OS 017 - Sialan!

1.7K 208 8
                                    

Aku baru selesai mandi ketika kulihat ada Itachi yang tengah duduk di atas kasurku, mempertontonkan punggung kokohnya padaku yang baru keluar dari kamar mandi. Aku mendekatinya dan menanyakan tujuannya ada disini, tapi Itachi diam saja dan tidak menjawab. Aku berjalan kedepannya, mengangkat dagunya agar aku bisa melihat wajahnya. Saat kulihat, di wajahnya ada banyak lebam dan memar, aku bertanya apa yang terjadi padanya, kembali dia tak menjawab pertanyaanku.

Merasa kesal karena diabaikan, aku balas mendiamkannya, dan berjalan ke lemari untuk mengambil pakaian.

Aku hanya mengenakan handuk kecil untuk menutupi kemaluanku, harus segera berpakaian sebelum Itachi bergerak menyerang.

Saat tengah memilih baju, ada tangan yang memelukku erat dari belakang dengan kepala menyender di bahuku. Aku diamkan dan masih melanjutkan mencari baju. Tapi Itachi mulai seronok, dia menjilat cuping telingaku, membuat tubuhku bergetar merasakan sensasi asing yang baru kali ini kurasakan.

Aku belum sempat menyuarakan ketidaksukaanku saat Itachi membalik tubuhku dan mencium bibirku. Aku meronta dan merapatkan bibir tak membiarkannya menciumku lebih dari ini.

"Buka mulutmu."

Apa dia gila? Mana mungkin aku menurut padanya.

Tangan Itachi merayap ke atas pantatku, meremas kuat dua bungkal itu bersamaan. Aku tidak tahu, tapi itu terasa enak. "Engg…ahh…" dan suara semacam ini keluar dari mulutku. Aku malu sekali, baru saja aku mendesah keenakan di depan seseorang yang berkelamin sama denganku.

Itachi tak membuang kesempatan, saat mulutku terbuka dia langsung memasukkan lidahnya kedalam mulutku.

Kuakui dia pencium yang andal. Lidahnya berlama-lama di langit-langit mulutku, terus menjilati sampai rasanya aku ingin menggigit putus lidahnya karena membuatku geli. Kemudian lidahnya mulai membelit lidahku, menariknya kedalam mulutnya. Perasaan tak ingin kalah menguasaiku, aku menarik kembali lidahnya agar tak meninggalkan mulutku.

Dan saat aku tersadar Itachi sudah lebih dahulu menyudahi ciuman kami, menciptakan suara kecipak basah dari dua bibir yang terpisah. Aku bernapas putus-putus, terengah seperti peserta marathon.

"Tidak buruk." Itachi tersenyum menyebalkan, menyeringai penuh kemenangan.

Aku mendegkus dan mendorongnya menjauh, tapi tangan Itachi lebih lihai dan menarikku kembali mendekatinya sampai dada kami bertubrukan. Tangannya dia letakkan di atas pinggangku yang tak tertutup handuk, terasa panas saat dia meletakannya di sana, panas yang terus menjalar ke seluruh tubuhku.

"Ini sangat mengganggu." bertepatan dengan kalimat ini, Itachi menarik handuk yang menjadi satu-satunya pertahananku, membuangnya sejauh dia bisa melemparnya.

Aku menjerit spontan dan langsung menurunkan tangan untuk menutupi penisku. Saat tanganku menyentuh area pribadiku, aku merasakan ada yang tidak beres … penisku telah mengeras.

Aku rasa darah mulai meninggalkan wajahku, membuatnya terlihat pucat karena syok.

Apa-apaan ini, aku menegang hanya karena dicium Itachi?

Genggam.

"…nghh…a-apa…apa yang sedang kau lakukan, Itachi!" aku terhenyak ketika tangan besar Itachi mengelilingi penisku, entah sejak kapan dia menyingkirkan tanganku. Aku menampar tangannya agar menyingkir tapi Itachi malah meremat lebih kuat.

Seperti tuli, Itachi malah berjongkok di depanku, wajahnya tepat berhadapan dengan penisku yang masih berada didalam genggamannya. "Kenapa begitu kaget, aku hanya membantumu."

Ini sudah keterlaluan!

Aku tahu Itachi suka aku, tapi aku juga sudah menolaknya baik-baik. Seharusnya dia tidak beginikan aku. Padahal dia sudah bilang "oke" saat aku mengatakan untuk berteman saja.

"Itachi, aku akan marah kalau kau melakukan lebih dari ini padaku!" aku mengancam, ini senjata terakhir yang kuharapkan bisa membuatnya sadar.

Sepertinya aku berhasil, Itachi menjauhkan tangannya dari penisku. Dia tersenyum minta maaf sambil berdiri. "Baiklah." aku baru akan bernapas lega sebelum kemudian mendengar perkataan Itachi yang selanjutnya. "Kau hanya akan marah padaku, bukan benci aku. Tak apa… jadi, mari kita lanjutkan."

Itachi menggendongku seperti pengantin dan melempar aku ke kasur. Dia ikut naik dengan merangkak di atas tubuhku. Saat wajah kami sejajar, senyuman menyebalkan darinya kembali datang.

.
.
.

Sialan.

.
.
.

Keesokan paginya, aku terbangun di dalam pelukan Itachi. Tanpa berbusana, dua orang pria saling memeluk dengan sangat intim. Krisanku sudah tidak suci, dan sekarang terasa berdenyut denyut nyeri.

Dan coba tebak apa yang aku temukan selain kesucian yang hilang? Itu adalah kenyataan bahwa memar di wajah Itachi hanya buatan. Sejak awal dia memang berniat menipu untuk bisa memakan Cherry ku.

Sialan!

...

22 maret 2019

Hi? 🤗

Naru-chan lagi ngukur tinggi pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Naru-chan lagi ngukur tinggi pohon. Ehehe… napa nggak ngukur anu babang tachi ae, nar 😆😆😆

ONESHOOT (ItaNaru!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang