Gadis itu perlahan-lahan membalikkan badannya.
Pangeran terpesona oleh mata hijau bening yang menatapnya lembut.
Wajah cantik itu tersenyum padanya dan suaranya yang lebih lembut dari nyanyian burung surga berkata,
"Selamat siang, Pangeran."
"S… selamat siang."
Pangeran tidak dapat melepaskan pandangannya dari wajah cantik di depannya. Matanya yang hijau dengan bingkai rambut hitam yang bersinar seperti membawa sinar misterius yang membuat Pangeran terjebak di dalam pesonanya.
Pangeran menatap gadis itu lekat-lekat.
Seperti yang biasa dilihat Pangeran, gadis itu mengenakan baju sederhana. Tidak ada pita berumbai yang menghiasi. Tidak ada lekukan-lekukan yang rumit. Gaun yang dikenakannya benar-benar gaun sederhana tanpa model yang selalu dikenakan oleh para gadis desa. Tetapi kain yang digunakan untuk membuat gaunnya adalah kain katun yang halus.
Gadis itu tampak manis dengan gaun coklat mudanya yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Pipinya yang selalu memerah membuatnya tampak kekanak-kanakan. Tetapi sinar matanya yang lembut dan garis wajahnya yang klasik menunjukkan kedewasaannya.
"Bila Anda tidak tersinggung, Yang Mulia Pangeran, dapatkah Anda memberitahu saya apakah yang membuat Anda terus menatap saya?" gadis itu bertanya sopan dengan suaranya yang membawa Pangeran terbuai oleh perasaan.
"T… tidak. Tidak ada apa-apa," sahut Pangeran cepat-cepat. "Sungguh tidak ada apa-apa."
Gadis itu tersenyum mempesona.
"Dari mana Anda mengetahui kedatangan saya?" Pangeran kebingungan, "Saya yakin saya telah berjalan sepelan mungkin hingga tak menimbulkan suara sedikitpun."
Gadis itu memalingkan kepala pada anak di tempat tidur. Kedua tangannya mengelus penuh kasih sayang wajah anak itu. "Ia yang memberitahu saya."
"Rupanya aku telah meremehkanmu."
Anak itu tersenyum.
"Bagaimana Anda bisa sampai ke tempat ini?"
"Dengan kendaraan tentunya," jawab gadis itu.
Pangeran benar-benar terpesona oleh suara merdu yang tegas itu.
Suara maupun gerakan gadis itu sangat luwes dan anggun. Pangeran tidak pernah menemukan gadis seperti itu di tempat mana pun.
"Apa yang Anda lakukan di sini?"
"Saya membantu para suster merawat anak-anak. Mereka membutuhkan pengasuh terutama anak-anak yang berada di ruangan ini dan tidak dapat meninggalkan tempat ini. Mereka kesepian dan membutuhkan kawan."
"Mengapa mereka tidak dapat meninggalkan tempat ini?"
"Sebenarnya mereka dapat, tetapi bila mereka di luar, tidak ada yang dapat menjaganya. Kami kekurangan tenaga. Saat ini kami berharap para suster segera datang untuk membantu. Tetapi, beberapa hari lalu saya mendengar kabar dari biara pusat bahwa mereka kekurangan orang."
"Permintaan biarawati banyak tetapi yang mendaftarkan diri menjadi biarawati sedikit. Menurut saya, yang membuat sedikit orang yang mendaftarkan diri menjadi biarawati adalah ketatnya peraturan biara. Biara-biara hanya mau menerima orang dari kalangan tertentu. Andai mereka mau terbuka pada setiap orang, entah itu miskin atau kaya, akan banyak biarawati yang kita miliki."
"Saya sungguh menyesali keadaan ini. Pimpinan gereja pun menggunakan kekuasaan mereka untuk memeras rakyat. Entah kapan seorang pastor benar-benar mengabdikan diri mereka pada Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Hari Ketujuh (Surene)
FanfictionFF ini adalah hasil Remake dari novel dengan judul yang sama karya Sherls Astrella. Terdapat beberapa perubahan nama atau yang lainnya sesuai dengan kebutuhan cerita. . . . private pada chapter tertentu.