coba

22 3 3
                                    

kelas sudah selesai lima belas menit yang lalu.

dee, jimin, taehyung serta beberapa anak lainnya memilih menghabiskan waktu sebentar di koridor. bercerita ngarol ngidul, dari menu kantin terbaru sampai dosen wanita yang digosipkan belum menikah padahal sudah menginjak umur kepala empat.

fey? lagi madol. sudah dua hari bahkan.


"fey sakit?" jimin bertanya sambil mengeluarkan sejenis tabung dari dalam tas selempang. dee memerhatikan dengan kerutan bingung di dahi.

"dee?" kali ini taehyung, dengan santai menyalakan pemantik. rokok dijepit di ujung bibir.

dee sama sekali belum sadar udara disekitarnya lima detik kedepan akan tercemar.

malah menatap penasaran dengan tabung di tangan jimin.

"eh apa?"

polos sekali. mengerjap bingung ketika taehyung menoel bahunya.

"fey sakit? udah dua hari madol kelas gue liat."

dee pasang senyum manis. tapi tidak merasa perlu jujur.

fey sengaja madol kelas.

karena kejadian ciuman paksa di mobil.

"ho? beneran engga ada tu anak?" jimin menyeringai. sengak. apalagi ketika melihat binar penasaran dee pada tabung di tangan.

"itu tabung apa?"

sumpah. jimin gemas. bahkan anak yang lain terkekeh geli.

pasti dee ini anak kesayangan. anak emas. yang dijaga ketat agar tidak menyeleweng ke tempat jahanam.

jelas bukan termasuk anak malam yang hobi memakai baju ketat dan rok mini.

jadi bukan salah dee kalau tidak tau jimin sedang memegang rokok elektrik. vaping. kelakuan jaman anak sekarang.

"oh ini? sari buah," sahut jimin.

"sari buah? itu yang kamu hisap rasa buah gitu? mau dong jim!"

taehyung melotot padanya, sementara anak lain menjadi penonton setia. jimin sendiri memberi kerlingan pada taehyung.

jangan harap bisa sebegini bebas kalau ada fey.

"mau?" tawar jimin.

dee mengangguk cepat.

"suka anggur?"

dee ngangguk lagi.

"sini, duduk sebelah gue," titahnya dan dee langsung menurut.

jimin memegangkan dihadapan bibir mungil dee, "hisap pelan pelan dulu."

dee mencoba.

percobaan pertama jelas batuk.

"jim!" suara taehyung penuh peringatan.

jimin tersenyum menenangkan sambil mengusap punggung dee, "gimana? mau lagi?"

dee mengecap sebentar, "bener rasa anggur jim! mau lagi boleh?"

jimin tertawa, masih setia memegangkan, "apa yang engga boleh buat tuan putri?"

dee merona tipis, mencoba ikut memegang bagian bawah tabung. tersentuh sedikit dengan tangan maskulin jimin.

mencoba peruntungan kedua.

kali ini tidak terbatuk. terlanjur menikmati.

dan di sisi lain jimin juga menikmati.

dee tersenyum. merona padanya. tangan bergesekan halus.

sial.




















































ada yang salah dengan jantung jimin.















halohaaaa
morning every1
dingin dingin saya mau cari yang anget dulu

bangtan college!auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang