Part 3

1.9K 73 11
                                        

Hari pertama sekolah tidak terlalu buruk baginya. Teman-teman baru Ama terlihat sangat ramah semua. Bahkan mereka sudah pergi ke kantin bersama. Walaupun terkadang ia masih lupa nama mereka.

Kini, Ama dan dua orang teman barunya yakni Dilla dan Adiba berada di depan sekolah. Kami bertiga sedang menunggu jemputan. Tak lama ada sebuah mobil berhenti dihadapan kami bertiga. Ternyata itu adalah mobilnya Adiba.

"Eh, aku pulang dulu ya. Sampai jumpa besok. Assalamualaikum," salam Adiba sambil melambaikan tangannya ke Ama dan Dilla.

"Waalaikumsalam," balas Ama dan Dilla.

Adiba pun masuk kedalam mobilnya. Kini hanya menyisakan mereka berdua.

"Kamu dijemput siapa Ma?" Tanya Dilla.

"Aku dijemput sama sopir. Tapi kok belum datang ya?"

"Sabar, ya. Eh, itu kakak aku udah jemput. Duluan ya Ma. Assalamualaikum, sampai jumpa besok!" Ucap Dilla sambil berlalu dari hadapannya.

"Hati-hati, ya. Waalaikumsalam," jawab Ama. Dilla pun masuk ke dalam taksi tersebut. Kini hanya menyisakan Ama seorang. Ia hanya melihat kearah jalan raya. Dulu, waktu masih SMP, jika ia belum dijemput, pasti banyak dari teman laki-lakinya yang menawari untuk pulang bareng. Sekarang, tidak ada yang menawarinya untuk pulang bersama. Mungkin karena peraturan di sini melarang untuk siswa-siswi berdua-duaan.

Tak lama kemudian, sopir yang menjemputku datang. Ia pun masuk kedalam mobil dan segera menuju rumah.

------


"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, sayang," jawab bundanya —Hasanah—.

"Bunda, Ama mau ke kamar dulu ya, capek," ucapnya pada bundanya.

"Kamu gak mau makan dulu Ma?" Tanya bunda.

"Gak, tadi Ama udah makan di kantin."

"Ohh. Oiya, gimana sekolahnya? Kamu senang gak disitu? Banyak teman? Baik-baikkan orangnya?"

Sebenarnya ia belum bisa beradaptasi sepenuhnya di sekolah itu. Namun, demi membahagiakan hati bundanya, ia mengatakan bahwa ia senang di sekolah itu. "Baik-baik kok temen-temennya. Aku senang. Tapi gak tahu kalau besok," jawab Ama.

"Syukurlah kalo kamu seneng. Semoga betah, ya, Ma. Kalau gitu, kamu ke kamar sana. Istirahat. Dan jangan lupa sholat ashar ya," ucap bundanya sambil mengelus kepala Ama. Bundanya ini sangat baik. Disaat Ayahnya memarahi Ama, bundanya yang selalu membela.

"Oke, bunda. Ama ke kamar dulu, ya." Ama pun segera menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua. Hari ini sangat melelahkan. Apalagi, ia harus mulai beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru. Sekolah yang sangat ketat peraturannya. Baju harus panjang dan menutupi pantat bagi wanita, datang tepat waktu, sholat tepat waktu, dan lain sebagainya.

Ia sangat berharap jika ia segera lulus dari sini. Kalau bukan karena orangtuanya, mungkin ia akan membolos untuk keesokan harinya.

Ia membuka pintu kamarnya. Ia letakkan tas coklat yang ia pakai ke meja belajar. Ia pun langsung menghempaskan tubuhnya di atas kasur.

Ia mencari ponsel yang berada di saku seragam sekolah. Ia mulai membuka pesan, mencari nama yang sering kali ia kirimi pesan. Masih sama. Tidak ada balasan. Ia membuka history chat-nya dengan seseorang. Rindu. Sejak acara perpisahan SMP, ia sudah tidak lagi berkomunikasi dengan sosok tersebut. Ia pun tidak tahu alasan mengapa mereka bisa lost contact hingga sekarang.

Tiba-tiba ia teringat perkataan sosok tersebut setelah acara perpisahan sekolah, "Berubahlah menjadi orang lebih baik ya, Ma. Jangan jadi orang nakal, kasihan orangtuamu. Lebih dewasa ya. Setelah ini, jangan mencariku ya. Tunggu sampai aku berani mendatangimu lagi," ucap sosok laki-laki itu kepada Ama.

Ia tidak tahu apa makna yang tersirat dalam perkataan laki-laki tersebut. Yang jelas, kini dia sudah tidak ada kabar sama sekali. Ama ingin mencarinya, tetapi, entah mengapa hatinya melarang untuk mencarinya.

Ia meletakkan ponsel di meja dekat tempat tidur. Ia terbayang-bayang akan wajahnya, apakah dia masih sama atau sudah berbeda. Ia terlanjur jatuh lebih dalam dengannya. Susah baginya untuk melupakannya. Walaupun dulu ia dicap nakal, tetapi ia bukan playgirl. Ia hanya mempunyai satu mantan, itupun karena Ama diberi tantangan oleh temannya untuk punya pacar. Namun, setelah ia mengenal sosok laki-laki itu, perempuan itu merasa jika hanya dia yang membuatnya bahagia.

Laki-laki itu adalah Arfan Rafisqy. Seseorang yang dekat dengan Ama.. Dia baik, sangat baik. Dia tidak terlalu nakal, dia pintar. Ama sangat ingin menjadi kekasih Arfan, namun kata Arfan, pacaran itu tidak diperbolehkan. Ama kecewa dengan pernyataan dari Arfan itu, ia pun mencoba menerima hal itu. Asalkan Arfan ada di dekat Ama, ia sudah sangat senang.

Baginya, Arfan itu adalah teman terbaik. Dia selalu mendengarkan semua cerita-ceritanya. Jika Ama bersedih, Arfan selalu memberikan semangat padanya. Bahkan, dia juga rela membantu Ama untum mengerjakan tugas sekolah.

Airmatanya mulai luruh. Ia menangis. Ia langsung memeluk boneka teddy bear kesayanganny. Boneka pemberian Arfan dulu. Boneka yang ia berikan saat ia ulang tahun ke 15 tahun. Aku sangat ingin bertemu dengannya. Ia berpikir, mengapa dunia sangat jahat sekali sehingga ia tidak bisa bertemu dengan Arfan lagi?

Tetapi, ia selalu menyadari, bahwa mungkin saja ada hikmah dari setiap kejadian yang terjadi pada dirinya. Mungkin nanti, ia akan dipertemukan lagi dengan Arfan. Ia selalu percaya itu.

"Ku titipkan rinduku melalui doa-doa yang ku panjatkan setiap hari untukmu."

***


Jangan lupa vote dan comment ya..

Next?

See you

PENANTIAN [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang