Pagi hari itu adalah pengumuman siapa saja yang tergabung dalam inti OSIS. Di aula sekolah inilah aku berada. Nampak dari raut muka teman-teman yang berada disini nampak gelisah. Sejujurnya, aku tidak terlalu minat dalam kegiatan organisasi, bahkan aku sudah berpikir bahwa aku tidak akan lolos. Tetapi, setelah memikirkan hal itu semuanya berubah. Tsania Amalia. Deg. Namaku dipanggil oleh salah satu anggota OSIS. Bagaimana bisa aku terpilih menjadi anggota OSIS? Batinku.
“Ma, namamu dipanggil tuh. Cie jadi anak organisasi ya sekarang. Yah, jadi sibuk dong,” kata Nayla yang sedang duduk disebelahku.
“Aku juga gak habis pikir kok bisa ya aku lolos, padahal dari beberapa tes aku banyak yang menurut aku gagal.”
“Udahlah, ini udah takdirmu kok. Semangat Ama ku.”
Jujur yang aku rasakan saat itu aku bingung. Jadi anak organisasi nanti mau ngapain. Tapi aku tidak lupa dengan tujuan tersembunyi ku kenapa aku ikut organisasi. Ya, alasan tersembunyi nya adalah supaya aku bisa melupakan Arfan. Dengan segala kesibukan pasti perlahan aku bisa melupakannya. Arfan. Nama itu lagi yang muncul dalam benakku.
Ditambah pikiran kemarin aku pulang bareng dengan Rava. Lelaki itu. Rasanya ingin sekali mengatakan padanya jangan mendekatiku lagi. Tapi aku tidak berani mengatakannya. Apakah iya dia benar-benar mendekatiku atau hanya ingin berteman denganku? Sebenarnya aku sudah hafal gelagat orang-orang yang akan mendekatiku. Bukannya pede atau apa-apa, karena masa laluku yang membuatku paham mengenai hal-hal seperti ini.
Karena kelamaan memikirkan sesuatu yang tidak penting aku sampai lupa bahwa sedari tadi namaku telah dipanggil dan disuruh maju kedepan aula. Aku beranjak dari tempat dudukku. Tak lupa aku berpamitan dengan teman-temanku yang belum beruntung. Didepan aula aku merasakan semua mata tertuju padaku. Aku gugup. Baru kali ini di MA aku dipandang banyak orang. Kalau jaman SMP dulu bagiku dipandang orang adalah hal biasa, karena kalian pasti tahu alasannya. Ya karena aku adalah salah satu siswi yang nakal.
Setelah serangkaian acara pengenalan anggota baru tim OSIS, akhirnya dibuatlah sebuah struktur kepengurusan. Aku terpilih menjadi bendahara umum. Sebuah jabatan yang sangat berat bagiku karena urusannya dengan uang. Sebenarnya aku keberatan dengan hal itu, tetapi entah dorongan dari mana aku yakin begitu saja.
-----------------
Diterima di organisasi OSIS membuatku pusing seharian. Disatu sisi aku senang, tapi disatu sisi aku tidak. Aku senang karena aku akan punya banyak pengalaman nantinya. Selain itu aku juga tidak senang karena nantinya pasti aku akan sibuk sekali, ditambah jabatan aku yang lumayan tinggi.
“Hai, Ma.”
Sapaan tersebut membuyarkan lamunanku seketika,“Eh, Kak Yahya.”
“Mau pulang ya?”
“Iya nih Kak.”
“Oh, naik apa?”
“Naik angkutan umum Kak.”
“Bareng yuk.”
Seketika aku terkejut dengan ucapan Kak Yahya yang mengajakku pulang bersama. Ditambah aku sekarang sedang berada didepan gerbang sekolah. Banyak pasang mata yang melihatku dan Kak Yahya. Aku bisa lihat dari gerak gerik mereka kalau mereka sedang membicarakan ku.
“Gak usah Kak, aku naik angkutan umum aja. Lagian bentar lagi angkutannya datang.” Ucapku pada Kak Yahya. Aku lihat dari raut wajahnya sekilas ia sepertinya kecewa dengan jawabanku. “Tuh udah datang, duluan ya Kak, Assalamualaikum,” buru-buru aku naik ke angkutan itu. Aku tidak mau menjadi bahan bicaraan bagi orang-orang, selain itu aku tidak ingin terbawa perasaan terhadap Kak Yahya.
-----------
Angkutan umum ini berhenti di halte dekat kompleks rumahku. Mau tidak mau aku harus berjalan dari halte menuju rumah. Sebenarnya aku ingin naik motor saja ke sekolah, tapi abi belum mengizinkanku karena usiaku belum genap 17 tahun. Abi takut jika terjadi apa-apa denganku di jalan. Mengingat dulu aku pernah kecelakaan dan membuatku dirawat di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama. Abi hanya mengizinkanku naik motor jika dalam keadaan mendesak saja.
Jalan di kompleks rumahku sepi. Hanya beberapa motor atau mobil saja yang lewat. Di jalan ada saja hal yang aku pikirkan. Hingga pikiranku terhenti sejenak saat aku melihat seseorang yang sedang naik motor berlawanan arah denganku. Laki-laki itu menggunakan helm fullface sehingga aku tidak bisa melihat mukanya dengan jelas. Aku melihat sekilas motornya. Sepertinya aku mengenali motor itu. Lalu aku membalikkan badanku supaya aku bisa membaca plat motornya. Benar. Aku mengenali siapa itu. Tapi mengapa orang itu lewat sini? Bukankah rumahnya tidak searah denganku? Lalu mengapa ia tidak menyapaku? Jika dilihat tadi ia menggunakan celana abu-abu khas anak SMA. Sayangnya bajunya tertutup dengan jaketnya. Aku tidak bisa melihat bajunya, seandainya bisa pasti aku tahu dimana ia sekolah sekarang. Tetapi aku yakin bahwa ia masih sekolah didaerah sini.
***
H
ai semuanya
Terimakasih yang sudah baca ceritaku ini ya. Terimakasih yang sudah setia menunggu sampai sekarang😭 maafin aku sebagai author yang sangat jarang update, karena ada beberapa hal yang penting.Maaf juga kalau update-an kali ini singkat banget. Karena aku lagi mikir-mikir ide selanjutnya juga hehe. Maafin author banget pokoknya.
Karena pandemi covid ini mau tidak mau harus #dirumahaja, jadinya insyaallah aku akan update cerita ini lagi.
Stay safe everyone. Jaga diri baik-baik ya kalian semua, jaga kesehatan, jangan keluar rumah kalo gak ada hal yang penting ya🤗
Oke, thank you. See you ❤️

KAMU SEDANG MEMBACA
PENANTIAN [Sedang Revisi]
SpirituálníMendoakan dan melihatmu dari kejauhan adalah caraku mencintaimu. ------------ Bacalah cerita ini. Maka, akan ku ceritakan semua apa yang ku alami saat ini. Bagaimana rasanya menunggu seseorang yang hilang Bagaimana rasanya hidup dengan kerumitan Dan...