"Jadi menurut Mayor, kemungkinan besar kasus pembunuhan ini ada kaitannya dengan kasus perburuan penyu yang belakangan ini marak terjadi di Anambas?." Tanya Rudi, mereka saat ini sedang berada dalam rapat Pasukan Khusus Terencana.
"Yup." Evan mengetuk kan penggaris panjang ke atas meja. Menandakan ia sedang bersemangat karena sudah memiliki titik terang.
"Hari hilangnya Siti Aisyah, juga bertepatan dengan hilangnya ratusan tukik di dalam area konservasi, padahal tukik itu rencana nya akan di lepas shubuh keesokannya. Tapi pencuri bergerak lebih cepat."
"Artinya ada orang dalam atau penduduk lokal yang mengetahui tentang hal itu dan bekerjasama dengan pencuri sekaligus pembunuh tersebut." Cetus Aldi.
"Tepat sekali." Sahut Evan cepat.
"Bukti-bukti yang saya dapat kemarin juga sudah menguatkan korelasi antara ke dua nya."
"Kita harus bergerak cepat pak. Tapi jangan sampai gerakan kita ini di ketahui oleh pihak lawan. Karena penduduk lokal nya bisa siapa saja kan." Timpal Sersan Agus
"Dan jangan lupa, suwon sama rekan kita. Polisi setempat yang pastinya selalu ingin ikut andil dalam kasus besar seperti ini, tapi biasanya sih mereka cuma numpang nama saja." Seru Aldi dengan sedikit geraman.
"Ya benar. Untuk sementara kita harus menjaga gerakan kita ini tetap 'under cover'. Jangan sampai bocor kepada pihak luar. Pihak manapun." Tukas Evan.
"Siap Pak." Seru prajuritnya kompak.
"Oke, sekarang kita mulai bergerak." Ujar Evan.
"Sersan Rudi dan Sersan Agus terus lacak dan cari informasi lebih detail tentang siapa penduduk lokal yang bekerjasama dengan para pembunuh biadab itu. Sertu Joko dan Sertu Santo, terus sisir daerah sekitar Mangkai dan Durai. Kemungkinan mereka akan kembali lagi ke sana dalam waktu dekat, kemarin tiga ekor penyu sisik kembali bertelur di Durai. Amati siapa-siapa saja yang berada di sekitar konservasi pada jam-jam sepi patroli. Untuk waktu pantau, silahkan diatur serapih mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan. Saya dan Kapten Aldi akan bertugas di Lebayah dan pasar Tarempa. Yang lain tetap berjaga di markas, dan selalu siaga menerima perintah. Mengerti?." Ujar Evan tegas memberi komando.
"Mengerti pak." Jawab semua prajuritnya berbarengan.
"Ok. Semua nya boleh kembali bertugas. Rapat selesai." Tanpa perlu diperintah dua kali, para prajurit Pasukan Khusus Terencana itu sudah melakukan tugas nya masing-masing sesuai komando.
"Ternyata honey moon bareng bu guru cantik bawa oleh-oleh yang bagus ya. Dan bikin loe tambah semangat." Ujar Aldi begitu ia berdua saja dengan Evan. Sapaan gue-elo nya kembali lagi.
Berusaha mengacuhkan ucapan Aldi, ia memilih bergegas membereskan map-map di atas meja lalu berdiri cepat.
"Seenggaknya pacaran bikin gue semangat kerja. Bukan dapat hukuman." Cibir Evan lalu berjalan menuju pintu keluar.
Dibelakangnya Aldi masih saja mengoceh. "Mau kemana Mayor?." Teriaknya.
Evan terus berjalan tanpa menoleh, hanya mengangkat sebelah tangannya ke atas.
"Mau pacaran."
**
"Bu guru. Bu." Suara Tedja membuyarkan lamunan Nindi. Nindi tergeragap. Ketahuan pikirannya sedang tidak di tempatnya.
"Ya Tedja?."
"Bu guru melamun ya?." Tembak Tedja.
"Ahh, nggak kok. Cuma sedikit ngantuk. Semalam ibu tidur larut." Kilah Nindi. Tapi memang benar kalau semalam ia tidur lewat tengah malam, bagaimana tidak, pulang dari pulau Durai ia sampai di pondoknya sekitar jam 12 malam. Itu pun ia tidak langsung tidur, benak nya terus-terusan mengulang peristiwa diantara ia dan Evan. Kissing scene yang tidak pernah di rencanakannya sebelumnya.
Ya Tuhan... Evan memang benar-benar berbahaya...
![](https://img.wattpad.com/cover/135260159-288-k886284.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Will Find a Way
General FictionEvan mengamit jemari Nindi dan membawa ke dadanya. "Nin... Aku tahu aku salah udah berbohong sama kamu. Please, maafin aku Nin... aku cuma nggak ingin membuat kamu khawatir." Terlambat. Nindi menarik jemarinya dari genggaman Evan. "Van... Aku pal...