A Meeting

5.7K 381 2
                                    

Namira POV

Aku turun dari mobil di parkiran usai membuat janji dengan pihak Bhaskara Corp. Jam 10 pagi tepat. Dengan penuh percaya diri mengenakan higheelsku, aku melangkah berjalan ke araah resepsionis untuk menanyakan ruangan pemimpin perusahaan tersebut.

"Selamat pagi, mbak. Saya ingin bertemu dengan CEO Bhaskara Corp, Bapak Herlambang Bagaskara karena saya sudah buat janji dengan beliau jauh-jauh hari," ujarku pada mbak-mbak resepsionis.

"Oh iya mbak sebentar ya! Dengan mbak siapa? "

"Saya Namira, jurnalis dari Aksara News."

Lalu mbak-mbak resepsionis itu menyuruhku untuk memencet lift lantai 30. Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung mengikuti arahan resepsionis. Aku membuka pintu lalu mengucapkan salam. Seorang sekretaris perempuan menyambutku. Lalu kami saling memberi salam dan berjabat tangan.

 Awalnya tak ada yang aneh saat aku bersalaman dengan sekretaris perempuan. Namun hatiku mencelos saat mereka memperkenalkanku dengan sosok pria. Pria di masalalu yang menorehkan luka dalam hidupku. Dia kembali. Ia menatapku tajam. Sama sepertiku, ia tampak kaget atas pertemuan yang tak disangka tersebut.

Aku menahan nafasnya. Rasa sesaknya kembali muncul melihat Arjun. Ya, Arjun adalah pria yang meninggalkanku seperti sampah. Sejujurnya aku tak kuasa menahan tangis mengingat apa yang dilakukannya dulu padaku. Namun aku harus kuat. Aku tak boleh menangis disini. Aku harus profesional. 

Lalu aku menarik nafas. Percaya bahwa semua ini hanya pertemuan bisnis saja. Tidak lebih.

"Perkenalkan, saya Namira Prajnamitha. Saya jurnalis Aksara News and Magazine yang akan mewawancarai bapak. " ujarku sambil berjabat tangan dengannya mencoba untuk profesional. 

Aku ingin melupakannya. Aku berharap ia lenyap dari hidup ini. Menurutku pura-pura tidak mengenalnya adalah jalan terbaik untuk saat ini.

Arjun POV

Aku dengar dari mitra kerjaku, jurnalis Aksara Corp yang biasanya mewawancarai  para pengusaha sangatlah kritis, cerdas, dan menarik. Hal itu membuatku  penasaran. Seperti apa dia. Apakah dia perempuan yang mudah tertarik dengan karismaku.

Kedengarannya aku memang terlalu percaya diri. Namun itu faktanya. Meski aku digandrungi banyak perempuan, namun aku bukanlah seorang playboy. Aku sudah tidak tertarik menjadi playboy. Terlalu berumur bagiku untuk menjadi playboy.

Saat pintu ruangan terbuka sekretarisku berdiri menyambut jurnalis tersebut. Ia menjabat tangan sang jurnalis. Sosok itu kemudian menghampiriku. Kini aku dapat melihat jelas wajahnya.  Aku syok bukan main saat melihat siapa sosok jurnalis tersebut. Wanita yang dahulu sangat ku kenal lembut hatinya. Wanita yang dulu pernah mewarnai hari-hariku. Wanita yang dulu pernah aku sakiti dan tinggalkan begitu saja.

Namira. Wanita yang tak pernah bisa aku lupakan. Bukan karena aku masih mencintainya, namun karena rasa bersalahku padanya. Aku pernah memberikan luka sedalam-dalamnya. Bahkan aku meninggalkannya saat ia mengaku hamil dan meminta pertanggungjawaban.

Aku menatap tajam penampilan Namira yang berubah 180 derajat. Ia terlihat lebih menarik, stylish, dewasa, dan berkharisma. Tatapanku terpecahkan saat ia memperkenalkan diri padaku seolah tak mengenalku.

"Arjuna Bagaskara. CEO Bhaskara Corp pengganti Bapak Herlambang Bagaskara. Apakah kamu yang akan mewawancaraiku? "

Namira hanya mengangguk dan tersenyum seolah baru mengenalku. Namira berubah.

Back To You (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang