14

142 8 6
                                    

Dan diri ku bukanlah aku, tanpa kamu menemani ku...     Dan diri ku bukan lah aku tanpa kamu tuk memeluk ku, kau melengkapi ku, kau sempurnakan aku... Dan diri ku bukan lah aku, tanpa kamu menemani ku... Kau menenangkan ku... Kau melegakan aku...

By : Noah  

Praang. Gelas martini yang di pegang nya pecah berkeping-keping. Sebagian serpihannya mengenai kulitnya. Darah segar menetes ke lantai. Meringis sambil mengibaskan jarinya, Hafiz duduk di kursi kerjanya.

Beberapa hari ini pikirannya hanya berpusat kepada satu sosok wanita. Wanita yang telah lepas dari genggamannya. Dan hari ini ia kembali memutar memori nya dulu yang pernah di lalui bersama Nindi. Walaupun waktu 24 jam sehari tidak cukup baginya untuk bekerja, tetap saja ia selalu mengingat Nindi di sela-sela kesibukannya. Hal itu membuat ia semakin gila saat mengetahui bahwa Nindi sudah semakin jauh dari hidupnya.

Dengan setengah kesadarannya, ia meraih ponselnya, membuka sebuah applikasi yang tertanam di benda kecil yang canggih itu. Hampir saja ia kembali kecewa sebelum akhirnya sebuah titik merah kecil berkedip-kedip. Aha, ia menemukannya. Hafiz tersenyum lebar. Dan menit berikutnya ia sudah tersambung dengan salah satu pegawai kepercayaannya di telpon.

"Cepat siapkan heli. Untuk malam ini. Saat ini juga. CEPAT!."  

**  

“Sudah dapat titik koordinatnya?.”

“Sudah pak. Letaknya di sebelah utara pulau Mangkai.”

“Kalau begitu, malam ini juga kita buat formasi.”

“Siap Mayor.”

“Tunggu saya di ruang meeting.” Ujar Evan lalu mengambil handphone nya. Sebelum ia pergi menyelesaikan misinya, dia harus memastikan keadaan Nindi dirumah.

Evan menekan nomor speed dial di handphone nya. Terdengar nada sambung tapi tidak diangkat. Evan mengulang lagi tetap saja sama.
“Apa mungkin Nindi sudah tidur ya?.” Gumam Evan. Ia melirik Jam tangannya, masih menunjukkan pukul 10 malam. Biasanya Nindi tidur kalau listrik sudah padam. Apa dia terlalu capek ya?. Pikir Evan lagi.

Namun kebingungan Evan terjawab saat Aldi dengan nafas memburu menghampirinya.

“Cewek loe Van... Cewek loe.” “

Cewek gue? Nindi?.”

“Ya emang ada berapa banyak cewek yang loe punya?.” Ujar Aldi setengah menyindir.

Di saat kayak gini Aldi masih saja bisa bercanda. Namun Evan tidak menggubrisnya, pikirannya sudah terlanjur fokus pada Nindi.

“Kenapa Nindi? Ada apa sama dia?.”

“Dia...” Aldi menggantung kalimatnya, lalu meredakan nafasnya, dan setelah laju nafasnya teratur ia menatap Evan yang sedang memandangnya penasaran.

“Nindi... Diculik.”

“Apa?.”  

**  

Laju speedboat membelah lautan, memecah keheningan malam. Sesuai titik koordinat yang didapat, Evan, Aldi dan 2 orang prajurit pasukan khusus bergegas menuju pulau Mangkai. Salah satu pulau terpencil di kepulauan Anambas. Di benak Evan wajah Nindi berseliweran. Kemarahannya yang terpendam sejak satu jam lalu dilampiaskannya dengan satu tinju ke atas setir speedboat.

Aldi yang melihat atasan sekaligus temannya itu dilanda emosi, mencoba mengambil alih kemudi.

"Kata pak polisi, nggak baik berkendara sambil melamun. Sini saya yang bawa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Will Find a WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang