Dengan cepat. Kai menuju kamar mandi menuntaskan hasratnya yang tak tersalur pada sehun.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Chapter 13Eunggh....
Lengkuhan kecil terdengar dari bibir mungil namja yang masih bergelung dalam selimutnya. Sinar mentari tak mampu mengganggunya. Namun suara berisiklah yang entah dari mana berasalnya berhasil mengusik tidurnya.Mata sipitnya mulai terbuka. Perlahan ia membawa pandangannya menyusuri setiap sudut kamar tersebut. Maniknya sukses membulat kala menatap jam dinding yang menunjukan pukul 9 pagi. Apa itu masih bisa di katakan pagi bagi sehun yang kini telah bersuami?
Dengan tergesah sehun berlari kebawah.
"Astaga. Apa kau bermain sangat kasar semalam sampai sehun belum bangun jam segini".Langkah sehun sukses terhenti. Ia jelas tahu sosok wanita yang kini tengah menata makanan di meja makannya.
"Eomma aku melakukannya dengan lembut. Mana bisa aku menyakiti sehun".
Sang Eomma terkekeh melihat raut kesal putra tunggalnya itu.
"Iya eomma tau. Ah rasanya eomma ingin segera menimang cucu"Uhuk uhuk..
Entah sejak kapan sehun sudah berdiri disamping kai dengan segelas air putih yang ia sodorkan pada suaminya itu.
Sang eomma hanya tersenyum melihat menantu dan anaknya tersebut.
"Eumm.. karena sehun sudah bangun, eomma akan pulang".Grepp..
"Eomma sarapan bersama kami saja ne"
Gelengan lembut ia berikan sebagai jawaban atas tawaran sehun. Tentu nyonya kim tak ingin menjadi pengganggu bagi sepasang pengantin baru di depannya itu. Jadi sebaiknya ia segera kembali ke mansionnya.
***
"Mmi..mian"
Akhirnya keheningan yang melanda kai dan sehun terpecahkan. Kai yang mendengar cicitan sehun pun menghentikan acara makannya. Menatap intens wajah manis sehun yang nampak menunduk. Kai tau sehunnya merasa bersalah. Tapi ia sama sekali tak mempersalahkan penolakan sehun semalam. Wajar jika sehun menolak. Mungkin dia belum siap."Hyung.. untuk semalam aak..
Kai menghela nafas. Membuat sehun semakin menunduk.
"Tak perlu dibahas sehun-ah. Aku tak marah. Kau berhak menolak dan akupun akan menunggu hingga kau siap".
Srett..
Kai berdiri. Jujur saja ia memang tak marah pada sehun. Hanya saja ia sedikit kecewa. Yah sedikit. Kakinya ia bawa menuju rak sepatu."Hyung ada sedikit urusan di agensi"
Sehun pun ikut berdiri. Ia baru menyadari bahwa kai sudah sangat rapi. Dan sekali lagi ia merasa bersalah. Hingga berinisiatif mengambilkan kai sepatu dan sukses membuat kai tersenyum. Yang menular pada sehun.
"Hyung tak ambil libur?"
Kai menggeleng lembut, seraya mengusak gemas surai lembut sehun.
"Apa aku juga boleh berangkat kuliah?"
Sehun bertanya hati hati. Namun anggukan kai membuat senyum sehun semakin melebar. Menampilkan eyes smile yang sangat cantik.
Yah. Memang tak ada yang berubah dalam kehidupan mereka. Hanya status saudara yang kini menjadi sepasang suami suami(?)."Baiklah. Hyung berangkat dulu. Maaf tak bisa mengantarmu".
Sehun kembali mengangguk masih dengan senyum yang terkembang.
Chup.
Deg.
Senyumnya seketika luntur. Wajah kai tepat di depan matanya dengan manik terpejam. Merasa ada pergerakan dibibirnya, sehun perlahan mengaitkan kedua tangannya di leher kai. Ia harus membiasakan diri dengan menerima setiap sentuhan dari suaminya. Itu hak kai. Dan merupakan tanggung jawab sehun untuk memenuhi hasrat kai. Termasuk saat kai meminta akses lebih untuk mengeksplor mulutnya. Sehun membiarkannya. Membiarkan lidah itu mengabsen setiap deretan giginya, melilit dan menyesap lidahnya dengan sensual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Coffee
FanfictionAmericano coffee. Aku menyukainya. Semakin menyukainya. Namun Perlahan rasa suka itu melukaiku....