9. Nice to meet you

61 3 1
                                    

Kata orang bijak, jodoh tidak akan kemana. Mungkin itu yang kini terjadi pada Nindi dan Evan. Atas keinginan mereka, mereka berpisah, tapi ternyata alam dan sang waktu telah kompromi untuk mempertemukan mereka lagi. Siapa yang bisa melawan kehendak sang kuasa?.

“Nggak. Ini nggak mungkin.” Nindi bolak balik di kamar nya. Sejak semalam pikirannya kalut, sudah pergi sejauh ini kenapa ia harus kembali dipertemukan dengan masa lalu nya? Satu bulan bisa disebut masa lalu bukan?.

“Aah... Ini pasti sementara, anggap saja tidak pernah saling kenal. Dan kalau kebetulan papasan, melengos aja, atau senyum dikit terus buang muka. Hmm... Sepertinya itu ide bagus.”

Tapi Lebayah adalah desa kecil dengan penduduk tidak lebih dari 300 orang, dimana aktivitas warganya pun hanya sekitaran situ saja. Berapa frekuensi pertemuan yang akan terjadi nanti, antara dirinya dan Evan, Nindi terus menghitung dengan logikanya.

“Kayaknya sih selama gue di dalam kelas dan setelah kelas selesai gue langsung pulang, nggak akan bisa ketemu sama dia... Ya ya ya... Pasti dia disini juga lagi tugas kan... Nggak mungkin lagi liburan, buktinya dia datang kemarin pake seragam.” Ceracau Nindi masih dengan gaya setrikaan korslet.

Eh pake seragam?. Mau tidak mau benak Nindi kembali mengulang pertemuannya dengan Evan kemarin. Evan yang berbalut seragam adalah gambaran baru di pupil Nindi selama ia mengenal pria itu, baru kemarin dia melihat Evan dalam seragam militer nya yang seperti sengaja di jahit di badannya. Menunjukkan otot-otot bisep nya yang semakin membuat nya gagah. Baru kali ini Nindi melihat seorang pria sangat sempurna memakai seragam prajurit pembela bangsa itu. Seakan Evan memang terlahir untuk memakai seragam tersebut. Seragam yang diam-diam dibenci Nindi sejak ia harus kehilangan ayah tercintanya di usia yang sangat belia.

Pusing mondar mandir nggak jelas, Nindi memutuskan untuk merenggangkan otot-otot nya sebentar. Mumpung udara masih pagi dan matahari juga belum sepenuhnya muncul. Nindi tidak mengganti pakaiannya dengan baju senam, tapi masih menggunakan baju tidur satin nya yang hampir transparan, namun Nindi cuek saja, toh disekeliling pondoknya masih sepi dan jam sepagi ini pasti belum ada yang beraktivitas.

“Ahhh segarnya.” Nindi merentangkan ke dua tangannya di teras. Lalu melakukan gerakan-gerakan senam dasar yang di ingatnya dulu saat menjajal ikut club gym hanya karena instruktur nya se-macho Ade Rai tapi saat dia tahu pria berotot Hercules itu homo, semangat Nindi berbalik 180 derajat, dan besok nya dia langsung mengundurkan diri dari club.

“Satu, dua... Satu dua...” Nindi menghitung sambil terus bergerak. Melakukan walking ke depan dan belakang dengan irama, lalu single step, yaitu melangkahkan kaki ke kanan dan ke kiri satu langkah, kemudian double step gerakan yang sama dengan single step hanya dilakukan dua kali, dilanjutkan dengan kombinasi gerakan Cross dengan Arm Swing, melangkah silang dengan mengayunkan lengan lurus ke depan, lalu menggerakan kepala kanan dan kiri, dan... Taraaaam... Mata mereka pun bertatapan. Nindi sontak terjatuh. Evan???.

“Selamat pagi.” Evan yang sedari tadi memperhatikan Nindi dengan menyender ke gulungan kayu di balkonnya, melempar senyum. Lupa mengaduh, Nindi berdiri cepat dan mendelik marah campur heran melihat Evan berada di pondok yang persis di sebelah pondoknya.

“Kamu? Ngapain kamu pagi-pagi disini?.” Balasan salam tidak sopan keluar dari mulut Nindi yang kebingungan dan curiga bahwa Evan sengaja mengintipnya.

“Aku penghuni pondok ini, jadi, dengan kata lain, kita tetangga.” Jawab Evan lugas membuat Nindi tidak bisa tidak menganga mendengarnya.
Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?

“Kenapa harus di situ? Kamu sengaja ngikutin aku ya?.” Tuduh Nindi. Evan bukannya marah malah tertawa.

“Kamu masih aja kepedean. Siapa yang ngikutin kamu? Ini memang pondok ku, setiap aku kesini, ya inilah rumah ku, harusnya malah aku yang nanya begitu, jangan-jangan kamu yang sengaja pilih pondok itu dengan harapan bisa ketemu aku ya?.” Goda Evan dengan binar jenaka.

Love Will Find a WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang