Chapter 16

603 84 9
                                    

CHAPTER 16

.

Suzy tersenyum melihat Irene. "Engkau memang nakal," katanya, "Engkau menyuruh Sehun membawa pergi Seulgi agar engkau bisa pergi tetapi aku tidak akan membiarkanmu."

"Menurutku, sekarang kita harus pergi juga," kata Jiyeon tiba-tiba.

Jiyeon melirik Pangeran lalu Irene.

"Kita harus menjaga pintu," sahut joy, "Jangan sampai ada seorang priapun yang memasuki kamar Irene."

"Aku ingin melihat siapa yang pertama kali mengirimkan bunga untuk Irene," timpal Luna.

"Ayo kita pergi!" Krystal setuju.

"Aku bergantung pada kalian," kata Irene.

"Jangan khawatir, Irene. Kami akan mencegah setangkai bungapun memasuki kamarmu," gadis-gadis itu berjanji.

Satu per satu mereka mencium dahi Irene lalu meninggalkan kamar itu.

Sebelum pergi, Suzy berpesan, "Pangeran, tolong jaga Irene. Jangan sampai ia meninggalkan tempat tidurnya."

Pangeran mengangguk.

Irene tersenyum senang melihat kakak-kakaknya pergi. Saat mendengar suara canda tawa mereka menjauh, Irene segera menyingkap selimutnya.

Pangeran terkejut melihat Irene telah mengenakan gaun yang rapi dan bersiap meninggalkan kamarnya.

"Apa yang kaulakukan? Cepat kembali ke tempat tidurmu!" Pangeran mendorong Irene kembali ke tempat tidur.

"Saya mempunyai janji,"

"Tidak bisa!" bantah Pangeran. Dengan lembut Pangeran mendorong Irene kembali berbaring di tempat tidur. "Engkau sedang sakit."

"Saya hanya sakit biasa."

Tiba-tiba Irene terbatuk-batuk.

"Sakit biasa katamu?" ejek Pangeran, "Selama aku berada di sini, engkau tidak boleh meninggalkan tempat tidur!"

"Anda akan membuat saya mengalami kesulitan dengan para pria itu," keluh Irene.

Tiba-tiba Pangeran tersentak kaget. Ia baru menyadari sebuah alasan yang lebih masuk akal. Irene bukan tidak senang bila ada orang yang mengunjunginya tetapi ia tidak senang menerima bunga-bunga itu dari para lelaki.

Irene memanfaatkan kediaman Pangeran untuk beranjak dari tempat tidur.

"Kembali ke tempat tidurmu!" perintah Pangeran.

Irene memandangi Pangeran. Ia tersenyum. "Maafkan saya, Pangeran. Sakit seperti ini tidak akan membuat saya menjadi penurut."

Irene membuka lemari bajunya.

"Mau ke mana engkau?"

"Ke tempat di mana saya bisa beristirahat dengan tenang,".

"Ke mana?" desak Pangeran.

"Ke tempat yang tak seorang priapun bisa menemukan…" Irene kembali terbatuk-batuk.

Pangeran mendekati Irene. Tangannya menepuk-nepuk punggung Irene dengan lembut. "Batukmu sedemikian parah, engkau masih mau keluar di hari sedingin ini."

"Udara musim dingin memang tidak bersahabat," kata Irene, "Dingin dan kering."

Angin musim dingin yang bertiup sangat dingin. Dinginnya sangat tajam melebihi ketajaman pisau tetapi sinar matahari bersinar dengan terik. Sinar matahari terasa menyengat kulit tetapi angin dingin terus bertiup.

Udara tidak benar-benar panas juga tidak benar-benar dingin. Banyak orang yang sakit di saat seperti ini.

Pangeran meraih mantel tebal di dalam lemari dan mengenakannya pada Irene.

Gadis Hari Ketujuh (Surene)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang