AC 2

1.1K 162 19
                                    

Meninggalkan sehun yang masih berdiri memandang taksi yang mulai menjauh. Tak lupa senyum manis yang selalu tersemat dibibir mungilnya.
.
.
.
.
.
.
.
Langkah terburu chanyeol membuat lorong disebuah apartemen mewah terdengar menggema. Terlebih kondisi lorong yang sepi.

"Hey! Kamjong apa kau sudah lama?"

God! Pertanyaan yang berhasil membuat raut datar namja yang dipanggil kamjong itu tercipta. Ia sudah berdiri di depan apartemen chanyeol hampir satu jam, bahkan ia melupakan janjinya untuk menjemput seseorang.

Mengerti akan raut mengerikan itu, chanyeol pun membawa namja itu memasuki apartemennya.
"Mian kai-ah, tadi aku ada sedikit urusan"

Dan selalu seperti itu. Jika chanyeol tengah berusaha membuat mood sahabatnya yang ternyata kai itu baik, chanyeol akan memanggil dengan nama aslinya. Yaitu kai, kim kai.
Jika begitu kai juga hanya akan menghela nafas dan memaklumi sifat sahabat kecilnya.

"Jadi tn. Park, apa tujuanmu menyuruhku menemuimu"

Chanyeol mendecak dengan sikap kai yang seolah tak merindukan dirinya. Padahal ia tahu bahwa kai sangat merindukannya. Bahkan kai lah yang selalu menghubunginya. Tapi itu dulu, saat keduanya kecil. Karena seiring berjalannya waktu dengan kesibukan masing masing, mereka harus pintar mengolah waktu.

Dan sejak kai mengatakan bahwa keluarganya mengadopsi seorang anak laki laki untuk menemaninya sebagai pengganti chanyeol, komunikasi keduanya menjadi jarang. Meski begitu persahabatan mereka terjalin sangat baik. Dan chanyeol tak mempersalahkan hal itu. Toh adik kai juga akan ia anggap adiknya juga. Jadi tak masalah.

"Kau tau kamjong..

"Tidak!"

"Hey!"

Kai sedikit terkekeh mendapati sikap sahabatnya yang tak banyak berubah, atau memang tak berubah sama sekali.

"Aku serius kamjong. Aku benar benar akan gila"

Kai mengernyit bingung terlebih sikap berlebihan chanyeol yang terlalu mendramatisir.
"Sedari dulu kau sudah gila park!"

"Ini sungguhan. Kakek tua itu benar benar memulangkanku ke korea tanpa pesangon".

Kai berusaha menyimak. Sedikit banyak ia tahu, karena masalah hidup chanyeol tak pernah jauh dari 'kakek tua itu', yang sebenarnya adalah kakek chanyeol sendiri. Bahkan kepindahan chanyeol ke Amerika pun atas perintah sang kakek yang merasa kehidupan chanyeol tak akan berkembang jika tak dipantau olehnya. Namun, ternyata sama saja.

"Dia menyuruhku kuliah di universitas miliknya tanpa embel embel cucu pemilik universitas. Aku juga tak di beri fasilitas apapun kamjong, hanya apartemen".

Kai sebenarnya agak menyetujui keputusan kakek chanyeol. Karena bagaimana pun chanyeol harus berubah menjadi pria dewasa. Bukan lagi anak remaja yang hanya tau bersenang senang. Terlebih ia adalah putra keluarga park, yang berarti ia adalah pewaris yang diharapkan keluarga park. Ayahnya park minho adalah pemilik SM Ent., sebuah agensi besar korea yang menaungi banyak artis tersohor, bahkan SM tak hanya bergerak dibidang entertainment, minho juga berhasil melebarkan sayapnya dalam bisnis property.
Ibu chanyeol adalah seorang desainer terkenal di Amerika dan sang kakek yang merupakan pemilik universitas swasta terbesar di korea. Korea university. Dan semua keluarganya telah menetap di Amerika sejak 6 tahun lalu.
Yah. Kehidupan yang sempurna hingga membuat chanyeol tak tau arti sebuah kerja keras.

"Padahal aku hanya melakukan tugasku dengan baik sebagai tn. Muda park"

Kai berdecak. Chanyeol itu sebenarnya orang yang baik, bahkan terkesan ramah hingga mudah bergaul dengan siapa saja. Ia juga memiliki sifat percaya diri yang akut. Terlebih wajah tampan serta harta berlimpah yang menunjang sifat percaya dirinya itu.

Americano CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang