Pulau Durai adalah salah satu dari ratusan pulau yang ada di wilayah Anambas. Pulau Durai tidak berpenghuni. Hanya ada dua bangunan semi permanen yang minus fasilitas. Untuk buang air saja harus ngumpet di semak-semak.
TNI yang bertugas di pos jaga pulau Durai hanya ada beberapa orang saja, semua dari Angkatan Laut dan beberapa petugas dari konservasi penyu. Karena pulau Durai merupakan salah satu tempat konservasi penyu yang ada di kepulauan Anambas. Beda dengan di Karimun Jawa atau pulau lain yang juga menjadi tempat konservasi penyu yang ramai di padati wisman maupun wisatawan lokal, Pulau Durai merupakan konservasi penyu yang jarang dikunjungi wisman.
Dan beruntung kali ini, tiga ekor penyu sisik sedang mencari sarang untuk bertelur. Sementara Evan berbincang dengan salah satu anggota TNI AL, Nindi sibuk menganga lalu mengatupkan mulutnya, menganga lagi, mengatup lagi. Bahkan sesekali hampir menjerit girang melihat kejadian unik yang belum pernah di lihatnya sebelumnya. Yaitu menyaksikan penyu bertelur ditemani oleh seorang petugas konservasi.
“Jadi ini bukti yang ditemukan?.” Ujar Evan sambil menimbang sebuah tali kama dan pisau belati.
“Ya pak. Saya menemukan benda-benda itu kemarin sore, saat sedang menyisir area hutan bagian utara. Tadinya saya pikir milik salah satu rekan saya, ternyata bukan. Dan kemungkinan besar, pemilik nya adalah buron yang sedang anda cari.”
“Tapi kenapa dia bisa meninggalkan benda ini disini? Terlebih lagi kenapa pemilik benda ini berhasil lolos? Apa tidak ada yang bertugas bergantian disini?.” Tanya Evan dengan mata menyipit. Sang briptu sedikit malu karena pertanyaan Evan yang seakan mengulitinya.
“Maaf pak... Tapi kami memang tidak ada yang menginap disini. Kami hanya berpatroli setiap hari secara bergantian, tapi saat mulai senja, kami kembali ke pangkalan. Karena disini sama sekali tidak ada sarana dan prasarana apapun.” Evan mengangguk mengerti. Tentara juga manusia kan.
“Baiklah. Terimakasih penjelasannya Briptu. Dan juga untuk kerjasama nya. Saya dan tim mengucapkan terima kasih karena TNI AL sudah mau membantu kasus ini.”
“Sama-sama Mayor. Kami dari TNI AL akan selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Ini semua demi kepentingan nama Anambas dan Indonesia di mata dunia” Keduanya pun berjabat tangan. Briptu Made pun kembali ke pos nya. Evan bergegas menghampiri Nindi.
“Berapa banyak telur-telurnya?.” Tanya Evan kepada Fadhil, petugas konservasi yang sudah sering diajak minum kopi bersama olehnya.
“Ada 115 butir.” Jawab Fadhil.
“Waahh... Banyak ya. Semoga bisa menetas semua dan selamat sampai ke lautan.”
“Kemungkinannya menetas semua bisa saja tapi kalau selamat semua sampai lautan kemungkinannya kecil, karena banyak predator di laut yang akan memangsa tukik itu nanti.” Evan bukan tidak mengetahui hal tersebut, tapi dia selalu berharap semoga saja hal itu bisa terjadi.
Penyu merupakan salah satu hewan yang dilindungi oleh pemerintah dan internasional. Alangkah bagusnya jika semua tukik a.k.a anak penyu itu nanti bisa menetas semua dan selamat menempuh perjalanan menuju habitat asalnya.
“Yah, hanya harapan. Siapa tahu alam mau berbaik hati kepada tukik-tukik itu nanti.” Tukas Evan dengan senyum lebar. Fadhil ikut tersenyum.
“Doa saya tiap malam itu pak.” Lalu pemuda itu menunggu sampai penyu betina yang baru saja bertelur kembali ke laut, barulah ia menggali kembali tempat bertelur sang penyu dan memindahkan semua telur-telur itu ke dalam sarang galian yang dibuat khusus dalam area konservasi.
“Dadah penyu cantik. Semoga kita bisa ketemu lagi ya.” Nindi melambaikan tangannya kearah penyu betina yang sudah merangkak kembali menuju laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find a Way
Ficción GeneralEvan mengamit jemari Nindi dan membawa ke dadanya. "Nin... Aku tahu aku salah udah berbohong sama kamu. Please, maafin aku Nin... aku cuma nggak ingin membuat kamu khawatir." Terlambat. Nindi menarik jemarinya dari genggaman Evan. "Van... Aku pal...