chapter 4

670 80 11
                                    

Pangeran tidak dapat menjawab pertanyaannya itu. Ia memacu kudanya kembali ke Istana. Ia telah berjanji pada pria itu untuk membantunya dan ia akan menepatinya.

Karena masalah ini, rencana Pangeran untuk bersenang-senang terpaksa ditunda. Daripada bersenang-senang, masalah rakyat lebih penting baginya. Ia masih bisa bersenang-senang di kemudian hari tetapi nyawa penduduk desa itu belum tentu bertahan sampai esok.

Mereka kelaparan, kedinginan, dan juga kesakitan. Mereka yang lebih membutuhkan perhatian pada saat ini daripada kejemuannya yang perlu diobati dengan bersenang-senang.

Secepat kepergiannya, secepat itu pula Pangeran memacu kudanya kembali ke Istana Welyn.

Setengah berlari, Pangeran menuju Ruang Tahta.

"Apa yang membuatmu kembali secepat ini?" tanya Ratu keheranan.

"Ada masalah penting yang ingin kukatakan."

"Engkau menemukan seorang gadis?" tanya Ratu tertarik.

"Tidak. Aku menemukan penduduk yang memerlukan perhatian besar," sahut Pangeran kesal.

"Katakan apa yang terjadi pada mereka," ujar Raja.

"Mereka mengalami musim kemarau yang panjang. Makanan mereka habis dan sekarang mereka terserang wabah penyakit. Kalau mereka tidak segera ditangani, banyak korban yang akan mati. Aku khawatir wabah itu akan menyebar ke daerah lain."

"Ada kejadian sebesar itu dan tidak seorangpun yang melaporkannya padaku?" Raja geram.

"Tempat itu sangat jauh dari kota dan cukup tersembunyi di balik hutan."

"Baiklah, kita akan melakukan banyak hal untuk mereka. Pertama, aku akan mengirim makanan ke tempat itu dan dokter. Tugas ini kuserahkan padamu. Engkau yang mengetahui tempat itu dan mengetahui apa tepatnya yang terjadi di sana."

"Baik!"

"Lihatlah sekelilingmu kalau ada gadis cantik yang menarik hatimu!" pesan Ratu.

"Aku tidak akan melakukannya," sahut Pangeran, "Tidak akan! Gadis-gadis adalah makhluk yang paling membosankan."

"Suho!" pekik Ratu, "Ingatlah engkau adalah Putra Mahkota dan sudah waktunya engkau menikah. Apa jadinya kerajaan ini bila engkau tidak mempunyai keturunan?"

"Aku pergi menangani Desa Pienlang," Pangeran mengacuhkan Ratu.

"Anak ini selalu begini tiap kali diajak bicara tentang pernikahannya," keluh Ratu.

"Aku pusing memikirkannya. Ketujuh gadis tercantik di Evangellynn pun dianggapnya jelek. Ia benar-benar tidak mempunyai selera pada wanita."

Sesering apa pun Ratu mendesak putranya untuk menikah, Pangeran tetap tidak peduli. Semua kata-kata Ratu bagaikan angin lalu baginya. Seumur hidup Pangeran tidak tertarik untuk menikah.

Walau Pangeran mendengar keluhan-keluhan orang tuanya, pendiriannya tidak berubah. Pangeran menyukai masa sendirinya tanpa seorang gadispun.

Seminggu yang penuh kejemuan telah berlalu. Tanpa beban, Pangeran melangkah di dalam Istana. Di dalam hati dan pikirannya kini yang ada hanya keinginan untuk membantu rakyat desa itu yang menderita.

Pangeran bergegas meraih kudanya - meninggalkan Istana.

Orang pertama yang ditemui Pangeran adalah Menteri Kesehatan.

"Selamat siang, Pangeran," sambut Menteri itu terkejut akan kehadiran Pangeran yang mendadak di kantornya. "Adakah yang dapat saya lakukan untuk Anda?"

"Engkau bisa mempersiapkan dokter sebanyak-banyaknya dalam waktu dekat?"

"Untuk apa, Pangeran?"

Gadis Hari Ketujuh (Surene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang