Jujur itu memang menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi kalau tidak jujur.
-Ama-
***
"Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh, sebelumnya mohon maaf bagi bapak maupun ibu guru yang sedang mengajar, diberitahukan kepada kelas 10 yang mengikuti seleksi tim inti OSIS diharapkan sekarang berkumpul di halaman. Terimakasih, wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh," setelah mendengarkan pengumuman dari speaker kelas, aku dan beberapa temanku yang mengikuti seleksi itu segera pamit ke guru yang sedang mengajar dan berkumpul ke halaman sekolah.
Setelah guru yang mengajar di kelasku memperbolehkan ku dan teman-teman yang lainnya untuk pergi ke halaman sekolah, aku pun segera menuju kesana.
Setelah sampai di halaman sekolah, banyak sekali siswa-siswi seperti ku yang sudah berkumpul di halaman. Aku pun mengikuti arah mereka berkumpul.
"Dalam hitungan ke sepuluh, kalian semua harus berbaris di hadapan saya," ucap ketua OSIS. Kami pun segera berbaris didepan ketua OSIS tersebut.
Setelah berbaris, ketua OSIS itu menyampaikan tujuan dikumpulkannya kami disini.
Ketua OSIS itu menyampaikan bahwa tiga hari kedepan akan diadakan seleksi anggota OSIS, maka dari itu, kami diharuskan untuk menjaga kesehatan dan menyiapkan mental kami.
"Besok, kami akan membagikan kelompok-kelompok untuk melakukan seleksinya. Mungkin pengumuman itu akan kami pajang di mading sekolah setelah sholat dzuhur dilaksanakan. Sekarang, kalian bisa balik ke kelas masing-masing. Apabila ada salah kata, kami dari pihak OSIS minta maaf yang sebesar-besarnya. Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh," jelas ketua OSIS ku. Setelah menjawab salam dari ketua OSIS, kami pun beranjak dari tempat kami dan menuju ke kelas masing-masing.
Aku pun hendak menuju ke kelas, tapi, ada seseorang yang memanggilku dari belakang.
"Ama?!"
Aku pun menoleh ke arah orang yang memanggilku barusan.
"Iya?" Jawabku.
"Kamu beneran Ama, kan?" Tanya seorang cewek yang berada dihadapanku. Nampaknya, dia adalah salah satu anggota OSIS disini. Tapi entah, ia menduduki jabatan apa.
"Iya, kak. Saya Ama. Ada apa ya?" Tanyaku kepada kakak kelasku itu.
"Tadi kamu dipanggil sama Yahya," jawabnya.
Aku terkejut dengan jawaban kakak kelasku itu. Kak Yahya memanggilku? Ada apa? Ada urusan apa dia denganku?
"Kalau boleh tahu, emangnya kak Yahya nyari aku mau ngapain ya, kak?" Dengan peenuh penasaran, aku menunggu jawaban yang keluar dari mulut kakak kelasku itu. Nampaknya kakak kelasku itu sedang berpikir.
"Duh, maaf, aku gak tahu. Tadi aku mau tanya, tapi aku malah disuruh cepet-cepet buat manggil kamu," Aku pun menghembuskan nafas perlahan ketika mendengar jawaban kakak kelasku itu.
"Kak Yahya sekarang ada dimana ya, kak?"
"Dia ada didekat ruang OSIS, kamu buruan kesana gih, jangan sampai telat, nanti kamu bisa dihukum loh," jawabnya. Karena aku tidak mau mendapat hukuman dari kak Yahya, maka aku pun segera pergi kearah ruang OSIS berada.
Aku pun berjalan dengan cepat menuju ke tempat ruang OSIS berada. Karena terburu-buru, aku pun sampai menabrak beberapa orang yang sedang berlalu lalang di koridor sekolah.
Aku kini telah sampai didepan ruang OSIS. Aku mencari keberadaan kak Yahya. Namun nihil, aku tidak menemukan sosok kak Yahya berada.
"Ma..," aku mendengar ada seseorang yang memanggilku dari belakang. Sontak, aku pun membalikkan tubuhku dan aku mendongak melihat kearah orang yang ada dihadapanku. Sudah ku duga jika dia orangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/129649911-288-k458265.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PENANTIAN [Sedang Revisi]
EspiritualMendoakan dan melihatmu dari kejauhan adalah caraku mencintaimu. ------------ Bacalah cerita ini. Maka, akan ku ceritakan semua apa yang ku alami saat ini. Bagaimana rasanya menunggu seseorang yang hilang Bagaimana rasanya hidup dengan kerumitan Dan...