Prolog

4.1K 115 3
                                    

Plakk

Seorang gadis cantik berusia 17 tahun ditampar oleh tangan kokoh lelaki paruh baya.

Gadis itu meringis kesakitan dan memegang pipinya.

"Azima!! Kamu keterlaluan. Kamu itu perempuan! Tidak pantas pulang larut malam begini. Sudah berapa kali abi bilang jangan balapan motor dan bergaul dengan anak laki-laki yang nggak bener itu!! Astagfirullahaladzim." ucap lelaki yang tak lain adalah Abdullah, ayah Azima.

"Sudah abi, sudah." ucap wanita paruh baya sambil memeluk Azima, ia adalah Annisa, ibu Azima.

"Abi nampar aku?" ucap azima lirih. Baru pertama kali ia ditampar oleh abinya.

Azima melepaskan pelukannya kasar. Amarahnya sudah di ubun-ubun.

"Ini semua karena kalian. Semenjak Azima SMP, kalian menelantarkan aku. Abi sama umi selalu ninggalin Azima dirumah, kalian sibuk sama pekerjaan. Abi sibuk perusahaan dan umi sibuk di butik. Abi itu, dirumah sehari, diluar negeri sebulan!! Dan umi, berangkat pagi, pulang larut malam. Nyari harta gak ada abisnya!! Azima kesepian, kurang kasih sayang. Apa salah azima kayak gini?" ucap azima dengan intonasi Tinggi. Ia mengeluarkan semua uneg-uneg nya selama ini.

"Sudah!! Hentikan ucapanmu azima. Bukan maksud abi menelantarkanmu, tapi perusahaan dan butik itu wasiat dari kakekmu. Kalau bukan sebab wasiat ini, kami tidak akan seperti ini. Ini amanah, azima. Mau tidak mau harus kami lakukan. Kamu tau kan abi anak tunggal dari kakek? Abi lah yang bertanggung jawab atas semuanya." ucap abi

"Kamu kesepian kan? Mulai besok, kamu akan abi pesantrenkan. Disana ada banyak teman untukmu dan mereka semua anak baik-baik." tegas Abi

"Nggak!! Azima gak mau" ucap azima lantang

"Ini perintah, bukan tawaran" tegas Abi

Azima berlari kekamarnya dan menutup pintunya kasar.

"Azima mau di pesantrenkan dimana, bi? Lalu sekolahnya?" tanya umi

"Percuma umi dia sekolah. Dia sekarang kelas 2 SMA, tapi surat panggilan orang tua sering datang pada abi. Katanya azima bolos berminggu minggu, lalu berkelahi, lalu nilainya paling rendah. Tidak ada pilihan lain selain kita harus memperbaiki akhlak nya" ucap abi

"Dia akan abi pesantrenkan di PonPes Al-Amin, di Bogor." sambung abi

"Maafin Umi, bi. Harusnya umi memberikan banyak kasih sayang untuk Azima. Tapi umi malah membuat dia kesepian" ucap umi berurai air mata

"Ini semua bukan salah umi. Umi kan harus menjalankan amanah kakek. Disini tidak ada yang bersalah. Ini semua hanya takdir. Kita harus merubah akhlak Azima selagi dia belum tersesat terlalu jauh. Sebenarnya abi juga merasa bersalah, abi tidak ada waktu untuk kalian. Abi minta maaf. Bukan maksud abi mengejar harta, tapi ini amanah dari kakek" sesal abi

"Tidak apa-apa abi. Umi ngerti" ucap umi

Prang..

Prang..

Suara benda yang pecah menyudahi pembicaraan abi dan umi.

"Azima!!" pekik umi, lalu abi dan umi pun berlari menuju lantai 2 rumah mereka, tempat kamar azima berada.

"Agghh gue benci!!" teriak azima dari dalam kamar.

"Saat gue kecil, kalian sayang banget sama gue. Tapi semenjak kakek meninggal dan mewariskan seluruh hartanya pada kalian, kalian nelantarin gue. Yang gue butuh cuma kasih sayang orang tua, bukan harta." -batin azima

Azima menghempaskan tangannya ke pecahan vas bunga. Azima menggoreskan pecahan vas bunga itu pada tangan kirinya. Cairan kental berwarna merah keluar dari sela jari dan tangannya. Ia tak peduli jika ia mati.

Abi mendobrak pintu kamar azima.

Disana ada azima yang terduduk lemah. Tangan kanannya memegang pecahan kaca vas bunga dan tangan kirinya bersimbah darah. Azima sempat tersenyum simpul, cengkraman kaca ditangannya melemah, lalu ia tak sadarkan diri.

"Astagfirullahaladzim" ucap abi

Abi dan umi pun segera melarikan azima ke rumah sakit.

*****

"Engh, gue dimana" ucap azima. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya. Dinding bercat putih mendominasi ruangan ini dan bau obat-obatan menyeruak kedalam indra penciumannya. Ia merasa perih ditangannya.

"Azima, alhamdulillah kamu sadar nak" ucap umi.

"Masih peduli sama anak? Gue kira kalo gue matipun kalian gak peduli" ucap azima ketus

Umi hanya mengusap dadanya. Perkataan azima sungguh menyakiti hatinya.

"Azima, jaga bicaramu. Masih untung kau tak mati. Bunuh diri itu haram nak." ucap abi. Azima hanya memutar bola matanya malas mendengar ocehan abinya.

"Malah ceramah lagi ni orang tua." batin azima malas

Azima pun tertidur.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hayy..
Disini ceritanya, Azima itu anak nakal/brandalan.
Sedangkan umi dan abi nya itu adalah manusia yang taat beribadah.

Silahkan vote + comment :)

Syukron❤

Pantaskah Surga Untukku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang