7 - Undecided

685 116 44
                                    

Hujan di pagi hari adalah hujan yang menyenangkan karena kau dapat melihat suasana pagi yang berbeda. Tak ada lalu lalang kendaran dan tak ada polusi, begitu pikir Rachel.

Meskipun akan mengganggu aktivitas orang-orang yang biasanya dilakukan di pagi hari, tapi setidaknya hujan pagi akan memberikan udara yang lebih menyegarkan, seperti sekarang ini.

Pukul sepuluh, sudah tidak terlalu pagi memang tapi jalanan terlihat sedikit sepi.

Orang-orang pasti lebih memilih mengurung diri mereka di dalam rumah dari pada bepergian di cuaca seperti ini, Rachel membatin.

Gadis itu memandangi hujan yang turun lewat jendela kaca mobil Ken, mereka berniat menuju ke Secret Garden setelah mengambil barang-barang Rachel yang tertinggal di kedai.

Dia beralasan sakit dan akan pergi ke rumah sakit saat bos memarahinya tadi, untung saja dia tidak dipecat.

"Apa hujan lebih menarik dari pada aku? Kenapa kau terus memandang hujan seperti itu?" Ken memecah keheningan tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalan.

"Aku sedang berciuman dengan hujan, jangan ganggu aku!" seru Rachel.

"Kau masih memikirkan kejadian tadi pagi, ya?" goda Ken.

"Jangan membahas hal itu lagi atau aku akan memukulmu!"

Rachel merajuk dengan menunjukkan tinjunya pada Ken, pria itu hanya tersenyum geli.

Rachel mengingat kejadian setelah kepulangan Angie tadi pagi. Kenapa dia memejamkan matanya saat Ken menipiskan jarak di antara mereka dengan kata-katanya yang membingungkan itu?

Nyatanya pria itu hanya ingin sarapan tadi, dia bahkan tertawa dengan tawa iblisnya saat melihat reaksi Rachel.

Ah, memalukan! Rachel berteriak dalam hati.

"Sudah sampai, turun dan beli bunga yang kau inginkan dengan cepat. Aku akan menunggu di sini." Ken mengulurkan beberapa lembar uang untuk Rachel.

"Tidak perlu, aku bisa bayar sendiri!" tolak Rachel ketus.

"Tapi waktu itu-"

"Kau bilang jam tugasmu setelah makan siang 'kan hari ini? Kalau begitu kau hanya perlu ikut aku ke suatu tempat dan mengantarku pulang, setelah itu aku akan anggap kita impas."

Rachel keluar dari mobil dan segera memasuki toko.

"Wah, aku tidak percaya ini! Aku sudah merawat dan menampungnya semalam tapi dia bersikap seperti ini padaku? Benar-benar wanita kurang ajar!" Ken bermonolog sambil melirik ke arah toko.

Beberapa menit menunggu akhirnya Rachel keluar dari toko dan memasuki mobil dengan membawa bunga tulip putih di tangannya sedangkan Ken segera melajukan mobilnya ke tempat yang sudah Rachel sebutkan padanya.

Sial! Dia terlihat seperti majikan dan aku sopirnya, pikir Ken.

Perjalanan dilalui dengan keheningan, tak ada yang berniat untuk membuka pembicaraan dan Rachel benci suasana seperti ini.

Untung saja makam Aaron tidak jauh, jadi mereka bisa segera turun dan memasuki area pemakaman.

Rachel tersenyum dan berjongkok sembari meletakkan tulipnya di samping nisan Aaron. Ken mengamati nama yang tertulis di nisan tersebut.

Aaron Marvell Natanael, terdengar tidak asing bagi Ken.

"Hai, Aaron. Selamat ulang tahun, ya. Maaf karena aku tidak menepati janjiku, seharusnya aku datang dengan strawberry cake favoritmu kemarin." Rachel tersenyum sedih.

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang