6 - Ambigu

665 128 39
                                    

Mulmed-nya adalah visualisasi Rachel.

●●●

Ken memutuskan untuk meninggalkan makanan itu dan berjalan menuju ruang tamu.

Ia terhenyak untuk beberapa detik saat melihat wanita yang berdiri di depan pintu rumahnya.

"Lama sekali, Mama sudah berpikir untuk menggedor pintu ini kalau kau tak kunjung membukanya."

Wanita itu langsung masuk begitu pintu terbuka.

"Ada apa Mama datang ke sini malam-malam begini? Tidak biasanya."

"Mama hanya datang untuk memberikan ini padamu, Mama baru saja dari sana dan mampir kemari sebentar."

Nyonya Vanie mengangkat paper bag bertuliskan Magenta's Cake di tangannya.

"Cake dari Magenta adalah favoritku. Thanks, Ma."

Ken mengambil paper bag dari tangan ibunya dan meletakkannya di meja ruang tengah.

"Ken, Mama haus sekali. Kau punya air dingin?"

"Ada di kulkas." Ken berjalan ke arah dapur dan mengambil nampan makanannya.

"Kau baru makan malam?"

"Bukan aku yang akan makan."

Pria itu berjalan menuju kamarnya diikuti oleh ibunya.

"Jangan ikut masuk, Ma. Mama tidak akan suka dengan apa yang mama lihat."

Mengabaikan Ken, Vanie lebih memilih untuk masuk lebih dulu. Wanita itu tercengang dengan apa yang dilihatnya.

Seorang wanita dengan bed cover yang membungkus tubuhnya tengah berbaring dengan posisi memunggunginya di ranjang putranya.

Ken mendekati ranjang dan duduk di sebelah Rachel. Merasa ada seseorang di sampingnya, Rachel bangun dan berusaha untuk duduk.

"Kau!"

Mendengar suara penuh amarah dari arah pintu di belakangnya Rachel menoleh.

Sosok wanita di pintu itu berjalan cepat ke arahnya dan menampar pipinya.

"Mama! Apa yang mama lakukan?"

Ken terkejut dengan ulah Mamanya, pria itu segera menenggelamkan kepala Rachel di pelukannya bermaksud untuk melindungi.

"Seharusnya itu yang Mama tanyakan pada wanita ini! Apa yang dia lakukan di kamar seorang pria yang bukan suaminya?" Kilatan amarah menyala di mata Vanie.

Vanie mencoba menarik rambut Rachel namun segera ditepis oleh Ken.

"Mama hentikan, Ma! Mama bisa melukainya. Akan kujelaskan semuanya pada Mama, tapi Mama harus tenang dan tunggu Ken di ruang tamu."

Ken semakin mengeratkan pelukannya sementara Rachel hanya diam, gadis itu kaget dan ketakutan.

Ken melepaskan pelukannya saat merasakan punggung Rachel yang bergetar.

"Jangan menangis, Sayang." Ken meghapus air mata di pipi Rachel.

Melihat itu semua Vanie mendengus dan melemparkan tatapan bencinya pada Rachel.

"Tetaplah di sini dan jangan keluar, kau sedang sakit. Makan makananmu dengan tenang, ya? Jangan menangis lagi."

Ken memberikan nampan berisi makanan yang sudah disiapkannya ke dalam pangkuan Rachel.

Sebelum beranjak keluar kamar Ken mengusap pipi Rachel lembut. Vanie semakin merasa jengah melihat itu semua. Ia memilih untuk melangkah menuju ruang tamu.

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang