Part 16

1.2K 87 16
                                    

Mmm, gimana minna san, masih ada yang nungguin ceritaku yang berantakan ini? Btw makasih loo,  sudah mau baca hihi. Udah aku mau berdandan cantik dulu baru nulis. Moga aja Takano tertarik padaku kyaaa (mimpi lagi)
Yuuk lanjut.....

"Aku ingin kamu menjaga mereka untukku."

Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Ritsu ketika sedang menyendiri.

"Maacha, aku ingin minum susu," kata Saga mengusap matanya baru bangun membawa boneka kelincinya mendekat ke arah Ritsu yang tengah duduk di kursi dalam kamar memandang keluar jendela. Matanya selalu menatap lekat sebuah villa yang ada di sebuah gunung dengan jarak satu kilometer dari rumahnya. Lalu ia menoleh ke arah Saga tanpa tersenyum. Entah kenapa tatapan itu membuat Saga takut lalu berlari mencari papanya di ruang tamu.

"Papa, takut maacha," kata Saga gemetar memeluk papanya.

"Kenapa takut, Nak? Ada apa?" tanya Takano menggendong Saga.

"Wuaaaaah, papa, maacaa jahat...cubit inga Oda, aaaaah," teriak Oda yang tiba-tiba menangis berlari ke arah Takano yang sedang menggendong Saga. Akhirnya keduanya pun menangis. Oda ikut merengek minta digendong. Takano mengeryitkan dahi penasaran. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi dengan Oda dan Saga. Ritsu langsung keluar dari kamar dengan wajah masam tanpa senyum. Oda dan Saga mengeratkan pelukan di papa mereka dengan gemetar. Mereka menempelkan wajah masing-masing di tubuh Takano seakan bersembunyi dari Ritsu.

"Ada apa dengan mereka, berisik sekali," kata Ritsu. Ya jelas saja Takano kaget menghadapi sifat Ritsu yang tiba-tiba kasar begitu, apalagi terhadap anak mereka.

"Ada apa denganmu, Ritsu. Keluar langsung marah-marah," tanya Takano masih dengan ekspresi ambigu.

"Anak-anak itu menggangguku minta susu saat aku sedang istirahat. Ya jelaslah aku jengkel, tch," balas Ritsu membuang muka.

"Haa? Mereka minta susu karena lapar. Ada apa denganmu hari ini? Mereka anak kamu," bentak Takano mulai jengkel.

"Aaah bawel diam! Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu saja yang urus mereka selama aku sakit. Dan ketika kita berduaan, aku tidak mau mereka mengganggu," balas Ritsu jutek. Dan kata-kata itu semakin membuat Takano jengkel dan ingin menamparnya.

"Ya sudah, aku akan menjaga mereka sendiri. Jangan ikut campur lagi," kata Takano menuju dapur membuatkan susu kedua puteranya dengan jengkel.

"Ada apa dengannya? Apa ini karena penyakit yang dideritanya sehingga dia mulai depresi?" gumam Takano membuatkan susu buat anaknya. Ibu Ritsu keluar yang baru tiba di rumah sempat mendengar suara tangisan dari mereka. Ia khawatir dan mempercepat langkahnya menuju arah suara mereka di dapur.

"Kenapa mereka menangis?"

Takano menoleh ke arah nyonya Onodera berusaha tersenyum seakan tidak hal yang terjadi.

"Mereka hanya lapar minta dibuatkan susu."

"Ooh, cucuku yang manis lapar ya, biar aku saja yang buatkan susu buat mereka," kata nyonya Onodera mengelus pipi cucunya dengan senyuman. Oda langsung memeluknya dengan erat.

"Baacha," kata Oda.

"Ya, sini baacha gendong."

Takano dan nyonya Onodera menuju ruang tamu sambil memberi susu Oda dan Saga di sana. Ritsu terlihat masih kesal. Takano masih berpikir keras kenapa Ritsu tiba-tiba kasar seakan tidak peduli dengan anak mereka.

Di kamar Ritsu terlihat tengah asyik membaca sebuah buku. Takano mendekat dan memeluknya dari belakang. Ritsu dengan cepat membalas pelukan itu.

"Aku sayang kamu," ucap Takano mengeratkan pelukannya.

"Hal yang sama denganku," balas Ritsu tersenyum.

"Jadi kumohon, jangan kasar terhadap anak kita. Aku ingin kamu selalu menjaga dan menyayangi mereka seperti dulu. Mereka harta yang paling berharga dalam hidup kita. Aku tidak mau terjadi sesuatu kepada keluarga kita!" Lirih Takano.

"Iya, maafkan aku atas kejadian tadi, aku tidak bermaksud menyakiti mereka maupun kamu. Aku hanya terbawa emosi entah kenapa," balas Ritsu mengecup pipi Takano. Tangan Takano segere menyelip ke dalam baju Ritsu, ia menenggelamkan lidahnya di lautan mulut Ritsu. Tapi Saga dan Oda berlarian masuk kamar bermain kejar-kejaran membawa boneka dan pedang mainan. Sehingga aksi Takano berhenti sampai di sana.

"Aah, nanti kita lanjutkan. Tidak enak dilihat sama mereka," kata Takano membalikkan badan. Ritsu segera berlari ke arah Oda dan Saga lalu mencubit kuping mereka.

"Kalian mengganggu saja, main di luar!" bentak Ritsu. Oda dan Saga menangis dan berlari ke arah Takano.

"Wuuaaaa, Papa," teriak mereka sambil menangis mengelus kuping mungil mereka bekas cubitan Ritsu yang mulai memerah. Takano ingin membentak Ritsu tetapi ia sadar kalau isterinya itu sedang sakit. Jadi ia hanya menggendong kedua puteranya.

"Mulai sekarang kita pisah rumah. Aku akan merawat mereka di apartement kita dulu. Sampai kamu pulih dari sakit kamu. Jangan pernah menemui Oda dan Saga lagi. Jika ingin bicara denganku, melalui ponsel saja," kata Takano dengan emosi menggendong kedua puteranya melangkah keluar kamar. Tapi Ritsu menghentikan dengan memeluknya dari belakang.

"Kumohon, jangan tingalkan aku sendiri di sini. Tetaplah di sini sampai aku tidak ada lagi di dunia ini. Umurku sisa 30 hari lagi sesuai vonis dokter. Apa kamu tidak ingin bersamaku di sisa hidupku? Aku janji tidak akan melakukan hal yang melukai mereka lagi. Kumohon, maafkan aku!" Kata Ritsu menempelkan wajahnya di punggung Takano. Takano hanya mendesah pelan.

"Ya sudah, kamu istirahat sana, biar aku yang menjaga Oda dan Saga," balas Takano.

"Makasih, tapi aku ingin keluar sebentar untuk menghirup udara segar. Sekalian aku ingin menemui dokter Yuka. Hari ini dia tidak ke sini akibat terlalu sibuk," kata Ritsu. Takano hanya tersenyum mengangguk. Saat Ritsu ingin mencium Oda dan Saga, mereka takut dan menempelkan wajah mereka di dada Takano.

"Jangan takut, maacha tidak akan jahat lagi. Janji kelingking," kata Ritsu.
Tetapi kedua anak itu tidak meresponnya lagi. Sehingga ia mengambil jaket warna creamnya dan segera keluar rumah menuju rumah sakit dimana dokter Yuka berada.

Di rumah sakit dokter Yuka.

"Apa dia baik-baik saja di sana?" tanya Ritsu.

"Iya, dia baik-baik saja. Aku dan dokter Zein sudah mengirim pengawal ke sana agar dia tidak kabur kemana-mana," balas dokter Yuka.

"Good job. Aku ingin dia di sana selamanya. Hahaha. Dia sangat bodoh mempercayaiku dengan mudahnya," balas Ritsu tertawa puas dan merebahkan tubuhnya di ranjang pasien.

"Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya dokter Yuka khawatir.

"Siapa yang tahu jika aku membunuhnya, hahaha," balas Ritsu tertawa licik.

"Jangan melakukan hal di luar kesepakatan. Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," balas dokter Yuka dengan lantang.

"Haruskah aku meleyapkanmu juga agar kamu setuju denganku?" Tanya Ritsu mendekat ke arah dokter Yuka mengimpitnya di dinding  dan meremas dagunya dengan keras membuat dokter Yuka merintih kesakitan disertai keringat dingin. Matanya melotot menatap wajah Ritsu yang tiba-tiba berubah menjadi sangar dan kejam.

Sampai disini dulu ya, ntar aku lanjut lagi. Rahasia Ritsu yang sesungguhnya sebentar lagi akan terbongkar.

Makasih sudah baca 😘😘😘😆😆😆
Love you all.

Ditunggu tanggapannya, ya


Sekaiichi Hatsukoi TakaRitsu SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang