Part 11

1.1K 50 9
                                    

Dibawah lentera senja kini
Aku menunggumu
Aku selalu memanjatkan doa untukmu
Hingga doaku terbang bersama burung-burung yang indah

Menantimu dalam diamku
Seperti menunggu fajar tiba
Banyak tantangan yang ku hadapi
Banyak rintangan yang mengahalangi

Ku teguhkan cintaku kepada-Nya
Supaya aku tidak pernah kecewa
Aku mencintaimu karena-Nya
Supaya kamu kembali juga karena ridho-Nya

Aku hanyalah manusia
Aku tidak akan pernah mengetahui takdir
Akankah aku yang akan bersamamu?
Atau dengan orang lain yang lebih baik darimu?

Semua itu hanya Allah yang tahu
Kita hanya bisa menjalankan skenario-Nya
Berusaha dengan semampu kita
Berjuang dengan sekuat tenaga

Kita terbatasi oleh jarak
Yang menyebabkan rindu menggebu
Kita hanya bisa diam
Lalu mengutarakan semua kepada-Nya

Jaga dirimu...
Aku juga akan menjaga diriku
Semoga kamu adalag jawaban
Atas apa yang aku semogakan

-Tsania Amalia-

Setelah selesai menulis puisi itu didalam buku diary-ku, lalu aku meletakkan buku diary itu ke dalam rak buku. Aku tidak tahu, mengapa aku bisa mendapatkan kata-kata yang seindah itu. Dan aku juga heran, tidka biasanya aku menulis puisi seperti itu.

Setelah itu, aku mulai merebahkan tubuhku diatas kasurku. Aku menatap langit-langit kamarku. Sekilas aku membayangkan wajah Arfan yang masih menempel di otakku. Astaghfirullah, apa yang sedang aku pikirkan? Aku menghilangkan pikiran-pikiran anehku, lalu aku mengambil boneka kesayanganku dan tak lupa selimut berwarna biru kesukaanku. Aku pun membaca doa, lalu aku mulai terlelap kedalam dunia mimpiku.

-------

Hari minggu, hari dimana seharusnya digunakan untuk liburan atau melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah dan sebagainya. Tetapi tidak bagiku. Hari minggu ini aku gunakan untuk mengikuti seleksi tim inti OSIS. Jadi , aku harus menyiapkan mentalku sebaik mungkin. Karena nantinya ada tes wawancara, tes fisik maupun tes yang lainnya.

Aku memakai baju olahraga. Setelah itu aku memasukkan beberapa barang kedalam tas yang mungkin nantinya penting. Setelah semua dirasa siap, aku pun turun kebawah dan sarapan.

Aku hari itu ke sekolah menggunakan sepeda motor. Karena Abi dan Ummi-ku sedang ada acara. Terpaksa aku berangkat sendiri ke sekolah menggunakan sepeda motor.

Jam delapan para siswa-siswi yang mengikuti seleksi harus sampai di sekolah. Aku pun jam setengah delapan berangkat dari rumah, supaya sampau sana tidak telat.

Jalanan pagi hari itu tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang sedang bersepeda, berlari maupun hanya sekedar jalan-jalan. Aku memandangi setiap orang yang melakukan aktivitas disitu. Mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, anak-anak, maupun remaja yang seusia denganku.

Mataku terpaku dengan sosok laki-laki yang kisaran seusia denganku. Ia berlari dengan arah berlawanan denganku. Ia memakai jaket berwarna navy dan memakai celana training panjang serta sepatu berwarna hitam. Aku bisa menebaknya, dia adalah laki-laki yang ku cari akhir-akhir ini. Ternyata dia selama ini ada disini? Kenapa dia tidak pernah menemuiku?

Laki-laki itu sudah berlari sangat jauh. Aku hanya bisa melihatnya dari kaca spion-ku. Aku bisa melihat bagian belakangnya saja.

Ada sepenggal rindu yang menggebu dalam hatiku. Tentang perasaan yang sudah aku pendam. Yang selalu aku utarakan lewat doa-doa yang ku panjatkan untuknya. Doa supaya dia selalu berada dalam lindungan-Nya. Tidak ada yang tahu perasaan ini kecuali Allah. Mencintai dalam doa. Menanti dalam doa. Dan menjaga dalam doa. Itulah yang selama ini yang bisa aku lakukan. Mencintai seseorang karena Allah ternyata itu lebih indah dibandingkan mencintai seseorang tanpa melibatkan Allah didalamnya.

Aku tidak pernah kecewa mencintai oranglain dalam diam. Karena ada Allah didalamnya. Bukankah itu lebih indah? Menanti semua harapan hingga Allah menyatukan kita. Hingga nanti bisa bersama dalam suatu ikatan yang indah, bukan untuk sementara namun juga selamanya. Hingga berjalan menuju jannah-Nya bersama.

Begitulah cinta diam-diam. Mengagumi tanpa perlu memiliki. Tidak pernah bertemu namun terdapat rindu. Mendoakan hingga akhirnya dibersamakan.

Tak terasa aku sudah sampai di sekolah. Hanya perlu waktu 20 menit untuk sampai disana. Aku pun segera memarkirkan motorku di parkiran yang sudah disediakan sekolah. Setelah motorku terparkir, aku melepas helm kemudian turun dari motor. Aku mulai mencari keberadaan teman-temanku berada. Aku menelusuri koridor sekolah. Sekolah ini sepi, karena hanya ada beberapa siswa-siswi yang mengikuti seleksi.

Hingga akhirnya aku menemukan keberadaan temanku. Dia sedang duduk di kursi dibawah pohon yang sangat rindang. Ia nampaknya sedang menuliskan sesuatu di buku miliknya  Aku pun melangkahkan kakiku menuju ke tempat temanku berada.

"Assalamualaikum," salamku kepada temanku.

Temanku itu langsung menoleh kearahku, "wa'alaikumsalam. Eh Ama. Sini duduk," temanku yang bernama Nayla itu mempersilahkanku duduk disampingnya. Aku pun mengangguk lalu duduk disamping Nayla.

"Lagi nulis apa?" Tanyaku.

Ia pun memperlihatkan apa yang ia tulis tadi, "lagi nulis visi dan misi ikut OSIS. Takutnya nanti pas ditanya gak tahu, hehe."

Aku pun terdiam. Aku hampir lupa. Apa visi dan misiku mengikuti organisasi OSIS? Dulu aku mengikuti ini hanya asal-asalan. Aku tahu jika nanti ada tes wawancara, tapi aku tidak tahu apa yang akan ditanyakan nanti. Ternyata ada pertanyaan tentang visi dan misi.

"Ma?" Panggil Nayla.

"Eh, iya."

"Kamu kenapa diam? Ada yang salah ya, sama visi dan misiku?" Tanyanya kepadaku.

"Eh-enggak kok."

Nayla menatapku, "terus kenapa kamu diam? Cerita aja gakpapa kok, Ma."

Aku seperti orang linglung. Aku tidak tahu harus berbuat apa, "anu..itu..,"

Nayla menaikkan sebelah alisnya, "kenapa?"

"Aku gak tahu apa visi dan misiku, hehe," jawabku malu. Jujur aku sangat malu saat itu. Karena aku tidak mengetahui apa tujuan dan apa yang akan aku lakukan saat berorganisasi nanti. Ya Allah, kenapa aku bisa lupa dengan itu?

"Aku kirain apa. Ya, kamu berpikir dulu, apa yang akan kamu lakukan nanti saat kamu diterima ikut organisasi nanti," jelas Nayla.

"Contohnya?"

"Ya, seperti kamu akan melakukan——," ucapan Nayla terhenti ketika ada sebuah suara dari sound diseberang sana.

"Perhatian, bagi yang mengikuti seleksi harap segera berkumpul di halaman. Saya hitung dari sepuluh, jika tidak segera datang akan mendapatkan hukuman. Satu...dua...tiga——," ucap ketua OSIS itu.

"Ma, ayo segera kumpul. Cepet, keburu dapet hukuman nanti," Nayla pun membereskan semua barang-barangnya yang ia gunakan tadi dan memasukkannya kedalan tas. Aku pun yang sedari tadi tidak mengeluarkan apa-apa hanya berdiri lalu ketika Nayla sudah selesai membereskan semuanya, kami pun segera berlari menuju ke halaman sekolah.



'Doa adalah pesan yang paling indah yang kita kirimkan kepadanya. Tidak ada yang tahu, kecuali Sang Maha Pencipta. Doa adalah ucapan terindah yang pernah kita ucapkan. Dan doa adalah salam rindu terbaik yang pernah ada.'


***

❤️❤️❤️

Jangan lupa vote dan commentnya ya

Next?

➡️➡️➡️

PENANTIAN [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang