Part 9

1K 48 10
                                    

Kak Fira pun menaikkan sebelah alisnya, ia seperti tidak yakin dengan jawabanku, "Apa kamu yakin?"

Deg.

Aku bingung harus jujur atau berbohong. Aku sebenarnya juga tidak tahu aku dekat dengan kak Yahya atau tidak. Aku hanya menganggapnya sebagai kakak kelas saja. Kami juga tidak terlalu dekat, namun aku merasa kak Yahya sedang berusaha mendekatiku.

"Ama?"

Aku pun tersadar dari lamunanku, "iya kak?"

"Kamu yakin?" Tanyanya sekali lagi. Ya Allah, aku harus mengatakan apa ini?

"Yakin. Kita gak terlalu deket kok, kak," entah darimana aku mendapat keberanian menjawab seperti itu.

Aku lihat muka kak Fira nampak lega. Ada apa sebenarnya ini? Apakah kak Fira menyukai kak Yahya?

"Syukurlah," ucapnya.

"Emang kenapa ya, kak?" Tanyaku. Aku sangat penasaran dengan kak Fira yang tiba-tiba menanyakan kepadaku tentang kedekatanku dengan kak Yahya.

"Kamu jangan bilang ke Yahya, ya?"

Aku hanya mengangguk menanggapi ucapan kak Fira.

"Sebenarnya, aku sudah memendam perasaan sejak lama dengan Yahya. Tapi, setiap kali aku ingin dekat dengannya Yahya selalu menghindar," jelasnya. Sudah ku duga sebelumnya jika kak Fira benar-benar menyukai kak Yahya.

"Dengan cara apa kakak mendekati kak Yahya?" Tanyaku. Entah mengapa aku menjadi orang yang sangat ingin tahu terhadap apa saja yang berhubungan dengan kak Yahya. Apakah aku mulai menyukainya? Tidak. Aku sama sekali tidak tertarik dengan kak Yahya.

"Ya ngajak ngobrol, terus ngasih bekal. Tapi dia gak peduli sama sekali dan malah jahatnya lagi dia menghindar dariku," tutur kak Fira. Aku rasa kak Fira sudah sangat menyukai kak Yahya.

"Aku boleh ngasih saran ke kakak?"

"Apa?"

"Mending kakak lupain aja kak Yahya, mungkin kak Yahya itu bukan yang terbaik buat kakak, mending kakak berdoa aja sama Allah semoga diberikan yang terbaik nantinya. Toh, jika kak Yahya jodoh kakak, nanti suatu saat kak Yahya akan kembali kepada kak Fira. Jika tidak, berarti ada yang lebih pantas bersanding dengan kakak dibanding kak Yahya," nasehatku kepada kak Fira. Aku bukan orang yang ahli agama, tetapi bukankah mempelajari sedikit demi sedikit dan menyebarkannya kepada yang lain bukankah suatu hal yang baik?

"Tapi, apakah aku bisa melupakannya?" Tanya kak Fira.

"InsyaAllah bisa kak, asalkan kakak itu mau berusaha dan berdoa kepada Allah, pasti kakak akan bisa melupakan kak Yahya dengan seiring berjalannya waktu."

"Jangan berharap sama manusia juga ya kak, manusia itu bisa mengecewakan. Berharapnya sama Allah aja, Allah pasti tidak akan pernah mengecewakan kita kok, kak," lanjutku.
Kak Fira pun terdiam. Nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu. Ini memang sulit, tapi dengan usaha dan berdoa pasti kita akan bisa. Aku hanya berharap, jika kak Fira bisa melupakan kak Yahya. Bukan karena kak Yahya ingin dekat denganku, bukan. Aku hanya ingin kak Fira tidak terjerumus kedalam hal-hal yang lebih buruk lagi.

Aku memang tidak bisa membantu kak Fira, setidaknya aku bisa memberinya masukan sedikit yang aku pahami.

"Kak?" Panggilku kepada kak Fira.

Kak Fira yang tadinya menunduk kini memalingkan wajahnya kepadaku, "I-iya?"

"Kakak gakpapa, kan?"

Kak Fira tersenyum. Senyum yang sangat menenangkan, "gakpapa kok."

Aku yakin, kak Fira sebenarnya sedang bimbang saat itu. Sudah ku katakan sebelumnya, jika ini adalah hal yang sulit. Bisa aku lihat dari raut muka kak Fira. Nampaknya ia sedang bingung. Aku membiarkan kak Fira tenggelam dalam pikirannya. Mungkin seperti itu lebih baik menurutku.

Aku melirik kearah jam tangan berwarna coklat di tangan kiriku. Jam menunjukkan pukul tiga sore. Itu artinya, sudah setengah jam aku disini bersama kak Fira. Aku juga memikirkan teman-temanku yang sedang menungguku di kelas.

Aku sebenarnya ingin pamit kepada kak Fira, tapi aku juga tidak enak kepada kak Fira.

"Ma, makasih ya," ucap kak Fira kepadaku.

Aku tersenyum kepada kak Fira, "iya kak, sama-sama."

"Maaf ya, kakak udah buang-buang waktumu cuma gara-gara hal yang sebenarnya gak penting," ucap kak Fira. Ia menggenggam tanganku. Aku pun membalasnya.

"Gakpapa kok kak, aku malah seneng kok bisa kenal kakak juga," balasku.

"Makasih ya Ma, nasehatnya tadi. Aku sekarang jadi sadar, kalau orang yang kita suka itu belum jodoh kita. Dan aku juga sadar, kalau berharap sama seseorang itu bisa kecewa, sedangkan Allah tidak," ujarnya lagi. Ia meneteskan airmatanya.

Aku pun mengusap punggung tangan kak Fira supaya ia tidak menangis lagi, "aku juga manusia kok, kak, aku juga tahu apa yang kakak rasakan. Intinya, lupain dan tinggalin aja yang gak baik bagi kita, niscaya Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik lagi."

Kak Fira pun memelukku dengan sangat erat. Ia mengusap-usap punggungku. Ia berterimakasih banyak kepadaku. Aku senang, akhirnya kak Fira menyadari semua perbuatannya.

"Ya udah, kamu sekarang pulang ya, Ma. Udah sore soalnya," suruh kak Fira.

"Iya kak. Kakak gak pulang?" Tanyaku kepada kak Fira.

"Nanti dulu, aku masih pengen disini," jawabnya.

"Oh ya udah kalau gitu kak, aku duluan ya. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," setelah kak Fira menjawab salamku, aku pun bangkit dari bangku taman itu dan meninggalkan kak Fira disitu sendiri. Aku berjalan menuju kelasku berada.

Entah mengapa hatiku lega. Aku senang bisa bertemu dengan kak Fira, ia sangat baik. Aku sebelumnya mengira kalau kak Fira akan melabrakku lantaran aku dekat dengan kak Yahya. Ternyata tidak, aku malah bisa mengambil hikmah atas pertemuan singkatku dengan kak Fira tadi, bahwa apa yang kita suka itu belum tentu menjadi milik kita. Pasrahkan semuanya kepada Allah, kelak Allah akan memberi semua jawaban atas apa yang kita panjatkan.




Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain DIA.
Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.
-Imam Syafi'i-


***


Terimakasih yang sudah baca ceritaku ini

Kritik dan sarannya aku tunggu
Vote dan comment juga ya

👉👉👉

PENANTIAN [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang