Part 7

3.2K 225 53
                                    

Matahari perlahan menenggelamkan diri di upuk Barat, tanda pergantian siang ke malam. Onodera Ritsu masih mendekap diri di kuil. Sementara Takano sedang pusing dan syok sebab kekasih yang sangat ia cintai tiba-tiba saja minta putus tanpa memberitahu alasannya. Perasaan sedih dan khawatir bercampur jadi satu. Ia berulang kali mencoba menghubungi si cute itu, tapi tidak pernah diangkat. Malahan panggilan darinya direject.

"Tch, Ritsu,,,apa yang membuatmu memutuskanku? Aku rindu kamu, Ritsu," gumam Takano sembil meneguk minuman beralkohol yang diambil dari dalam kulkas, ia telah mempersiapkan minuman itu saat putus dengan Ritsu. Hattori mengetuk pintu Takano tapi tidak juga dihiraukan. Tangan Hattori memutar gagang pintu itu, dan ternyata tidak terkunci, ia pun perlahan membuka pintu itu dan mendapati Takano sedang minum banyak bir. Sangat jelas dari banyaknya botol dan kaleng bir yang berserakan di meja beserta lantai di sekeliling Takano. Mulutnya terus saja menyebut nama Ritsu saat Hattori menghampirinya.

"Takano, ada apa ini?"tanya Hattori dengan wajah terkejut lalu menjongkokkan badan di samping pria berambut hitam yang tergeletak di lantai dengan baju berantakan penuh dengan sisa bir dan makanan seperti pria yang tidak terurus.

"Ritsu,, aku kangen sama kamu. Jangan tingalkan aku lagi," kata Takano dan langsung menyerang Hattori dengan pelukan. Tangannya mulai meraba tubuh Hattori, tapi untung saja Hattori  bukan uke tapi seme dari Yoshino Chiaki yang sangat kuat pula. Jadi ia mampu melawan Takano yang sementara mabuk berat. Setelah beberapa menit, Takano tidak sadarkan diri. Hattori menopangnya ke tempat tidur. Saat itu Takano terus saja memanggil nama Ritsu membuat Hattori bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang sedang terjadi diantara mereka.

"Onodera kemana, ya? Apa yang terjadi dengannya sehingga Takano bisa segila ini?" ucap Hattori dengan pelan. Bulir bening rambut hitam itu menetes seketika. "Takano, sadar,,,wooii. Aaissh, dia benar-benar sudah gila," cetus Hattori. Ia pun keluar dari kamar Takano lalu menghubungi Onodera Ritsu.

Tuuutt..tuuuuttt..tuuuttt.

"Ya, Hattori-san..." suara Ritsu saat mengangkat telpon sangat lemah.

"Onodera, kamu di mana sekarang? Apa yang terjadi antara kamu dan Takano sehingga dia mabuk-mabukan seperti itu," tanya Hattori dengan dahi mengerut. Ritsu menghela napas panjang. Suaranya agak serak.

"Aku ada di kuil sebelah utara yang tak jauh dari Minimarket di pinggir jalan menuju apartementku, ada apa Hattori-san?"

"Tunggu di situ, aku akan segera ke sana, nanti kita cerita di mobil. Udara malam ini sangat dingin, kasihan baby kamu."

"Aah, iya. Makasih Hattori-san," balas Ritsu mulai gemetar akibat dinginnya cuaca malam. Tidak lama setelah itu Hattori tiba di kuil. Ia segera memakaikan jacket miliknya di tubuh Ritsu. Dan menarik tangan Ritsu menuju mobil pribadinya.

"Masuk!" Dalam mobil sejenak wajah Hattori terlihat jengkel. "Kenapa kamu keluar malam-malam begini sendirian dalam keadaan hamil? Sangat bahaya bagi orang hamil berada di luar tanpa ada yang menemani," tanya Hattori dengan nada keras akibat khawatir dengan si cute itu. Ritsu menoleh ke arah jendela meninggalkan bekas napas di sana menyerupai embun. Wajahnya terlihat pucat dan sedih.

"Aku pusing dan tidak tahu harus berbuat apa lagi, makanya aku ke kuil untuk berdoa, soal Takano, apa yang terjadi dengannya?" tanyanya yang masih khawatir juga terhadap kekasih tercintanya yang sering dibuat jengkel.

"Dia sepertinya habis meminum bir dalam jumlah yang sangat banyak di apartementnya. Tadi aku sempat ke sana ingin menanyakan tentang naskah Yoshino Chiaki, tapi aku mendapati dia dalam keadaan mabuk berat. Dan anehnya lagi dia selalu memanggil-manggil nama kamu. Apa terjadi sesuatu?" tanya Hattori sambil menyetir mobil.

Sekaiichi Hatsukoi TakaRitsu SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang