Setelah memindahkan tubuh ramping sehun terbaring nyaman di ranjangnya. Anggap chanyeol lancang. Tapi ia tak bisa membiarkan sehun tertidur dengan posisi terduduk untuk menemaninya belajar. Kemudian chanyeol kembali berkutat pada buku tebalnya, menghabiskan malam yang tak pernah terlalui dalam hidupnya seperti ini.
.
.
.
.
.
.Chapter 5
Suasana yang menyambut paginya kali ini terasa berbeda bagi sehun. Bukan. Bukan karena paginya, tapi karena kehadiran seseorang yang masih terlelap dalam tidurnya. Tepatnya namja jangkung yang tidur disofa kecil yang tak dapat menampung tubuh besarnya.
Awalnya sehun cukup terkejut, karena saat ia membuka mata, tubuh rampingnya telah berada diranjang. Namun kala maniknya menatap sosok chanyeol yang masih terlelap, semburat merah tak mampu di sembunyikan. Tentu otaknya dapat menebak siapa yang memindahkan tubuhnya ke ranjang.
Cukup lama sehun memperhatikan chanyeol. Memperhatikan bagaimana tubuh itu beberapa kali menggeliat menyamankan posisinya setelah sehun meletakan sebuah bantal agar leher chanyeol tidak sakit. Hingga tanpa sadar senyum sehun terkembang, kala sebuah pemikiran terlintas diotaknya.
Kini ia mulai beranjak. Meninggalkan chanyeol yang kembali terlihat lelap. Langkah kaki sehun menuju dapur kecilnya. Yah. Sepertinya membuatkan sarapan untuk chanyeol dan segelas Americano adalah ide yang terlintas diotaknya.Dengan lihai sehun mulai mengolah bahan yang tersedia. Entah kali ini sehun begitu bersemangat membuat sarapan. Mengingat ada seseorang yang akan memakan masakannya di pagi hari, menemaninya sarapan dan menyajikan secangkir kopi. Sehun merasa menjadi seorang is...
"Aigo apa yang ku fikirkan"
Sehun menggelengkan kepalanya keras, menepis pemikiran absurdnya yang semakin menjadi.
Grep.
"Memang apa yang sedang kau fikirkan?"Deg.
Sehun mematung. Seseorang memeluknya dari belakang. Dan sehun mengenal betul suara itu.
"Kai hyung"
Sehun segera mematikan kompornya karena memang masakan tersebut telah matang. Dengan segera ia membalikkan tubuh rampingnya menatap lelaki yang lebih tinggi. Sorot manik sehun terlihat panik tentu saja. Bahkan degup jantungnya berdegup begitu keras.
"Bagaimana hyung bisa disini?"
Kai mengernyit bingung. Bukan hanya karena pertanyaan sehun. Tetapi juga ekspresi panik yang kentara di wajah manisnya.
"Kau tak mengharapkan kedatanganku?"
Sehun menggeleng cepat. Tentu bukan itu. Kedatangan kai ke flatnya adalah hal biasa bagi sehun. Karena hampir setiap hari kai mengunjungi, bahkan terkadang hanya untuk sekedar melihat keadaannya saja kemudian pergi.
"Kau masak banyak pagi ini. Sepertinya kau tau aku akan kesini?"
Sehun masih tak bisa merespon, pikirannya kini melayang pada sosok jangkung yang mungkin masih terlelap di sofanya.
Okeh. Sekarang bayangan sarapan berdua dengan chanyeol lenyap. Dan entah kenapa sehun merasa ada sebuah rasa kecewa."Oh yah, apa semalam kau tidur di sofa?. Ada sebuah bantal disana"
Sehun menatap kai bingung. Kai hanya melihat bantalnya, tetapi tidak melihat tubuh besar milik chanyeol Namun otaknya mampu mencerna situasi dengan baik. Satu hal yang sehun simpulkan bahwa chanyeol sudah pergi dari flatnya tanpa seizinnya terlebih dulu. Dan itu menambah kadar kekecewaan yang sehun rasakan. Terlebih saat dua porsi nasi goreng telah tersaji beserta kopi yang telah ia seduh.
"Sehun-ah ada apa?"
Sehun menggeleng seraya tersenyum manis. Harusnya sehun bersyukur karena masih memiliki kai yang selalu menemaninya, ada untuknya dan selalu memperhatikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Coffee
Fiksi PenggemarAmericano coffee. Aku menyukainya. Semakin menyukainya. Namun Perlahan rasa suka itu melukaiku....