Warning : cerita mengandung ketidakjelasan!
.
.
Aku bukan orang serakah. Sungguh! Hanya saja aku tipe yang senang mendapat imbalan. Bila aku berbuat baik terhadap seseorang maka seseorang itu haruslah memberikan sesuatu kepadaku. Tak peduli seseorang itu kaya atau miskin, imbalan harus tetap diberikan kepada ku.
Bisa di bilang aku lebih kejam dari rentenir. Tapi tolong di ingat, aku bukan orang serakah!
Kali ini aku kembali bermurah hati. Aku baru saja menyelamatkan pria bodoh yang hendak bunuh diri. Bukannya berterima kasih, si pria bodoh malah memaki. Karena tersulut emosi, kudorong tubuhnya hingga kepalanya membentur aspal jalan. Sedikit pun aku tak merasa menyesal, anggap saja itu sebagai imbalan atas kemurahan hati ku yang sudah menyelamatkannya dari percobaan bunuh diri. Walau pada akhirnya aku juga yang membuatnya masuk rumah sakit.
"Kau harus bertanggung Jawab, nona!"
Nona?
Tidakkah aku salah dengar?
Di lihat dari sisi mana aku bisa di sebut nona?
Ah, aku mulai kesal lagi!
Si pria bodoh tengah berbaring di ranjang pasien dengan kepala terlilit perban. Aku sebenarnya datang untuk meminta maaf, sekedar formalitas saja sih. Kalau dia merasa tak senang dan melaporkan ku ke polisi, itu hanya akan menyulitkanku 'kan? Nah, aku berniat mencari muka!
Tapi mendengar si pria bodoh memanggilku nona, hilang sudah niat baikku.
Aku berjalan mendekatinya, menurunkan wajah tepat di hadapan wajahnya.
"Apa wajah ini terlihat seperti wanita?" tanyaku penuh penekanan.
Si pria bodoh terlihat risih, ia semakin menenggelamkan kepalanya pada bantal. Melihat itu aku mencuri kesempatan. Sedikit bermain-main dengan pria bodoh ini sepertinya cukup seru.
"Apa wajahku terlihat sangat menawan dalam jarak sedekat ini?" tanyaku usil, sambil semakin mencondongkan wajah padanya.
Kulit wajah pria bodoh terlihat memerah, bukan karena malu, tapi lebih karena marah. Aku terkikik dalam hati, sangat puas melihat wajahnya yang masam dan penuh kemarahan.
Tiba-tiba saja pria bodoh mendorong ku dengan kekuatan penuh, membuatku terdorong dan jatuh ke lantai. Sakit sekali rasanya dibagian bokong. Aku hanya bisa menangisi nasib karena kembali dianiaya.
Pria bodoh itu dipenuhi banyak tenaga, aku jadi penasaran hal apa yang membuat pria yang terlihat tangguh itu hingga ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
"Pergi sejauh mungkin dari hadapanku!"
Pria bodoh itu memandang padaku yang tengah duduk di lantai dengan pandangan tajam. Mungkin jika pandangannya bisa menusuk, sudah ada lubang di tubuh indahku ini.
Aku memasang wajah merajuk. Dengan air mata buaya, kupandang sosoknya yang setengah duduk di ranjang pasien. Menatapnya seolah dirinya baru saja mencampakkan ku.
"Betapa teganya!" raungku, dibubuhi suara isakan. Kulihat alisnya mengkerut, memandang aneh padaku. "Tidakkah kau ingin berterimakasih kepada ku?" kutatap matanya, setelah itu menundukan kepala, melihat lantai, menyunggingkan seringaian selagi dia tak melihatnya. "Bagaimana pun aku telah menyelamatkan hidupmu!" lanjut ku dengan lirih.
Aku berdiri perlahan, memberikan punggung padanya.
Biasanya acting-ku selalu berhasil menipu orang, tapi aku sangsi orang bodoh ini dapat aku tipu. Tetap saja aku tidak akan tahu jika tidak mencobanyakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT (ItaNaru!)
FanfictionBaca saja, ya.. Kumpulan Oneshoot (rancu) ItaNaru Naruto © Masashi Kishimoto