OS 002 - Itachi Pov

6.9K 616 3
                                    

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Itachi Pov~

.
.
.

"Apa kau lihat yang disana itu? Ya, yang berambut pirang jabrik. Aku ingin kau melakukan sex dengannya di depan banyak orang, kau berani?!"

Mataku nyalang pada pemuda yang dimaksudkan oleh Kabuto. Dimataku, pemuda itu terlihat biasa saja. Tinggi badannya mungkin hanya sebatas bahuku, warna kulitnya sawo matang, mengindikasikan bahwa dia sosok yang senang bermain-main dibawah sinar mentari. Namun saat dia tertawa, dunia disekelilingnya terlihat lebih berwarna. Suara tawanya yang lepas, terasa menenteramkan jiwa. Aku tertarik padanya!

"Siapa namanya, Kabuto?"

"Wah, kau akan menerima tantanganku?"

"Jawab saja. Siapa namanya?"

"Hah... Tidak sabaran seperti biasanya. Dia itu, kalau tidak salah, namanya Naruto. Katanya sih dia itu adik dari Namikaze Kurama."

Naruto. Nama yang terdengar sangat unik.

Aku berdiri dan berjalan mendekat kearah Naruto berada, mengabaikan seruan kabuto. Anak itu tengah bersenda gurau dengan beberapa temannya. Dapat ku dengar suara tawanya yang begitu syahdu di pendengaranku.

"Naruto?" ucapku menyebutkan namanya saat aku sudah berdiri di meja yang tengah di tempani olehnya dan teman-temannya. Suasa riuh di antara mereka berubah hening, dapat ku lihat wajah Naruto yang terlihat bingung memandang kearahku, dan ada sedikit rona merah di pipinya. "Bisa kita bicara?" tanyaku padanya dan dia menjawab dengan satu anggukan dikepalanya yang bermahkotakan rambut pirang.

Teman-temannya bersiul usil, wajah Naruto terlihat memerah dan ia membentak teman-temannya untuk diam, namun teman-temannya itu malah tertawa kencang, seakan apa yang telah Naruto lakukan menjadi hiburan tersendiri bagi mereka.

Kami berjalan bersisian menjauhi keramain dan berhenti di tempat yang agak temaram. Dia menundukan kepala saat aku memandanginya intens. Aku tersenyum menyaksikan segala tingkah lakunya. Aku pikir, dia sangat menarik!

"Apa kau pernah berciuman, Naruto?" dia terlihat kaget saat aku bertanya seperti itu. Kepalanya mendongkak, mata indahnya memandang kedalam bola mataku dengan pandangan malu-malu, lalu menggelangkan kepalanya dan kembali menunduk. Aku kembali tersenyum dibuatnya. "Kau mau mencobanya?" tanyaku lagi.

Naruto kembali mendongkakan kepalanya, ia memandangku sangsi. "Yang kudengar, Uchiha-san tidak suka bercanda?"

Aku tidak mengerti maksud dari pertanyaannya. Aku jelas tidak suka bercanda. Apa mungkin dia menganggap aku sedang mencoba melucu? Konyol sekali!

Aku tertawa pelan dan Naruto memandangi wajahku yang tengah tertawa dengan wajah berbinar, bahkan wajahnya terlihat memerah. "Kau bisa tertawa?" tanyanya dengan nada takjub. Ada apa dengan anak ini. Apa aku bisa tertawa dia bilang. Akukan manusia, jelas bisa tertawa. Dia memang unik dan karena keunikannyalah aku tertarik kepadanya.

"Kau ini sangat pintar melucu, ya?" ucapku sambil tak hentinya terkekeh.

Aku merasa terlahir kembali. Kapan ya, aku terakhir kali tertawa seperti sekarang, pasti sudah sangat lama sekali. Anak ini telah berhasil membuatku bahagia, hingga tak henti-hentinya tertawa.

"Ah, ya. Tidak sopan rasanya, ketika aku menawarimu berciuman, namun belum memperkenalkan diriku secara resmi, walau sepertinya kau sudah kenal aku." Ini hebat. Padahal aku baru mengenalnya beberapa menit yanglalu, namun aku sudah mengucapkan kata sebanyak itu. Wow. Bahkan Naruto sendiri terlihat heran mendengar aku yang berbicara banyak padanya. "Aku Uchiha Itachi, senior mu!" dia terlihat hanya menganggukan kepala, sepertinya Naruto sudah mengetahui sedikit banyak mengenai diriku. "Apa kau mau menerima tawaran dariku?"

"Jadi, itu bukan candaan?" tanyanya, terdengar ragu untuk bertanya.

Aku tersenyum untuk meyakinkan dirinya, hasilnya, dia langsung menganggukan kepala dengan malu-malu. Good job, Itachi! Terimakasih untuk Kabuto, berkat tantangan konyolnya aku jadi menyadari bahwa ada orang seistimewa Naruto disekitarku. Namun bukan berarti aku menerima tantangan konyol dari Kabuto. Aku tak mungkin mempermalukan Naruto di depan umum, lagi pula tubuh Naruto hanya aku saja yang boleh melihat dan menikmatinya! Aku tak ingin berbagi keindahan dengan siapapun!

Lupakan yang berlalu dan biarkan aku menikmati kenikmatanku.

Aku menarik tubuh Naruto mendekat, ternyata tingginya memang sebahuku. Aku menundukan kepala, menatap mata indahnya cukup lama, lalu beralih kearah bibir merah menggodanya. Kurengkuh ia dalam dekapan posesifku. Perlahan kudekatkan bibirku kebibirnya. Dekat dan semakin dekat, hingga akhirnya bibir kami bersentuhan. Awalnya hanya saling menempel lalu ku jilat bibir bawah dan atasnya, setelah itu ku kulum bibir bawah dan atasnya bergantian. Ciuman ini sangat berbeda dengan yang sudah-sudah, karena kali ini aku melibatkan perasaan dalam permainan bibir ini. Ciuman kami semakin panas, lidahku kini berada didalam mulut Naruto, mengabsen deretan giginya yang tersusun rapi. Naruto bersifat pasif, seperti yang telah dia bilang, dia belum pernah berciuman.

"Egh...mphh...Uchi...akh...san~" suara desahannya membuatku semakin menggila. Ku perdalam ciuman diantara kami, tak kuperdulikan Naruto yang mulai kehabisan napas, aku belum merasa puas.

Saat Naruto memukul dadaku cukup kencang, akhirnya kulepaskan ciuman diantara kami, menyisakan saliva yang menjuntai dibibirnya dan dibibirku. Aku terkekeh, memandangi dirinya yang terlihat berantakan. Naruto memandangiku sebal sambil menghapus air liur dibibirnya, namun jelas terlihat kalau ia menyukai apa yang telah kami lakukan tadi, pipinya yang memerah membuktikan segalanya.

"Seharusnya kau membalas ciumanku, Naruto!" kataku. Dia memandang ragu kearahku yang kini memasang wajah flat andalanku. "Kau sangat payah dalam berciuman," kataku lagi dengan dibumbui nada sedikit sinis. Sedikit menjahilinya sepertinya menyenangkan.

Naruto menundukan kepalanya, tak lagi memandang wajahku. "Maaf" ucapnya. Aku tergelak, membuatnya kembali memandangi wajahku dengan penuh keheranan. "Kenapa kau tertawa? Kau mengejek ku?!" kini dia bertanya dengan nada marah, wajah kesalnya membuatku menghentikan tawa dan akupun balas memandangi wajahnya dengan raut serius. Wajah kesalnya perlahan berubah menjadi sedih.

"Kau tak perlu meminta maaf," ucapku serius, Naruto hanya diam dengan kepala yang lagi lagi menunduk. "Ayo kita menjadi pasangan!"

"Eh?"

"Aku tidak menerima penolakan!"

Setelah itu tak kubiarkan sepatah katapun keluar dari dua belah bibirnya yang menggoda itu, karena aku langsung membungkam mulutnya dengan mulutku.

END

ONESHOOT (ItaNaru!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang