33 - Rachel & Aaron

442 47 3
                                    

Tinggal berapa part lagi ya ini cerita? Hmm, setelah diedit mungkin jadi tinggal dikit. Beberapa part lagi kelar 😌


●●●


"Aahh."

Suara Ken membuat Rachel menahan napasnya.

"Ahh-aww! Sshh!" Ken mendesis.

Perawat wanita yang sedang membersihkan luka dan mengganti perban di perut Ken melirik geram ke arahnya.

"Tolong jangan bergerak, Tuan."

"Maaf, tapi ini sungguh sakit. Bisa tolong lebih pelan lagi?" pinta Ken dengan senyum sok polosnya.

Perawat itu menjawab malas, "Ini sudah sangat pelan." Ia lalu kembali melakukan tugasnya.

Rachel yang mengamati kejadian itu meringis ngilu. Rasanya tidak tega melihat Ken dengan luka yang memenuhi perutnya itu. Ia membuang muka ke arah vas bunga.

Ken tersenyum melihat ekspresi Rachel, ia spontan bertanya ketika dilihatnya gadis itu mulai melangkah.

"Mau ke mana?"

"Menunggu di luar, aku akan masuk kalau kau sudah selesai." Rachel menjawab tanpa menoleh.

"Ini sudah selesai, tolong jangan bergerak terlalu aktif agar lukanya cepat mengering."

Sang perawat melemparkan senyum terpaksanya pada Ken. Sepertinya masih kesal karena Ken terus saja bergerak saat diobati tadi.

"Oh, sudah selesai? Terima kasih, Suster." Rachel menyahut.

Suster itu mengangguk dan meninggalkan ruangan.

"Dilarang bergerak? Apa-apaan ini? Apa perawat itu ingin aku tidur seharian lalu menjadi lumpuh? Setauku seorang pasien harus aktif bergerak jika ingin cepat sembuh."

Ken mengomel dengan nada kesal yang sangat kentara.

"Beda keluhan beda juga peraturan dan cara penanganannya, Tuan Pasien." Rachel mengelap titik-titik keringat di dahi Ken dengan tangannya, "seingatku, itu yang pernah dikatakan Arka."

"Hmm, tapi ini 'kan sudah tiga hari sejak aku sadarkan diri." Ken memanyunkan bibirnya, membuat Rachel jadi teringat tingkah Angelo ketika sedang merajuk.

Pria itu menyibak baju pasien yang dikenakannya, "Lukanya juga sudah mulai membaik. Setidaknya menurutku."

Rachel gemas dan akhirnya mendaratkan kecupan singkatnya di bibir Ken, "Lakukan seperti yang disarankan kalau kau ingin cepat pulang."

"Siap, laksanakan!" balas Ken. Keduanya lalu terkekeh geli.

"Dari siapa itu?" tanya Rachel saat menyadari ada banyak parcel buah dan bunga di sudut sofa.

"Teman-temanku di kepolisian. Mereka datang menjengukku tadi pagi," jawab Ken.

"Waktu aku pulang?" tanya Rachel lagi.

"Ya."

"Hmm, tadi pasti sangat ramai. Iya, 'kan?" Rachel duduk di tepi ranjang Ken.

"Tentu saja, kami semua membicarakan banyak hal. Mereka juga memberitahuku kabar terbaru tentang Henry."

Rachel tak menanggapi, ia hanya menghela napas beratnya.

"Chel, kau tidak ingin menemui Henry?"

"Tidak."

"Ayo kita temui dia."

"Untuk apa? Agar dia bisa melukaimu lagi? Tidak, terima kasih. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi," ujar Rachel jengkel.

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang