adalah SMU Satu Nusa. Dan pria perlente yang tubuhnya dialiri lebih banyak uang daripada darah itu adalah mantan kekasih Anindita Lituhayu.
Nindi bergetar hebat saat Hafiz berjalan merangkak naik ke tempat tidurnya. Nindi bersumpah dia akan mengambil resiko apapun untuk bisa membunuh pria necis ini kalau saja mantan kekasihnya tersebut berani berbuat macam-macam terhadapnya.Hafiz memandang Nindi dengan satu tatapan pekat yang tak terbaca. Tangannya terangkat membelai pipi Nindi yang halus. Nindi beringsut dan memberi satu tatapan membunuh pada nya. Namun Hafiz tak gentar, dan malah semakin mendekatkan diri kearah wanita cantik itu. Satu-satunya wanita yang masih menjadi ratu di hatinya hingga kini. Wanita pertama yang berhasil membuatnya merasakan sakitnya patah hati hingga nyaris membuatnya kehilangan akal sehatnya dan melarikan diri ke Australia selama dua bulan lamanya sebelum akhirnya bersembunyi di balik meja kerjanya di Singapore.
“Kamu nggak berubah Nin, masih tetap cantik dan menarik.” Ujar Hafiz seraya membelai kulit leher Nindi.
“Awas mas, kamu jangan macam-macam. Diantara kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Ingat itu.” Tegas Nindi sambil terus menjaga jarak dengan mantan kekasihnya itu.
Diingatkan akan fakta tersebut, Hafiz menggeram kecil, melihat Nindi sesaat membuat nya lupa tujuannya datang jauh-jauh dari Singapore dengan jet pribadinya secepat mungkin hanya untuk menemui wanita seksi yang sangat menggoda ini.
“Siapa yang sudah berhasil menggantikan posisi ku di hidup mu Nin?. Apa si tentara itu?.” Nada sinis yang merendahkan terdengar jelas dari ucapan nya.
Nindi menyatukan alisnya memandang heran pria di depannya itu. Darimana Hafiz tahu kalau Evan adalah tentara? Apa benar bahwa Evan adalah tentara?. Kenapa dia malah yang paling belakangan tahu tentang latar belakang Evan yang sesungguhnya?. Emosi dan kekecewaan kembali mendidih dalam tubuhnya. Hafiz bisa menangkap gelagat tersebut dari raut wajah Nindi yang menegang.
“Kamu tahu hanya aku yang pantas untuk ada di dalam hati mu, termasuk berada di antara kedua kaki mu.” Sial. Brengsek. Mendengar ucapan Hafiz yang sangat vulgar dan blak-blakan itu, membuat Nindi merasa seperti sedang dikuliti hidup-hidup.
Masa lalu nya dengan Hafiz sudah dibuang nya jauh-jauh tapi kini pria itu dengan semena-mena kembali membuka semua nya. Menghadirkan berbagai memori yang kembali bermunculan seperti video rusak ke dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find a Way
General FictionEvan mengamit jemari Nindi dan membawa ke dadanya. "Nin... Aku tahu aku salah udah berbohong sama kamu. Please, maafin aku Nin... aku cuma nggak ingin membuat kamu khawatir." Terlambat. Nindi menarik jemarinya dari genggaman Evan. "Van... Aku pal...