AC 6

756 127 21
                                    

Mata kai berubah sendu. Keinginan untuk mengikuti taksi yang membawa sosok namja tinggi itu harus ia telan mentah mentah karena sang pelatih sudah menyuruhnya kembali ke universitas untuk berlatih dance.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 6
Kai masih dalam mood buruknya, bahkan saat ia telah selesai melakukan latihannya. Ada ketakutan dalam dirinya, dan ia membutuhkan seseorang untuk membantunya.
Park Chanyeol. Tentu saja itu alasan kenapa kai sekarang berada di apartemen sahabatnya itu. Meski sempat terkejut karena kai masuk tepat saat chanyeol tengah BELAJAR. Bahkan kai berfikir itu bukanlah park chanyeol sahabatnya. Namun..

"Hey kamjong! Ada apa dengan wajahmu itu?"

Seketika itu juga kai sadar bahwa itu adalah chanyeol. Sahabatnya.
Tak mau ambil pusing akan tingkah langka chanyeol yang tengah berkencan dengan buku, kaipun lebih memilih menjatuhkan dirinya di sofa.

Namun kala manik tajam kai menangkap secangkir kopi yang ada di samping buku chanyeol, kai segera mendudukan dirinya.

"Apa kau pernah jatuh cinta?"

Chanyeol mendecak. Lantas ia menyeruput kopinya sejenak kemudian mengalihkan pandangannya ke arah kai.

"Tentu saja pernah".

"Bagaimana rasanya?"

Chanyeol mengernyit. Namun detik berikutnya ia menghela, dari ekspresi kusut sahabatnya, chanyeol tau kai tengah dilema.

"Tentu tergantung bagaimana kau merasakannya"

"Bagaimana kalau rasanya asin"

"Apa kau baru saja bercinta dan menjilat keringat kekasihmu?"

Plakk..
Buku chanyeol sukses menyapa kepala pemiliknya. Sang pelaku hanya memandang datar sahabat tingginya yang berotak mesum itu.

"Aku serius park!!"

"Aku juga serius. Kau sendiri yang mengatakan asin. Begini, Jika kau tulus sesakit apapun itu pasti kau masih bisa tersenyum untuknya kamjong ...".

Kai memandang takjub sahabatnya yang tengah berdialektika bak penasihat cinta. Cukup terkejut dengan pemikiran chanyeol yang seakan akan menggambarkan betapa dewasanya sosok park chanyeol yang sekarang.

"Lalu bagaimana jika seseorang yang kau sukai menyukai orang lain?"

"Ck. Rebut saja"

Seketika kai menjatuhkan rahangnya. Hey baru saja sibungsu park itu bersikap bijak. Lalu apa gunanya petuah yang ia berikan pada kai.

"Egois sekali"

"Itulah park chanyeol"

Dan satu sifat chanyeol yang akan selalu melekat dalam dirinya. Egois akan hal yang ingin dimilikinya.

Terkadang ada rasa iri dalam diri kai akan sosok chanyeol. Bukan! Bukan karena ketampanan. Karena kai tentu tak kalah tampan dari chanyeol. Tapi akan sifat chanyeol yang ambisius serta egois untuk mendapatkan hal yang ia inginkan. Kepribadiannya yang terbuka akan perasaannyapun membuat chanyeol selalu mudah mendekati seseorang yang ia sukai. Seperti sekarang chanyeol yang tengah mengemas bukunya ke dalam tas.

"Kau akan menginap?"

Kai mengangguk. Namun matanya masih menatap chanyeol bingung.

"Baiklah. Aku akan belajar dirumah temanku".

Kai tau. Jika teman yang dimaksud pasti bukan teman biasa. Dia luar biasa pasti, karena bisa membuat seorang park chanyeol keluar malam dengan menggendong tas hanya untuk belajar.

"Sepertinya kau benar benar jatuh cinta kali ini park".

Dan kai kembali membandingkan dirinya dengan sosok sang sahabat. Bagaimana chanyeol mampu mendekati seseorang yang ia sukai dengan mudah. Bahkan ini terhitung baru beberapa hari.

Americano CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang