Cukup aku mengulangi kesalahan itu sekali saja. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Kesalahan itu mengajarkanku untuk tidak melakukan itu lagi, dan mengajarkanku untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi.
***
Kami semua sudah berada di halaman sekolah. Kami berbaris rapi sesuai perintah dari ketua OSIS itu. Ketua OSIS sedang berdiri di mimbar sembari memberikan beberapa arahan kepada kami semua.
"Nanti kalian tes wawancara dulu, setelah itu baru tes fisik. Saya harap kalian jaga diri kalian baik-baik, gunakan waktu istirahat nanti sebaik-baiknya. Jangan sampai kalian lemah. Kalian harus kuat. Organisasi itu harus kuat gak ada yang lemah. Satu lemah semuanya lemah,"
"Setelah tes fisik nanti akan ada makan siang lalu dilanjutkan sholat dzuhur berjama'ah. Setelah itu ada perkenalan satu sama lain. Saya harap, kalian harus kenal teman-teman yang lain. Jangan milih-milih teman. Jika kalian terpilih menjadi OSIS, kalian nantinya akan menjadi rekan kerja. Niatkan pada diri kalian kalau ikut organisasi itu karena ingin memajukan sekolah bukan untuk mencari sensasi atau ketenaran. Kalian paham?!" Ucap Ketua OSIS dengan tegas.
"Paham," jawab kami semua.
"Baiklah. Sebelum memulai acara ini, mari kita berdoa terlebih dahulu, supaya nanti gak ada halangan ataupun hal-hal yang gak kita inginkan,"
"Berdoa, mulai," pimpin ketua OSIS itu. Semua yang ada disini menunduk sedang berdoa.
"Selesai," tutup Ketua OSIS itu.
"Baiklah, kalian boleh bubar. Nanti tes wawancaranya dilakukan di kelas-kelas. Nanti ada tulisannya," kami semua pun bubar menuju tempat yang akan dijadikan tes wawancara itu.
"Ma, bareng boleh?"
Aku pun menoleh, "boleh, kok."
"Kamu udah sarapan, Ma?" Tanya Nayla.
Aku tersenyum, "udah kok. Kalau kamu?"
"Udah."
Aku hanya mengangguk. Kami pun segera menuju ruang-ruang kelas yang dimana dibagian depan kelas tersebut terdapat selembar kertas yang ditempel yang berisi nama-nama yang akan mengikuti tes diruang tersebut.
"Namamu ada gak, Ma?" Tanya Nayla padaku.
"Gak ada nih. Namamu ada?"
"Ada nih. Yah, gak satu ruang sama kamu deh," jawabnya lesu.
"Gakpapa, kayaknya aku di ruang 2 deh. Aku ke sana dulu ya, nanti kalau udah selesai tes wawancara, tunggu aku ya," ucapku.
"Oke deh, Ma," balas Nayla.
"Ya udah, aku ke sana dulu. Semangat ya, Nay," setelah mengatakan itu pada Nayla, aku pergi meninggalkan Nayla dan menuju ke ruang dua, dimana tempat tes wawancaraku berada.
Setelah sampai di ruang dua, aku sama sekali tidak mengenal semua yang ada disini. Semuanya asing bagiku. Mungkin karena aku jarang keluar kelas, makanya tidak ada satupun yang aku kenal maupun sebaliknya.
"Harap tenang, semuanya dengarkan saya," tegur salah satu kakak OSIS.
Semuanya diam. Kami masih diluar ruangan. Sebagian dari mereka ada yang duduk, ada yang berdiri. Aku pun duduk di lantai karena tempat duduk didepan ruangan tersebut sudah penuh.
"Nanti akan ada 5 orang yang masuk ke dalam, nanti saya panggil. Nanti disini akan ada 5 kakak-kakak yang akan mewawancarai kalian. Semuanya paham?"
"Paham," jawab kami serentak.
"Baiklah, nanti yang merasa namanya dipanggil, harap segera masuk kedalam. Saya panggil secara acak,"

KAMU SEDANG MEMBACA
PENANTIAN [Sedang Revisi]
SpiritualMendoakan dan melihatmu dari kejauhan adalah caraku mencintaimu. ------------ Bacalah cerita ini. Maka, akan ku ceritakan semua apa yang ku alami saat ini. Bagaimana rasanya menunggu seseorang yang hilang Bagaimana rasanya hidup dengan kerumitan Dan...