Part 13

1.3K 47 3
                                        

Hari semakin siang. Terik matahari semakin lama semakin panas. Aku dan yang lainnya baru saja selesai tes fisik. Syukurlah, tadi tidak terjadi apa-apa walaupun badanku sangat lemas sekali.

Setelah selesai berbagai macam tes, aku dan Nayla langsung ke masjid untuk sholat dzuhur, setelah itu kami diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang, aku dan Nayla mampir sebentar ke sebuah restoran yang berada tidak jauh dari sekolahku. Restoran itu sangat ramai, mengingat hari ini adalah hari Minggu.

"Mejanya penuh semua nih, duduk mana dong?" Tanyaku kepada Nayla.

"Mmmm, tuh adanya dideket pintu masuk. Gimana kalau situ?"

"Ya udah, mau gimana lagi."

Aku dan Nayla pun segera menuju meja yang berada didekat pintu masuk.

"Ehhh...." ucap Nayla dan seorang laki-laki yang tidak ku kenal. Nayla dan laki-laki itu bersamaan menarik kursi.

"Ini tempat saya ya mbak," ucap laki-laki itu.

"Loh, ini saya duluan loh mas. Saya dari tadi udah milih mau duduk disini," Nayla tidak mau kalah dengan laki-laki itu.

"Loh, saya udah milih ini dari tadi."

"Terus kenapa kosong?" Tanya Nayla kepada laki-laki tersebut. Dilihat dari posturnya laki-laki tersebut sepertinya seusia dengan kami.

"Yaa tadi saya tinggal ke toilet," jawwb laki-laki itu.

"Kenapa juga harus ke toilet, kan kursinya kosong. Itu tuh——"

"Udah, Nay. Lagian kan masnya dulu yang udah disini," kataku kepada Nayla. Aku tipe orang yang tidak suka berdebat, maka dari itu aku menyuruh Nayla lebih baik mengalah.

"Loh, ya gak bisa dong, Ma."

"Kalau gitu....mending kita makan bareng bertiga. Daripada rebutan gini."

"Bertiga?"

Aku pun mengangguk.

Nayla mendengus kesal, "karena aku lagi laper banget, bolehlah kalau gitu. Tapi aku gak mau duduk didepan dia, kamu yang harus duduk didepan dia. Baru aku duduk disampingmu ya, Ma."

"Iya iya. Ya udah, duduk."

Kami bertiga pun duduk bertiga. Aku berada disamping Nayla, sedangkan laki-laki itu duduk didepanku.

Kami pun memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Makasih ya mbak, udah baik sama saya dibolehin duduk bareng," ucap laki-laki tersebut.

Aku pun mengangguk.

"Karena terpaksa," ucap Nayla dengan nada ketus.

"Gak boleh gitu, Nay."

Nayla pun mendengus kesal. Memang seperti itu anaknya, gak mau mengalah.

Pesanan kami pun datang. Kami pun segera memakan makanan yang tadi kami pesan.

"Eh, ngomong-ngomong nama mbak siapa?" Tanya laki-laki itu kepadaku.

"Uhukk," Nayla pun tersedak makanannya. Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa tersedak seperti itu.

"Nay, nih minum dulu," aku pun memberikan minuman kepada Nayla.

"Kalau makan hati-hati, gak usah buru-buru," ucapku.

"Gak, aku kaget aja dia ngajak kenalan kamu, Ma. Pokoknya jangan kasih tahu namamu sama dia," ujar Nayla.

"Nayla, jangan gitu dong. Gakpapa, dia cuma pengen tahu namaku doang kok, gak ada yang lain, ya kan mas?"

PENANTIAN [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang