Lovey Dovey

74 3 4
                                    

Setelah sekian lama akhirnya balik lagi, bertahun tahun lupa kalau ada work ini uhh sedihnyaaaaa.

Readers sampek pada hilang gegara nunggu sekian purnama, ahh maafkaaann.

Disarankan buat baca dari part pertama biar gak lupa alurnya yaa hehe.

Udah ahh, titip kecup mesra dari Yoongi :*

🌧🌧🌧

Apa kabar rindu?
Sudahkah kau belai dia dengan angin pagimu?
Hai, hujan
Maukah kau tenunkan rangkaian rasa untuknya?
Aku akan menunggu di sini
Sembari mengikat kepingan-kepingan yang hampir mati

-Rachel

---

"Ahh panas!"

"Pelan-pelan, kau ini seperti Angelo saja. Aku tidak akan mengambil makananmu."

"Aku sudah lama tidak makan makanan rumahan, jadi wajar saja kan." Ken mendengus sembari memasukkan kuah sup ke dalam mulutnya.

Rachel berdecih, "Iya, iyaaa, baiklah."

Mereka sedang menikmati semangkuk sup jagung di rumah Ken ketika hujan turun malam itu.

Ken sudah pulang dari rumah sakit lebih dari seminggu yang lalu dan selama itu pula Rachel tak pernah beranjak pergi dari sisi lelaki itu.

Rachel ingin selalu dekat dengan Ken. Menemaninya tidur, merawatnya, menyiapkan segala keperluannya bahkan mendengar segala bentuk ocehannya.

Hampir dua minggu lamanya pria itu tertidur, Rachel selalu melewati setiap detiknya dengan penuh ketakutan. Takut kembali kehilangan orang yang dicintainya.

Dua minggu lamanya Rachel merasa dirinya hampir mati. Sesak melanda hatinya kala ia melihat kekasihnya terbaring tanpa daya.

Rasanya seperti menunggu giliran kepalamu dipenggal oleh sang penjagal. Gelisah, sesak, penuh ketakutan.

Setiap kali perempuan itu membuka matanya di pagi hari hanya Ken yang selalu ia cari. Tak jarang pula ia bahkan menghabiskan malamnya untuk mendampingi pria itu.

Pria itu tertidur dan tidak ada yang tau pasti kapan Ken akan bangun lagi. Fakta bahwa lelaki itu bisa selamanya lelap dalam tidurnya membuat dada Rachel nyeri.

Ia bahkan rela jika harus menukar posisinya dengan pria itu, tak apa jika harus dia yang terluka asal jangan prianya. Ia tidak sanggup jika harus kehilangan lagi.

Cukup Aaron, jangan Ken. Begitu bait doanya setiap hari.

"Kenapa melamun?" Ken menyibak anak rambut Rachel yang terjuntai sembari menatap lembut gadisnya.

"Tidak apa-apa, tidurlah."

Rachel membenarkan letak selimut Ken yang setengah berbaring di sebelahnya.

"Ken, kau harus tahu bahwa aku beruntung memilikimu," lanjutnya sembari memeluk tubuh Ken penuh sayang.

Ken membalas pelukan itu, ia akan dengan senang hati melakukannya ribuan kali. Ia sangat suka memeluk Rachel, pelukan yang syarat makna.

Ken seolah mengatakan lewat pelukannya bahwa apapun akan ia lakukan untuk melindungi Rachel.

"Aku jauh lebih beruntung, Sayang," ujarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang