Hidup itu penuh misteri. Banyak hal-hal yang tidak pernah kita sadari akan menjadi hal-hal yang kita jalani. Bisa jadi hari ini kita menjadi orang yang jahat, dan tanpa kita sadari, keesokannya kita menjadi orang baik. Baik buruknya hidup itu sudah ada yang mengatur. Kita sebagai manusia hanya bisa menjalani baik buruknya hidup tersebut. Takdir tidak bisa dikekang, sehebat apapun kamu, sekaya apapun kamu, setenar apapun kamu, kamu tidak bisa yang namanya menghapus takdir. Takdir baik itu bukti kecintaan Allah pada hambanya, dan takdir yang kurang baik itu bukti betapa Allah ingin melihat seberapa besar keimanan dan kesabaran seorang hambanya yang sedang menghadapi sebuah masalah.
Aku sedih. Aku meneteskan bulir-bulir airmata yang dari tadi tidak bisa ku tahan. Apakah masa lalu sebegitu buruknya hingga ia selalu menghantuiku dimana pun aku berada? Rasanya aku ingin sekali mengubur sedalam-dalamnya masa lalu ku yang buruk itu.
Aku tidak kesal terhadap Nara, aku kesal terhadap diriku sendiri. Mengapa dulu aku bisa melakukan hal yang sebegitu bodohnya? Andaikan aku bisa memutar waktu, aku hanya ingin aku menjadi orang baik dari dulu. Sehingga aku tidak memiliki yang namanya masa lalu yang buruk.
Aku meraih buku diary ku yang ada di laci meja belajarku. Aku membukanya. Aku membuka lembaran yang masih kosong. Aku mulai menggerakkan bolpenku diatas kertas putih bergaris itu. Aku merangkai kata demi kata tentang apa yang sedang aku rasakan saat ini.
Diary,
Katanya masa lalu itu bisa bikin orang tambah kuat ya? Tapi, kenapa tidak denganku? Mengapa masa lalu itu membuatku semakin tenggelam sedalam samudra? Tetapi mengapa tidak bisa membuatku setinggi langit?
Apakah ini sebuah ujian bagiku? Aku berkali-kali selalu tegar dalam menghadapi masalah, mengapa untuk saat ini aku tidak bisa tegar dalam menghadapi masalah? Aku selalu membiarkan orang-orang berkata apa tentang diriku, tapi jika menyangkut yang namanya masa lalu aku gak bisa membiarkannya.
Apa yang harus aku lakukan?
-Ama-
Setelah aku menulis diary tersebut, aku menutup buku diary itu, lalu aku kembali meletakkannya di laci meja belajarku. Aku lalu bangkit dari kursiku, menuju ke tempat tidurku. Aku merebahkan tubuhku disitu, aku memejamkan mata, merasakan setiap beban hidup yang aku lalui. Aku kembali mengingat perjuanganku untuk berubah menjadi yang lebih baik, walaupun belum sepenuhnya aku berubah, tapi perjuanganku ini sudah lumayan jauh. Maka dari itu, aku akan mencoba untuk tidak bersedih. Dan, aku akan mencoba untuk mengambil pelajaran dari setiap masa laluku itu.
-------
"Ama?"
Merasa namaku dipanggil, aku pun menoleh keraha sumber suara tersebut, "eh, kamu Ali kan?"
"Syukurlah kamu inget sama aku, Ma," ucap Ali.
Ali adalah teman cowokku dulu. Aku dulu dekat sekali sama Ali, bukan karena aku menyukainya, tapi karena aku merasa dia itu adalah laki-laki yang baik dan aku merasa aman ketika ada didekatnya.
"Kamu sekarang beda banget loh, Li," kagumku pada Ali. Bagaimana tidak? Ali yang dulu penampilannya sangat berantakan, nakal, tetapi dia baik. Sekarang? Ali sangat berbeda. Ia sangat rapi, seperti tidak ada tanda-tanda anak nakal.
"Hehe, aku udah males nakal lagi, Ma. Capek," ucapnya waktu itu.
Kita sekarang sedang berada di sebuah toko alat tulis. Aku tadinya hanya akan membeli spidol saja dan tidak akan berlama-lama disini, tapi malah bertemu dengan Ali dan itu artinya aku akan lama berada di tempat ini.
"Begitu lebih baik kok, Li."
"Kamu juga berbeda loh, Ma."
"Beda gimana, Li?" Tanyaku.
"Dulu, kalau kamu pakai seragam sekolah pasti berantakan, tapi lihat, kamu sekarang pakai seragam sekolah aja rapi banget. Dan, sekarang kamu berhijab, Ma," pujinya.
Aku pun tersenyum, "Alasanku seperti kamu kok, Li. Aku juga capek nakal, dan aku juga pengen berada di jalan yang benar."
"Iya, Ma. Kamu benar. Eh, ngomong-ngomong, kamu masih dekat sama Arfan?" Tanya Ali.
Deg.
Entah mengapa aku mulai lesu ketika mendengar nama itu.
"Enggak," jawabku lemah.
"Kamu kenapa, Ma? Kamu sakit?"
"Gakpapa kok, Li."
"Gak. Pasti kamu kenapa-kenapa. Aku kenal kamu, Ma. Oke, gini. Sekarang kita bayar dulu, setelah itu, kamu bisa cerita apapun ke aku," tuturnya. Aku pun hanya mengangguk menuruti ucapannya.
Aku dan Ali pun membayar belanjaan kami. Setelah membayar di kasir, aku pun mengikuti kemana arah Ali. Kami pun berada di bawah pohon yang rindang didekat toko tersebut.
"Cerita aja, Ma. Gakpapa kok."
"Kamu tahu Arfan kemana?"
Ali pun diam sebentar dan nampaknya dia sedang berpikir, "gak tahu aku, Ma."
Aku pun menghembuskan nafasku gusar, "aku kira kamu tahu, Li."
Ali pun tersenyum, "udah. Gak usah pikirin dia, yang terpenting sekarang adalah kamu bahagia dengan cara yang benar."
"Suatu saat nanti, Arfan bakalan kembali padamu kok, Ma. Tunggu aja. Berdoa lah supaya kamu segera dipertemukan dengan Arfan," lanjutnya.
"InsyaAllah aku akan selalu berdoa untuknya, Li."
"Pokoknya jangan pikirin dia dulu ya? Pikirin kehidupan kamu dulu, jadilah orang yang berguna buat semuanya, jangan gampang nangis, kamu harus selalu tegar," nasehat Ali. Aku pun merasakan lega dalam hatiku setelah bercerita dengan Ali.
"Makasih ya, Li. Kamu baik banget dari dulu."
"Sama-sama, Ma. Inget pesanku tadi ya, jangan dipikirin, oke?"
"Oke."
"Ya udah, kamu pulang gih, nanti dicariin Ummi mu," perintah Ali.
"Ya udah, aku pamit dulu ya, Li. Assalamualaikum," salamku kepada Ali.
"Hati-hati. Waalaikumsalam," jawabnya.
Aku pun segera menaiki motorku. Aku hari ini membawa motor kesekolah karena Abi ku tidak bisa mengantarku kesekolah. Aku pun meninggalkan Ali sendiri di bawah pohon dekat toko itu. Apa yang dikatakan Ali tadi sangatlah benar. "Gak usah pikirin dia, yang terpenting sekarang adalah kamu bahagia dengan cara yang benar." Baiklah, mulai sekarang, aku akan mulai memikirkan diriku, dan tak lupa aku akan mendoakan yang terbaik untuk Arfan.
'Jika memang ia tercipta untukmu, ia akan datang disaat yang tepat. Karena, cinta yang sebenarnya akan berlabuh ketempat yang seharusnya.'
***
Vote dan comment yaa
Gak nyangka udah sampai part 7😂
Next?
See you

KAMU SEDANG MEMBACA
PENANTIAN [Sedang Revisi]
SpiritualMendoakan dan melihatmu dari kejauhan adalah caraku mencintaimu. ------------ Bacalah cerita ini. Maka, akan ku ceritakan semua apa yang ku alami saat ini. Bagaimana rasanya menunggu seseorang yang hilang Bagaimana rasanya hidup dengan kerumitan Dan...