Part 6

1.3K 56 5
                                    

Bolpen hitam ini tidak henti-hentinya bergerak menuliskan kata demi kata diatas kertas putih. Sudah lima belas menit yang lalu, aku belum juga selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru kepadaku. Karena tadi jam kosong, aku gunakan untuk tidur di kelas, dan alhasil aku belum mengerjakan tugas yang diberikan guru mapel tersebut.

"Udah selesai belum, Ma?" Tanya ketua kelasku—Ahmad—.

"Bentar, Mad. Kurang dikit," jawabku sambil menulis jawaban di selembar kertas.

"Cepetan, Ma. Mau aku kumpulin nih tugasnya, keburu ruang guru ditutup."

"Bentar, mau selesai nih. Kurang beberapa kata doang," aku pun mempercepat nulisku.

"Yap, selesai. Huhh," aku pun memberikan selembar kertas itu kepada Ahmad. Lalu aku mulai membereskan buku-buku yang ada diatas mejaku.

Setelah selesai, akupun keluar kelas sendirian. Dilla sudah pulang duluan karena ia dijemput oleh Mamanya, sedangkan temanku yang lain masih sibuk dengan urusannya masing-masing.

Saat aku sampai didepan pintu kelasku, aku mendengar seseorang yang berteriak memanggil namaku. Aku pun menoleh kearah sumber suara tersebut. Aku kaget. Buat apa dia memanggilku? Karena aku penasaran, aku pun mendekati orang itu yang kini sedang berdiri beberapa meter dariku.

"Ada apa ya, kak?" Tanyaku.

"Mau pulang?" Tanya orang itu.

"Iya nih," jawabku.

"Sendiri?"

"Iya."

"Gak sama temenmu?" Tanya lagi.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Jujur, aku sebenarnya malas menjawab pertanyaannya yang sangat bertele-tele itu.

"Mau bareng?" Tawar kak Yahya. Yap, orang itu adalah kak Yahya. Orang yang selalu mengusik ketenanganku. Wakil ketua OSIS yang penuh dengan basa-basi terhadapku.

"Gak usah," jawabku malas. Aku lihat dia hanya menganggukkan kepalanya paham. Paham jika aku tidak suka pertanyaan yang bertele-tele.

"Emang sendiri kedepan berani?" Tanyanya lagi. Andaikan dia bukan kakak kelasku dan wakil ketua OSIS di madrasahku, demi apapun aku sudah meninggalkan orang ini.

"Berani."

"Gak takut kalau ada yang ngikutin kamu gitu?" Tanya kak Yahya. Sebenarnya aku takut, tapi aku juga tidak mau ditemani oleh kak Yahya. Aku tidak mau siswa-siswi disini mengira yang tidak-tidak.

"Enggak."

"Oh, ya udah kalau gitu. Aku juga mau ada urusan sebentar di ruang OSIS. Hati-hati ya."

"Oh. Ya udah kalau gitu. Aku duluan ya kak, Assalamualaikum," lanjutku. Aku pun mulai meninggalkan kak Yahya setelah ia menjawab salamku.

Suasana madrasah saat ini terbilang lumayan sepi. Banyak siswa-siswi yang sudah pulang ke rumahnya, dan ada juga yang masih ekstrakulikuler maupun rapat organisasi. Aku berjalan melewati lorong sekolah sendiri. Melewati beberapa kelas, kamar mandi, perpustakaan dan juga ruang guru maupun ruang tata usaha.

Saat hendak menuju lobi, entah mengapa aku merasa ada yang sedang mengikutiku sedari tadi, sepertinya ia tepat berada di belakangku. Jujur, aku takut sekali pada waktu itu. Seketika aku teringat dengan perkataan kak Yahya tadi, "gak takut kalau ada yang ngikutin kamu?" Perkataan kak Yahya terngiang di kepalaku saat ini.

Ditambah keadaan lobi saat ini sudah sepi mengingat hari semakin sore. Karena aku sangat penasaran siapa yang mengikutiku waktu itu, aku memberanikan diri untuk menengok kebelakang. Dan, hal pertama kali yang aku lihat adalah....


PENANTIAN [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang