23 - Suspect?

357 34 0
                                    

Pagi merangkak menuju siang, cahaya surya yang seharusnya masih benderang kini tertimbun gelapnya mendung.

Langit hitam bergemuruh semakin sering, pertanda hujan akan segera turun. Oh, cuaca memang tak menentu seringkali berubah akhir-akhir ini.

Ken mengamati kepulan latte yang menguar di udara, sesekali matanya melirik gumpalan awan hitam melalui jendela kaca kafe Edelweiss.

Ah, ia jadi ingat Rachel, gadis itu senang sekali memandang hujan sambil menikmati secangkir latte di Edelweiss.

Tak jauh berbeda, dokter Jeremy yang duduk di hadapan Ken sesekali mengedarkan pandangannya ke luar. Ia sedikit mendumal ketika titik-titik kecil mulai ditumpahkan awan.

"Jadi, kenapa kau memintaku ke mari, Jeremy?" Kenzio menatap pria berkaos navy di hadapannya.

"Hanya ingin menanyakan sesuatu padamu, Ken," sahut Jeremy santai.

"Ada apa? Cepat tanyakan aku harus segera kembali ke kantor polisi."

"Oke, lagi pula aku juga tidak suka berbasa-basi," ujar Jeremy, "mengenai jarum suntik yang kini dipegang Kepala Profesor Syarief, cairan apa yang terkandung di dalamnya?" tanyanya.

Ken mengerutkan keningnya, "Apa urusanmu menanyakan hal itu?"

"Hanya ingin tahu," jawab Jeremy enteng, "mungkin aku bisa membantumu jika kau mengatakannya padaku," lanjutnya.

Ken menampilkan senyum menyebalkannya, "Terima kasih untuk niatmu, Jeremy. Tapi aku sungguh tidak tahu, Kepala Profesor Syarief belum memberitahukan hasilnya padaku," dustanya.

Polisi itu kemudian menyesap latte-nya, "apa mungkin kau tahu cairan apa itu?" selidiknya.

"Mana kutahu? Aku menanyakannya padamu, 'kan?" tanya balik Jeremy.

"Mungkin saja kau sudah lebih dulu tahu, 'kan?" balas Ken cepat.

Jeremy mendengus kasar, "Lalu, apa sungguh ada sidik jari di jarum suntik itu?"

"Kenapa? Kau takut?"

"Untuk apa aku takut? Bukan aku pelakunya!" pekik Jeremy murka, "kau masih berpikir kalau-"

Kalimat Jeremy terpenggal oleh dering telepon Ken, polisi itu segera menarik diri dari hadapan Jeremy guna mengangkat teleponnya.

"Halo, Kepala Profesor. Ada apa?"

"Halo, Kenzio. Sesuatu telah terjadi," ucap Kepala Profesor Syarief.

"Apa itu?"

"Jarum suntik yang kau gunakan sebagai barang bukti kasus Aaron hilang."

Ken mengulum senyum misteriusnya mendengar kabar yang disampaikan oleh Kepala Profesor Syarief.

Si ikan sudah memakan umpannya, batin Ken, "Apa CCTV merekamnya?"

"Tidak, Ken. Tepat seperti dugaanmu, dia merusak setiap CCTV yang memiliki akses menuju ke ruanganku."

"Bagaimana dengan kamera pengintai yang kita sembunyikan?"

"Jangan khawatir, wajahnya terlihat dengan sangat jelas di sana. Dengan memasang kamera pengintai tersembunyi itu di dalam ruanganku kita bisa merekam setiap pergerakannya. Idemu sungguh brilliant, Ken," puji Kepala Profesor Syarief tulus.

"Lalu wajah siapa yang terekam itu, Kepala Profesor?" tanya Ken.

Kepala Profesor Syarief mengatakan sesuatu yang membuat Ken sedikit terkejut, meski sejak memeriksa catatan panggilan Aaron waktu itu dia mulai mencurigai orang ini tetapi tetap saja ia terhenyak dibuatnya. Ia masih tak menduga kalau kecurigaannya sepertinya memang benar.

La Lluvia : Hujanku Adalah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang