OS 015 - Bodoh

2.1K 248 17
                                    

Naruto mengetuk keras keras pintu di depannya. Tapi orang di dalam sana berpura-pura tuli dan tak kunjung membuka pintu.

Asrama Putra masih sepi karena kebanyakan dari penghuninya pergi keluar menikmati libur semester. Naruto sendiri terpaksa kembali lebih cepat karena mendapat kabar dari Kiba kalau teman sekamarnya lagi-lagi membuat ulah. Katanya membawa wanita masuk atau sebagainya.

Jelas-jelas ada larangan membawa wanita ke asrama Putra, tapi teman sekamarnya memang sering melanggar aturan. Naruto tidak peduli tentang itu, asal tidak membuat dirinya terlibat Naruto hanya akan menutup mata dan berpura-pura tak tahu. Namun bila seperti sekarang, membawa wanita ke dalam kamar, sudah pasti Naruto akan terseret perkara yang bukan dia pelakunya.

"HEI, UCHIHA! BUKA PINTU INI GOBLOK!"

Sebenarnya Naruto bukan tipe orang yang suka berkata kasar, tapi disituasi tertentu, seperti sekarang misalnya, dia akan lebih banyak berkata kasar daripada berkata lembut.

Sial baginya karena kunci kamar tertinggal di rumah. Kalau ada kunci itu sudah sejak tadi Naruto masuk ke dalam dan menghajar teman sekamarnya yang menyebalkan.

"Kau sudah pulang Uzumaki?"

Naruto kenal suara ini. Bagaimana tidak, orang inilah yang membuat dia tunggang langgang kembali ke asrama padahal dia tengah asik berlibur di rumah bersama keluarga tercinta.

Naruto memutar badan, melotot tajam pada pemuda berambut hitam panjang yang menenteng dua kantong belanja ditangannya. "Kau darimana saja sialan?!"

Pemuda Uchiha satu ini mengernyit heran, baru pertama kali mendengar seorang Uzumaki Naruto berkata kasar. "Belanja," jawabnya setelah diam sejenak. "Kenapa tidak masuk?"

Naruto mencebikkan bibir. "Kunci ku tertinggal di rumah."

Pemuda Uchiha ber-oh saja. Kemudian pemuda jangkung itu berjalan ke depan pintu, berhadapan dengan Naruto. "Ambil kuncinya di kantong celana ku." matanya memandang ke bawah, pada kantong bagian kanan celana jeansnya.

Naruto membuat wajah bodoh. "Kenapa harus aku?" sewotnya kemudian.

"Karena tanganku sudah penuh," sahut si pemuda Uchiha sambil mengangkat kedua tangannya yang memegang kantong belanja.

Naruto berdecak kesal. Tangannya masuk kedalam kantong celana pemuda Uchiha. "Kau yakin menyimpannya di sini, sepertinya tidak ada?" tanyanya saat tangannya tak juga menyentuh benda keras dan dingin yang tengah dicarinya.

"Kalau begitu di bagian satunya."

Naruto mengerang kesal. Dia tengadah untuk melihat wajah pemuda Uchiha yang jauh lebih tinggi darinya. "Kau berniat bermain-main denganku?"

Pemuda Uchiha terkekeh kecil. "Awalnya tidak. Tapi saat aku melihat kebodohanmu ternyata cukup menghibur, kenapa tidak?" pemuda Uchiha menyerahkan kantong belanjaannya pada Naruto. "Pegang ini, biar aku yang membuka pintu," katanya kemudian.

"Kenapa tidak sejak tadi kau melakukannya, keparat! Alih-alih kau menyuruhku mengambil kuncinya dari kantong celana mu. Dasar tolol."

"Untuk melihat seberapa pintar dirimu tentu saja." dan senyuman tampan muncul di wajah rupawan si pemuda Uchiha. Sedang untuk Naruto, dia tengah berusaha keras agar tidak melempar kantong belanjaan yang sudah berpindah tangan kepadanya ke wajah menyebalkan si Uchiha. Bagaimana pun 90% isi dari kantong belanjaan ini akan menjadi miliknya.

..

Naruto duduk di kasurnya menghadap pemuda Uchiha yang sibuk memindahkan belanjaan dari kantong belanja ke dalam lemari pendingin. Sebenarnya Naruto lebih banyak di untungkan daripada dirugikan dengan menjadi teman sekamar si pemuda Uchiha.

Saat keuangan menipis, sedang kiriman uang belum datang, Naruto tak harus takut kelaparan seperti teman-temannya yang lain. Karena pemuda Uchiha tak pernah absen mengisi lemari pendingin dengan berbagai macam minuman dan beberapa makanan beku. Lemari pendingin besar dan cukup memuat banyak hal, dari air mineral sampai bir pun ada di sana. Belum lagi lemari kecil di sampingnya yang hampir semua isinya merupakan snacks kesukaan Naruto. Pemuda itu juga tidak pelit. Naruto sering mengambil sebanyak yang dia mau tapi tak pernah mendapatkan satu pun teguran darinya.

Kecuali untuk bir, pemuda itu selalu mewanti-wanti, katanya Naruto ini masih belum cukup umur. Padahal itu kan hanya bir. Memangnya berapa sih kadar alkohol di dalam bir kalengan? Itu tak akan membuat mabuk, kan?

Naruto menaikkan kaki ke atas kasur dan duduk bersila. "Hei, Uchiha!" panggilnya yang sejak tadi hanya diam memperhatikan.

Pemuda Uchiha menoleh. "Ya?"

Naruto melambaikan tangannya. "Kemarilah, aku ingin bicara." kemudian menepuk-nepuk kasur yang didudukinya, menyuruh pemuda Uchiha datang dan duduk disampingnya.

"Baiklah." seringai tipis muncul di bibir pemuda Uchiha.

Pemuda Uchiha duduk disamping Naruto, begitu dekat sampai tak ada jarak. Kening Naruto berkedut. "Tidak sedekat ini juga, menjauh cepat menjauh!" tangan Naruto sibuk mendorong-dorong bahu kanan pemuda Uchiha. Tapi pemuda itu tak bergeser sedikit pun. "Ahh, sudahlah," erangnya frustasi. Menyerah, Naruto berdiri dan berpindah duduk ke atas kasur milik si pemuda Uchiha. "Nah, begini lebih baik." cengirnya kemudian.

Naruto menaikkan kaki dan kembali duduk bersila di atas kasur.

Pemuda Uchiha menjatuhkan tubuhnya di atas kasur milik Naruto dengan kedua tangan dijadikan bantal. Mata obsidian menatap langit-langit. Sedang hidung membaui aroma si pemilik kasur secara diam-diam.

"Sebenarnya aku tidak peduli, kau jadi berandalan atau tidak, hanya saja ... bisakah kau tidak membawa wanita ke kamar kita?"

Pemuda Uchiha menyengir lebar saat mendengar kata "kita" dari mulut si pirang Naruto. Entah mengapa ditelinganya kata itu terdengar begitu manis. Tapi setelahnya kening pemuda jangkung ini mengerut saat otaknya baru merespon kalimat "membawa wanita" didepan kata "kita".

Pemuda Uchiha kembali duduk. "Aku tidak membawa wanita." matanya memandang penuh tanya pada sosok Naruto yang duduk bersila. "Kau dengar dari siapa?" tanyanya kemudian.

Mendengar itu Naruto pun ikut bingung. "Tapi temanku mengatakan kalau kau membawa wanita ke kamar ini," ujarnya.

Pemuda Uchiha diam sesaat sebelum terkekeh pelan. "Untuk apa aku membawa wanita, aku bahkan tidak tertarik pada satu pun dari mereka." lalu matanya memandang intens pada Naruto. "Kau jauh lebih menarik dari mereka, Naruto~"

Naruto merasa bulu-bulu halus di tubuhnya berdiri saat mendengar perkataan si pemuda Uchiha."B-bercanda mu tidak lucu," ketus Naruto agak terbata. "Tapi, yah, terimakasih. Banyak yang bilang kalau aku ini memang tampan ehehe."

Pemuda Uchiha turun dari kasur. Dia berdiri di depan Naruto dengan kepala menunduk menatap wajah si pirang yang masih duduk bersila di atas kasur. "Aku tidak mengatakan kalau kau tampan, aku hanya mengatakan kalau kau menarik." dia semakin memajukan wajahnya kedepan wajah Naruto. Sedang si pirang memundurkan wajah menjauh.

Wajah Naruto memerah tomat. "B-bisakah kau menjauhkan wajahmu?"

Pemuda Uchiha menyeringai. "Memangnya kenapa, um?"

"A-anu, na-NAPASMU BAU!"

"Hah?" pemuda Uchiha menjauh dengan linglung. "Apa benar bau?" tanyanya kemudian.

..

Naruto langsung berlari keluar kamar saat si pemuda Uchiha terlihat linglung. Tanpa alas kaki dia keluar seperti kesetanan.

"Apa-apaan ini. Kenapa jantungku berdetak kencang?"

Seluruh tubuhnya bergetar dengan jantung berdebar kencang. Naruto merasa dia bisa tumbang kapanpun.

Serangan jantung mendadak, aku akan mati. -batin Naruto.

Pertama kali jatuh cinta, si pirang tidak menyadarinya dan malah melarikan diri.

Bodoh-Author.

Fin.

Sabtu, 27 Oktober 2018

😶 sangat bosan 😶

また、ね。

ONESHOOT (ItaNaru!) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang