28 - Escape

412 42 0
                                    

Ada yang tersiksa dalam kegelisahan, ada yang terkurung dalam kekhawatiran. Dan ada yang mati malam itu dalam penantian.

Ternyata terjebak dalam situasi yang tidak pasti itu sungguh menyeramkan. Ken baru menyadari hal itu ketika ia tak tahu di mana dan bagaimana Rachel sekarang.

Perasaan seperti itu benar-benar membunuhnya.

Pun begitu dengan Anggi dan Andrew yang tengah berkumpul di ruang tengah rumah Rachel. Anggi dengan isakkan tertahannya dan Andrew dengan kecemasan yang menguasainya.

“Bagaimana sekarang? Apa yang akan kau lakukan?”

Andrew membuka keheningan dengan pertanyaan dan tatapan tak sukanya pada Ken.

Ken melirik adik Rachel itu sekilas, “Polisi sedang mencoba melacak keberadaan Henry, kita tunggu hasilnya dulu,” jawabnya.

Ia mencoba menguatkan dirinya dengan menarik napas dalam-dalam lalu kemudian membuangnya kasar, “aku pasti akan menemukan Rachel, aku akan membawanya pulang. Jangan khawatir.”

“Jangan khawatir katamu? Kakakku sedang bersama seorang pembunuh dan kau malah menyuruhku untuk tidak khawatir? Apa itu masuk akal?” Andrew menggeram marah.

“Andrew!” Anggi memperingatkan.

Andrew tak mengindahkan peringatan Anggi, ia memilih menatap Ken tajam, “Semua ini gara-gara kau! Kalau saja kau tak membuka kembali kasus Aaron kakakku tidak akan menghilang!”

“Dia akan baik-baik saja. Aku pasti akan membawanya pulang,” tekad Ken, ia mulai beranjak dan berpamitan pada Anggi, “aku harus kembali ke kantor polisi sekarang.”

Anggi mengangguk. Ken mulai melangkah meninggalkan ruang tengah.

“Ken.” Langkahnya dihentikan oleh panggilan Anggi yang menampakkan wajah sayunya, Ken menoleh.

“Aku percaya padamu, kau pasti bisa menyelamatkan Rachel,” ucap Anggi. Ibu satu anak itu tahu kalau Ken mencoba menyembunyikan rasa cemasnya.

Ken mengangguk dan tersenyum getir, “Aku akan diskusikan masalah ini dengan rekan-rekanku.”

“Sebagai seorang polisi apa hanya itu yang bisa kau lakukan untuk kekasihmu? Kakakku tidak akan bisa ditemukan jika kalian hanya berdiskusi!” sahut Andrew marah.

“Andrew, hentikan! Polisi lebih tahu apa yang harus dilakukan. Jangan memperkeruh keadaan dengan saling menyalahkan!” tukas Anggi.

Andrew mendengus, “Sekarang bagaimana caranya aku memberitahu ayah dan ibu? Mereka pasti akan sangat sedih mendengar Kak Rachel menghilang. Ini semua gara-gara kau Ken! Kau harus bertanggung jawab dan lakukan sesuatu!”

“Berpikirlah seperti pembunuh jika kau ingin menangkap seorang pembunuh, begitulah cara polisi bekerja. Dan sekarang kami sedang mencoba melakukannya. Polisi di negara kita sangat bisa diandalkan. Percayalah padaku, aku janji akan membawa kakakmu kembali,” ujar Ken.

Ia lalu menepuk pundak Andrew, “Satu lagi, jangan dulu beritahu ayah dan ibu tentang masalah ini, aku tidak ingin membuat mereka sedih. Percayakan saja semuanya padaku.”

Setelah mengatakan itu, Ken keluar dan segera melajukan mobilnya, membelah jalanan kota yang masih saja padat di malam hari.

🌧🌧🌧

Rachel sedang bergelung di ranjang ketika hujan turun dengan sangat lebat. Ia bisa mencium aroma hujan yang menyusup dari sela-sela jendela dan pintu. Aroma itu sungguh membuatnya begitu candu.

Gadis itu bangkit dan mendekati satu-satunya jendela di kamar itu. Jendela berkaca riben itu tidak terlalu tinggi hanya sebatas dadanya.

Tadi pagi ia mencoba dengan sekuat tenaga membukanya tetapi tetap tidak bisa. Pagar tralis besi yang terpasang membuat ia tak bisa melakukannya.

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang