Kai mengusak lembut surai sehun.
"Hyung percaya padamu".
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 3Bagi sehun harinya itu sangat monoton. Namun ia terus melalui dengan senang hati terlebih kuliahnya. Sehun ingin masa depan yang baik tanpa harus membebani orang lain termasuk keluarga kim.
Tungkai ramping sehun melangkah memasuki area universitas. Dahinya sedikit mengernyit kala netranya menangkap segerombolan yeoja yang berbondong bondong memenuhi area kantin.
'Apa ada makanan gratis?'
Tak ingin larut dalam penasaran, sehun pun memutuskan bertanya pada seorang yeoja yang juga terlihat antusias."Maaf, apa sesuatu telah terjadi?"
Yeoja tersebut menatap sehun berbinar.
"Eum. Mahasiswa baru yang sangat tampan".Dan sehun mengangguk mengerti. Tapi ada hal yang mengganjal difikirannya. Memang bukan hal tabu di universitasnya jika ada mahasiswa atau mahasiswi yang memiliki visual di atas rata rata, maka mereka akan bersikap sangat berlebihan menurut sehun. Dan lagi. Biasanya mereka akan memenuhi gerbang atau kelas di mana si mahasiswa baru itu berada. Tapi mereka memenuhi area kantin.
'Apa mahasiswa barunya anak salah seorang pedagang di kantin?'
Jika iya, maka sehun harus memberikan acungan jempol padanya. Karena. hey! Di korea itu kasta sosial masih begitu terasa. Terlebih di universitas bergengsi seperti ini. Jika kau tak memiliki uang melimpah setidaknya kau harus memiliki otak cerdas. Dan itulah yang membuat sehun aman. Meski sesekali ia juga harus mengerjakan tugas dari mahasiswa yang berkuasa tentunya. Tapi itu tak masalah selama tak melebihi batas.
Bruukk
Dan pantat sehun sukses mendarat diatas lantai karena terlalu asyik dengan pemikirannya tanpa memperhatikan jalan.
"Sehun-ah"
Deg.
Sehun yakin universitasnya yang masuk dalam jajaran universitas populer memiliki luas yang tak diragukan. Tapi kenapa sehun selalu di pertemukan dengan namja tampan bernama park chanyeol. Terlebih suara beratnya yang mampu membuat jantung sehun berpacu cepat.
"Aaa cha..chanyeol-ah mianhe aak..
"Gwen..chanahh..
Sehun menerima uluran tangan chanyeol untuk membantunya berdiri. Namun dahinya mengernyit kala melihat nafas chanyeol yang memburu, keringat bercucuran deras serta dandanan yang errr... berantakan. Namun, entah mengapa itu terlihat tampan di mata sehun. Hingga manik hazelnya terpaku pada sosok yang lebih tinggi.
"Sehun-ah kau baik? Hey!"
"Aa..aku baik"
Chanyeol tersenyum mendapati reaksi sehun yang menggemaskan. Dengan wajah memerah serta suara yang gagap.
Saat manik sehun menatap chanyeol, ia teringat sesuatu..
"Cha..Chanyeol-ah apa kau tau ada apa di kantin?"Chanyeol terkekeh.
"Bukankah sudah kubilang aku takkan menyakitimu. Jadi jangan takut padaku sehun"Sehun ingin menyangkal tentunya. Ia tak takut pada makhluk tampan nan ramah seperti chanyeol. Hanya saja sesuatu dalam dirinya membuatnya gugup bukan takut.
"Aa..ku tak takut padamu chanyeol-ah"
Chanyeol mendecak. Bicara saja tergagap begitu, bagaimana chanyeol tak berfikir jika sehun takut padanya.
"Kalau begitu tak perlu gugup sehun-ah. Dan yah di kantin ada kafe yang baru dibuka"
Chanyeol tertegun. Ia tak tahu jika manik hazel sehun akan seindah ini jika tengah berbinar. Bahkan hanya mendengar hal kecil menurut chanyeol. Dan chanyeol akan memasukan keindahan binar hazel itu dalam daftar kesukaannya dari sehun tentu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Coffee
FanfictionAmericano coffee. Aku menyukainya. Semakin menyukainya. Namun Perlahan rasa suka itu melukaiku....